Married With A Gay (chapter 3)

married-with-a-guy

Title     : Married With A Gay

Genre  : AU, Romance, Marriage Life, Angst

Main Cast: Xi Luhan as EXO M Luhan, Ariel Lau (OC), Zhang Yi Xing as EXO M Lay

Other Cast : Find by your self

Rating : PG

Length : Multichapter

Auhtor : Chang Nidhyun (@nidariahs)

Cover by : leesinhyo @exoluhanfanfictionindonesia

***

 

Ariel mengepalkan tangannya kuat saat ini. Gila. satu kata itu terus saja berputar-putar dikepalanya, seolah memiliki pengait khusus yang mengikatkannya di kepala Ariel. masalah ini terlalu besar, dan ia benar-benar berpikir akan gila karena masalah ini.

“Kau harus mengerti Ariel. kondisi keluarga kita…”

“Berapa yang dibutukan Whitney?” potong Ariel cepat sebelum ibunya menyelesaikan ucapannya. Ia tidak ingin mendengar apapun lagi tentang alasan ibunya yang telah membuat Ariel terjerat dalam keluarga Xi. Bahkan, ia kini berada di Cina lagi. Yang terparah, ia belum sempat mengabari Yi Xing tentang dirinya. Ah, semua ini benar-benar akan membuatnya gila.

Lim Jinha termenung. Ia tidak pernah mendengar nada bicara sesarkatik itu dari mulut putrinya sebelumnya. Gadis itu terlalu penurut, terlalu dekat dengannya dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain. Namun hari ini, secara gamblang gadis itu seolah berteriak ia membenci dirinya –atau mungkin keputusannya. Sakit. Tentu saja. Ibu mana yang tidak merasa sakit hati saat putrinya perasa kecewa terhadapnya? Lim gagal menjadi ibu yang baik. Ia bahkan tidak berhasil mempertahankan rumah tangganya dengan mantan suaminya dulu –dan sekarang, ia juga merusak hubungannya sendiri dengan putrinya.

“Katakan Ma, berapa yang dibutuhkan Whitney sampai Mama menjualku?!” Ariel tanpa sadar menaikan suaranya hingga satu oktav. Ia benar-benar kehilangan control atas emosinya bagaimana bisa ibunya membiarkan Ariel menikah dengan laki-laki pilihan ibunya dengan alasan keuangan? Bukankah sama saja Ariel akan dijual? Sejak kapan ibunya jadi penggila harta? Oh ya, bahkan Ariel lupa apa yang menyebabkan kedua orang tuanya bercerai dulu.

Mata Lim langsung membulat saat mendengar kata ‘menjual’ dari mulut Ariel. bukan hanya mata gadis itu yang berkaca-kaca, mata Lim juga kini telah berair. Sakit. Rasa sakitnya bertambah parah sekarang.

“Aku tidak pernah menjualmu Ariel Lau,” desis Lim pelan, “Aku hanya…”

“Ini tidak masuk akal Ma!!!” teriak Ariel sambil berdiri dari tempat duduknya, “Aku tidak akan menikah dengan Luhan itu! Aku tidak mau menikah dengan alasan harta! Aku sudah memiliki kekasih dan dia akan melamarku! Tidak! Bahkan seharusnya dia sudah melamarku sekarang! harusnya dia sudah menemui mama sekarang! aku bahkan…”

“Kalau begitu jangan menikah dengan Luhan.” Potong Lim cepat dengan nada sangat pelan, namun itu berhasil menyumpal suara Ariel hingga hilang, “Mama hanya ingin yang terbaik untukmu. Mungkin benar, harta bukan segalanya. Tapi segalanya membutuhkan uang jika kau lupa Ariel Lau. Tapi bukan itu tujuan utamaku, Whitney sedang kesulitan dan aku tidak bisa menolongnya. Hanya kau dan Henry yang saat ini masih dalam posisi aman. Aku tidak dapat melihat kalian setiap detiknya, aku tidak dapat menjaga dan melindungi kalian sebagai mana mestinya. Bahkan ayah kalian pun tidak bisa menjalankan kewajibannya. Aku menyetujui permintaan Nyonya Besar karena selain aku terlanjur menyayangi Luhan dan menganggap keluarga ini sebagai keluargaku sendiri, aku juga yakin ini yang terbaik untukmu Ariel. tapi jika kau memang tidak mau, aku tidak akan memaksamu.” Lim pun bangkit dari tempat duduknya dengan tatapan datarnya, dan saat ia hendak meninggalkan kamarAriel, tiba-tiba suara Ariel berhasil menghentikan langkah kaki wanita itu.

“Adakah alasan yang lebih bisa kuterima selain harta?” perlahan, kepala Ariel menoleh pada ibunya yang sudah berada di ambang pintu tanpa berbalik sedikitpun, “Aku tidak pernah berpikir sedikitpun untuk berpisah dari Zhang Yi Xing. Aku sudah menjalin hubungan ini sejak lama, dia juga telah bersabar menungguku, tidak ada alasan sama sekali untuk mencampakkannya hanya karena alasan harta, Ma. Adakah alasan lain selain harta yang Mama bicarakan?” lanjutnya lagi dengan nada putus asa. Ia tidak berbohong sama sekali. Ia tidak memiliki alasan bahkan tidak mau menemukan alasan seandainya ada alasan untuk meninggalkan Yi Xing.

Dan disisi lain, tubuh Lim langsung membeku. Ia terlalu terkejut mendengar nama yang disebutkan putrinya barusan. Zhang Yi Xing. Nama itu sama sekali tidak asing, nama itu adalah penyebab masalah utama Luhan. Dan pria itu adalah kekasih putrinya sendiri?

Dan tanpa berputar sedikitpun, Lim kembali mengeluarkan suaranya, “Jangan katakana jika itu…”

“Dia kekasihku, Ma. Dia calon suamiku. Calon menantu keluarga Lau.” Sanggah Ariel cepat.

Lim mendesah pelan. Entah apa maksud dari semua ini. Entah mengapa nama Yi Xing kembali muncul ditelinganya dengan kasus yang berbeda. Bagaimana bisa laki-laki itu adalah kekasih Ariel?

“Ma…”

“Aku tidak pernah meminta apapun darimu Ariel Lau,” akhirnya Lim memiliki tenaga untuk bersuara, “Aku selalu mengizinkan apapun yang anak-anakku minta. Aku tidak menghalang-halangi kalian saat kalian memutuskan untuk tetap tinggal di Kanada. Aku bahkan kelewat senang saat tahu salah satu diantara kalian ada yang ingin ikut denganku ke Cina. Aku tidak keberatan meskipun kalian memilih untuk berada jauh dari retina mataku demi impian kalian masing-masing. Aku akan selalu berusaha melakukan apapun agar kalian tetap dalam posisi nyaman meskipun aku tidak melindungi kalian langsung dengan tanganku, tidak bisa menghapus airmata kalian saat kalian menangis dan hanya bisa berdoa…semoga kalian selalu dilindungi.” Kali ini, Lim berbalik dan menatap mata Ariel tajam, “Kali ini aku hanya meminta satu permintaan. Permintaan yang juga permintaan dari oranglain. Aku tahu, aku tidak becus menjadi ibu. Aku gagal, aku hanya memikirkan bagaimana diriku.”

Lutut Ariel langsung lemas. Tidak. Ia tidak bermaksud membuat ibunya merasa tersudutkan seperti itu. Sungguh, ia hanya tidak setuju dengan keputusan ibunya…tapi bukan berarti ia ingin membuar ibunya merasa bersalah seperti itu tidak sama sekali.

“Ma…”

“Semua terserah padamu. Aku tidak akan memaksamu. Maafkan Mama.”

Dan sepeninggal ibunya, Ariel terjatuh di laintai. Sakit. Hatinya terlalu sakit mendengar ungkapan ibunya seperti tadi. Dan malam itu, ia habiskan dengan terisak di dalam kamar. Entah apa yang membuatnya menangis kali ini, entah karena ia tidak ingin berpisah dengan Yi Xing, entah karena kekecewaannya terhadap sang ibu, atau kesakit hatiannya karena telah membuat ibunya merasa terpojokkan.

 

***

 

Luhan memeluk erat kakinya dengan pandangan lurus ke arah jendela kamarnya. Ia tidak tahu apa yang sedang membebani pikirannya. Hanya saja, mood nya rusak total saat ia mendengar pertengkaran hebat antara gadis bernama Ariel dan Bibi Lim. Entah apa yang diributkan mereka, tapi melihat bagaimana cara Ariel menatapnya, membuat Luhan yakin ini berkaitan langsung dengan perjodohan antara dirinya dan Ariel.

Gadis itu pasti tidak mau. Entah atas alasan apa, gadis itu pasti telah menolaknya.

Luhan mendengus gusar. Tangannya langsung berlari mengacak rambutnya. Ia tidak tahu kenapa ia harus merasa bersalah seperti ini. Toh, harusnya ia tidak peduli. Dengan adanya pernikahan ini atau tidak, kenyataannya ia tidak akan sembuh begitu saja. Oh, bahkan Luhan lupa masalah utamanya.

Luhan menggeleng keras. Ia pun bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar pintu. Ia harus bicara dengan ibunya.

 

***

 

Nyonya Xi menatap datar putranya yang baru saja mengutarakan kegusarannya. Dan tanpa mengeluarkan reaksi yang begitu berarti, wanita itu dengan santainya menyesap teh nya dan menanggapi putranya dengan santai.

“Lim sudah menyetujuinya. Aku tidak ingin tahu bagaimana mengenai keinginan putrinya atau tidak. Tapi seandainya memang Ariel tetap bersikeras tidak mau, aku pun tidak bisa melakukan apa-apa.” Sahutnya ringan.

Dan Luhan kembali berdecak pelan, “Apa tidak ada jalan keluar lain? Atau gadis lain? Atau setidaknya Mama katakan pada Bibi Lim tidak apa-apa jika…”

“Dia sudah berjanji Xi Luhan. Aku hanya tidak ingin sembarangan memiliki menantu. Bagaimanapun keadaannya lain…dan entah kenapa aku begitu menginginkan gadis itu,”

Luhan langsung mengerutkan dahinya tidak mengerti, “Maksud Mama?”

Nyonya Xi hanya mengedikkan bahunya, “Feelingku berkata dia adalah jodohmu. Aku tidak tahu benar atau tidak, tapi karena feelingku itu, aku begitu berharap perjodohan kali ini akan berhasil.”

“Tidak masuk akal.”

Nyonya Xi tersenyum masam dan kembali menyesap teh nya, “Adakan yang masuk akal di dunia ini? Segalanya baru terasa masuk akal setelah kita melaluinya, dan aku ingin kita melihat hasilnya dulu,”

 

***

 

Wu Fan meringis pelan ketika melihat wajah Luhan yang tidak terlalu baik hari ini. Padahal, cuaca cukup cerah dan wajah suram Luhan membuat harinya juga menjadi agak mendung. Ada apa dengan pemuda imut itu? Bahkan ini terlalu pagi untuk Luhan merasakan mood-nya rusak.

“Hai Lu!” panggil Wufan sambil mengangkat tangannya ke arah Luhan yang tengah berdiri di ambang pintu restoran kantornya. Hari ini Wufan kembali mengunjungi Luhan.

Luhan yang melihat lambaian tangan Wufan langsung mendekati meja Wufan dan duduk di salah satu kursinya, “Kau terlalu pagi untuk menemuiku,” katanya kemudian.

Wufan hanya terkekeh pelan, “Apa salahnya? Wajahmu juga tidak terlihat terlalu baik? Ada masalah?” tanyanya secara retorik.

Luhan tersenyum kecil, “Kau pemerhati wajah yang baik Wu Yi Fan.”

Dan Wufan hanya mengangkat bahunya cuek, “Karena orang itu adalah kau, Xi Luhan. Kita sudah terlalu lama mengenal, sangat mudah menebak wajahmu. Jadi, ada masalah apalagi kali ini?” tanya Wufan sekali lagi. Ia cukup khawatir jika Luhan seperti ini. Luhan mudah sakit jika sudah stress. Dan Wufan tidak mau Luhan sakit.

Luhan pun menghela napas berat, ia tidak tahu harus memulainya darimana. Ia hanya ingat pertanyaan singkat Ariel pagi tadi sebelum Luhan berangkat kerja. Pertanyaan dengan nada sarkatik yang menyakiti telinganya. Pertanyaan simpel, tapi entah mengapa Luhan seperti ditimpa beban berton-ton saat mendengarnya.

“Ariel tadi bertanya sesuatu padaku,” Luhan pun memulai curhatnya, dan Wufan yang mendengarkan langsung mengerutkan dahinya, “Apa katanya?”

Luhan menoleh sebentar sebelum akhirnya ai menghela napas panjang lagi, “Dia tanya…seserius apa aku dalam perjodohan ini? Apakah aku akan bertanggung jawab sebagai mana harusnya saat menikah nanti?”

Berat. Wufan tahu pertanyaan itu berat bagi Luhan. Selain karena Luhan hanya mengikuti keinginan ibunya untuk menikahi gadis itu, Luhan juga sebenarnya hanya terfokus pada orang yang dicintainya saat ini. Pernikahan butuh cinta. Dengan cinta, keseriusan dan tanggung jawab akan terasa lebih matang. Ya. Wufan mengeluarkan pendapatnya sendiri. Dan Luhan sama sekali tidak kepikiran kesana.

“Lalu, jawabanmu?” tanya Wufan lagi.

Luhan hanya menggeleng lemas, bibirnya tertarik kecut, “Tidak. Aku tidak menjawabnya. Aku tidak tahu harus menjawab bagaimana. Aku hanya berpikir, mungkin Ariel memang sangat tidak menginginkan pernikahan ini. Apalagi jika dia tahua aku ini gay? Mungkin dia akan…”

“Hei,” Wufan langsung menyetop ucapan Luhan yang kelewat sedih itu, tangannya langsung menggenggam tangan Luhan sambil menggeleng pelan, “Jangan merendahkan dirimu, Lu. Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, ini bukan pilihan kita. Sama sepertiku. Dan jangan berpikir yang tidak-tidak.”

Luhan tersenyum masam, “Jangankan gadis itu, bahkan orang yang kusukai pun tidak akan menginginkanku. Aku….”

“Luhan! Stop!”

Dan Luhan akhirnya hanya menunduk lemas. Ia sebenarnya tidak ingin terlalu memusingkan jika ia adalah gay atau bukan. Tapi ia tetap akan selalu berpikir kesana. Karena ini menyangkut langsung keluarganya, juga perasaannya.

Wufan benar-benar ingin memeluk Luhan seandainya mereka tidak berada di tempat umum. Luhan kadang terlalu rapuh untuk ukuran laki-laki. Tapi ia juga kelewat paham alasan Luhan seperti ini. Sulit. Ia tahu posisi Luhan juga sulit.

 

***

 

Ariel masih mendekam dirinya di dalam kamar. Kepalanya terlalu pusing untuk memikirkan sesuatu, walaupun ia telah melakukan sesuatu. Ariel mendesah panjang. Seumur hidupnya, ia tidak pernah menjadi orang sefrustasi ini. Tapi semenjak keputusannya semalam untuk memutuskan Yi Xing, hatinya kelewat datar untuk merasakan sesuatu.

Maaf. Ia terus mengulang-ulang kata maaf di kepalanya tanpa ia bisa curahkan pada lelaki itu. Ia mencintai pemuda itu. Sangat mencintainya malah. Tapi keadaannya sekarang tidak memungkinkan Ariel untuk bersikap egois lebih jauh lagi. Entah itu hanya kepura-puraan ibunya atau bukan, tapi ia tidak bisa merasa baik-baik saja melihat sang ibu sebegitu kecewanya.

Benar, ibunya memang terlalu matrealistis. Dan benar, ibunya terlalu gegabah dan terlalu egois dalam keputusannya kali ini. Bagaimana bisa dia menikahkan Ariel hanya karena keluhan Whitney? Dan yang mengesalkan, kenapa Whitney begitu hobi mengeluh banyak hal pada sang ibu? Padahal jelas, sebanyak apapun Whitney mengeluh, keluhan itu hanya akan tertampung tanpa penyelesaian.

Harusnya Whitney bersikap dewasa! Tiba-tiba saja otak Ariel menuduh dan menyalahkan semua sikap kakaknya. Karena bukan hanya Whitney yang kesusahan masalah keuangan, Ariel pun pernah begitu dan ia sama sekali tidak mengeluh pada ibunya. Henry juga sama, dia pasti pernah mengalami kesulitan dan tak ada yang pernah tahu itu selain dirinya. Juga Clinton, ia tidak akan menutup mata bagaimana tanggung jawab yang diemban anak pertama keluarga Lau itu. Dan dengan seenaknya Whitney mengeluh hal tidak berguna pada ibu mereka?

Ariel langsung menacak rambutnya gusar. Ia harap ia tidak mendadak gila menjelang pernikahannya bersama Luhan kelak. Sebanyak apapun ia menyalahkan oranglain, toh pada akhirnya ia telah memutuskan untuk memenangkan keputusan ibunya. Toh pada akhirnya ia tidak melakukan apapun yang bisa membuat hubungannya dengan Yi Xing bisa bertahan.

“Demi Tuhan! Aku mencintai Zhang Yi Xing! Aku merindukannya! Dan aku…” suara Ariel langsung meredam tenggelam dibalik airmata gadis itu yang lagi-lagi turun ia pernah melihat adegan menjijikkan seperti ini –menangisi orang yang dicintai- di drama-drama Korea yang pernah ditontonnya. Dulu, ia pikir itu terlalu dibuat-buat. Apanya yang harus ditangisi? Lagipula kenapa cinta sedramatis itu?

Dan sekarang? bahkan Ariel jauh lebih menjijikkan. Tidak. Ini tidak menjijikkan. Setidaknya ia tahu bagaimana rasanya sakit setelah mengenal kata cinta. Ia tidak tahu apakah keputusannya terlalu kenanakan atau tidak, ia hanya menghormati sang ibu. Ia kelewat tertekan dengan kalimat “aku tak pernah meminta apapun…”. Ibunya memang egois, matrealistis, dan masih banyak lagi hal yang membuat Ariel kadang jengah menghadapinya. Tapi disisi lain Ariel tahu ibunya memang tidak pernah menuntut ataupun menghalang-halangi keinginan putra putrinya. Dan…entah setan apa yang berbisik keras di tkepalanya, bahwa ia tidak perlu repot-repot memiliki itu semua jika pada akhirnya ia harus…

Tidak. Berhenti berpikiran yang tidak-tidak Ariel Lau!

Kepala Ariel langsung terangkat saat ponselnya yang tergeletak mengenaskan disampingnya begetar singkat. Ada satu pesan masuk. Dan ia harap itu bukan Zhang Yi Xing. Ada tekanan yang entah apa, yang sangat sangat mengganggunya. Perlahan, tangan Ariel mengangkat ponselnya dan mendapati nama Byun Baekhyun di layar ponselnya.

“Baekhyun?” gumam Ariel dengan suara serak. Dan ia pun langsung membuka sms itu.

 

***

 

Sudah lewat satu minggu sejak Yi Xing menerima pesan keputusan sepihak dari Ariel. ia tidak melakukan apapun. Tolol bukan? Ia ingin melakukan sesuatu, tapi ia tidak bergerak sama sekali untuk mempertahankan hubungannya dengan Ariel. jangankan untuk melakukannya, bahkan Yi Xing tidak tahu tepatnya ada dimana Ariel.

Dan hari ini, pemuda itu kembali latihan seperti biasa. Mempersiapkan konser kecil yang akan dihadiri sejumlah orang penting di Daegu nanti. Meskipun perasaannya berkelana jauh dengan luka yang berceceran dimana-mana, tapi Yi Xing tidak terlalu memusingkannya.

Ia bisa berbicara lewat lagunya. Tidak peduli apakah orang lain tahu apa yang dibicarakan dentingan piano yang diciptakannya, ia hanya menyampaikan semuanya lewat lagunya. Ia mencintai Ariel. ia merindukan Ariel. ia menginginkan Ariel. bahkan sampai airmatanya jatuh pun, orang lain tidak akan paham dengan apa yang disampaikan oleh jemarinya di atas tuts piano itu.

Dan di balik pintu ruang latihan, Lisa hanya memandang sedih Yi Xing. Ia ingin melakukan sesuatu untuk pemuda itu. Sungguh, ia bahkan sama sekali tidak tega menatap mata yang mendadak redup itu. Ada terlalu banyak luka disana, dan Lisa yang sudah bersama dengan Yi Xing sejak lama bahkan tidak tahu bagaimana cara menghapus luka itu meskipun dengan pelan.

“Maaf Nona, ada undangan untuk Tuan Zhang.” Lisa langsung membalik tubuhnya dan mendapati seorang dengan kartu tanda staff tengah menyodorkan sesuatu padanya.

“Yi Xing sedang tidak bisa diganggu,” ucapnya entah pada siapa. Kemudian, ia pun langsung mengambil undangan itu dan disahuti dengan anggukan kepala.

Dan Lisa hampir berteriak shock saat mendapati nama di undangan yang tengah mendarat manis di tangannya. Ia kenal nama itu. Ia kenal nama 2 pasangan yang dituliskan pada undangan itu. Tapi bagaimana bisa? Dan…kenapa?

“Ariel dengan…Luhan?” racaunya dengan nada frustasi. Ia memang bukan siapa-siapa bagi 2 nama itu, tapi ia tahu 2 nama itu. Ariel adalah kekasih Yi Xing dan Luhan adalah sahabat Yi Xing.

Tangan Lisa kini sudah membekap mulutnya sendiri, ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana lagi. Bahkan ia tidak berpikir untuk memberikan undangan itu pada Yi Xing. Tidak mungkin dan tidak bisa. Ia sudah cukup kelewat sakit hati melihat keadaan Yi Xing sekarang, mana mungkin ia tega…

“Gadis gila! bagaimana bisa ia meninggalkan Yi Xing dan menikah dengan pria lain!” rutuk gadis itu seolah-olah ia bisa melihat wajah Ariel di depannya.

“Siapa yang akan menikah?”

Lisa terlonjak kaget saat suara berat Yi Xing tiba-tiba memenuhi udara. Lisa langsung berbalik dan tak lupa menyembunyikan undangan itu. Dan dengan gugup, Lisa langsung mencari alibi agar Yi Xing tidak bertanya lebih jauh, “Ah, anu itu…tidak. Itu temanku. Dia menikah tapi tidak mengundangku. Ah! Ia benar, begitu. Menyebalkan sekali bukan? Haha…”

Yi Xing hanya mengangguk singkat tanpa minat, “Luhan ingin menelponku jam makan siang ini. Nuna sudah makan?” tanya Yi Xing lagi.

“Ah, aku belum makan. Ayo…”

Dan Lisa lagi-lagi merutuki nama Luhan. Kenapa nama itu bisa-bisa muncul disaat seperti ini? Dan langkah Lisa langsung terhenti saat ia menebak sesuatu. Matanya kini sudah terjatuh pada punggung Yi Xing yang berjalan mendahuluinya.

Jangan katakan Luhan akan mengundang Yi Xing ke pesta pernikahannya.

 

***

 

Dengan tampang bingung, Wufan mengikuti Luhan yang baru saja menginjakkan kakinya ke sebuah ruangan khusus di sebuah toko perhiasan. Wufan awalnya tak yakin untuk mengantar Luhan kemari, pasalnya Luhan akan memesan sepasang cincin pernikahan. Dan setidaknya, harusnya ada orang yang terlibat dalam pernikahan itu dan bukannya membawa-bawa dirinya yang notabennya tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahan Luhan.

“Kenapa kau tidak mengajak ibumu saja jika kau tidak bisa mengajak Ariel?” tanya Wufan menunjukkan ketidaknyamanannya. Dan pertanyaannya itu berhasil mengundang tanda tanya terlukis di mata Luhan.

“Memangnya kenapa? Aku tidak akan menyuruhmu mencoba cincin pernikahanku,” sahut Luhan cuek dan asal-asalan. Dan ia sungguhan, ia hanya mengajak Wufan untuk mengantarnya saja. Karena tempat yang didatanginya adalah tempat kakak Yi Xing, Zhang Li Yin. Dan Li Yin Jie Jie (kakak perempuan) –begitu Luhan memanggilnya- merupakan seorang designer perhiasan.

Wufan yang mendengar jawaban Luhan hanya mendengus malas. Luhan ini benar-benar, sudah minta tolong dan masih saja bisa membuat orang lain kesal.

“Kenapa tidak pesan yang sudah ada saja?” tanya Wufan lagi karena ia masih penasaran dengan sikap Luhan yang agak aneh.

Luhan pun langsung duduk di salah satu kursi dan langsung menatap Wufan dengan tatapan serius –bahkan setengah berbinar, “Sebenarnya aku ingin membuat kejutan. Aku sudah membua sebuah sketsa untuk cincin pernikahanku kelak.” Jawab Luhan dengan nada semangat yang tidak terlalu kentara, tapi Wufan bisa mendengarnya.

Tapi…tunggu! Jadi Luhan sudah merencanakan ini? Luhan merencanakan ‘sesuatu’ untuk pernikahannya yang bahkan selama ini selalu Luhan keluhkan tidak akan terjadi?

“Kau…membuat sebuah sketsa cincin? Kau sudah niat menikahi seseorang sebelumnya?” tanya Wufan lagi dengan nada tidak sabaran. Dan Luhan justru tertawa geli mendengarnya.

“Tidak juga,” sahutnya saat tawanya mulai mereda. Dan Luhan pun mengangkat bahunya, “Sebenarnya aku membuat ini dulu, saat pertama kali aku berhasil tidur dengan wanita,” kata Luhan dengan polosnya.

Dan mata Wufan lansung melebar sempurna. Luhan ini polos atau apa? Jadi Luhan jatuh cinta pada…astaga! Yang benar saja! Ana mungkin Luhan jatuh cinta pada gadis di club malam? Wanita-wanita malam yang sering berginta-ganti pasangan tidur?

“Luhan? Otakmu masih sehat, kan?” tanya Wufan dengan…entahlah. Ia merasa geli, bingung, sekaligus sedih dengan pemikiran bodoh Luhan yang entah datang darimana.

Dan Luhan justru menggeleng keras, “Otakku baik-baik saja. Aku…aku hanya sempat berpikir, mungkin aku bisa sembuh saat itu. Nama gadis itu Luna. Aku membayarnya sangat mahal, karena ia masih terbilang ‘baru’. Aku terlalu senang saja…tapi aku tidak tahu ternyata aku tidak benar-benar sembuh,” tatarnya kemudian.

Wufan hanya mendengus pelan mendengar kejujuran Luhan yang sedikit aneh itu. Ia ingin menyangkal sesuatu dari ucapan Luhan, tapi sayangnya tak satupun kata yang tepat muncul di kepalanya, hingga akhirnya ia tetap hening sampai seseorang yang dipanggil Li Yin Jie Jie itu muncul dan menyapa mereka berdua.

 

***

 

“Bagaimana dengan gaunnya?” tanya Lim Jinha saat mendapati putrinya baru saja tiba. Anak itu –Ariel Lau- baru saja mencoba gaun pengantinnya.

Ariel hanya menoleh sebentar, sama sekali tidak tertarik untuk membahas soal gaun pengantin atau apapun mengenai pernikahannya. Ini sama sekali tidak spesial, tidak menarik, dan hatinya hambar-hambar saja menghadapi semua ini. Sehingga tadi saat mencoba gaunnya pun, Ariel merasa biasa-biasa saja meskipun ‘calon ibu mertuanya’ malah memujinya berlebihan.

“Luhan sudah pulang?” tanya Ariel balik tanpa menjawab pertanyaan ibunya terlebih dahulu. Gadis itu langsung duduk di salah satu sofa di ruang tengah, tidak peduli bagaimana statusnya di rumah ini. Toh, ia akan menjadi menantu keluarga Xi. Jadi ia tidak berstatus sebagai rakyat jelata, kan?

Lim Jinha sedikit mengerutkan dahinya saat pertanyaan itu terlontar ketus dari mulut Ariel. anak itu hampir tidak pernah membahas Luhan, dan hari ini dia tiba-tiba menanyakan Luhan…bukankah itu sesuatu yang agak luar biasa?

“Dia belum pulang. Ada apa tiba-tiba menanyakannya?”

Ariel hanya mengangguk lesu, “Tidak ada. Tanya saja.” Sahutnya singkat sebelum akhirnya pamit untuk meninggalkan ibunya.

Dan tanpa sepengetahuan Ariel, Lim Jinha menghela napas panjang –menahan rasa tidak nyaman yang mengganjal dadanya. Putrinya berubah, meskipun tidak mengurangi rasa hormat gadis itu padanya, tapi tetap saja Ariel kelewat ceria untuk ukuran Ariel yang baru saja bicara dengannya.

“Maafkan Mama…”

 

***

 

Ariel tidak berniat menunggu Luhan sebenarnya. Ia hanya sedang duduk santai sambil mendengarkan lagu favoritnya di smartphone couple-nya dengan Yi Xing, dan tentunya pasangan smartphone-nya dipegang oleh Yi Xing. Ariel merindukan Yi Xing. Sangat…

Dan ditenga-tengah lamunannya yang saling tumpang tindih, tiba-tiba Luhan muncul dengan pakaian kerjanya yang berantakan. Berjalan mendekat ke arah Ariel seolah tahu gadis itu sempat mencarinya. Oh yeah, jangan katakan jika ibunyamemberitahu Luhan jika ia sempat menanyakannya tadi.

“Belum tidur?” sapa Luhan sambil menjatuhkan pantatnya temat disisi Ariel. wajahnya terlihat cukup kusam malam itu.

“Menurutmu?” balas Ariel dengan nada ketus. Ia sebenarnya tidak bermaksud ketus, apalagi menggeser tubuhnya untuk memberi jarak lebih antara dirinya dan Luhan.

Luhan hanya mendengus pelan dengan sikap Ariel. ia memakluminya, tentu saja. Ia paham pasti cukup sulit untuk menerima pernikahan yang sedikit dipaksakan ini.

“Jika kau ingin membatalkan pernikahan ini, katakan saja. Aku akan bicara pada ibuku,” kata Luhan serius tanpa memandang wajah Ariel.

Dan Ariel cukup tergelak dengan pertanyaan Luhan, “Lalu apa yang akan terjadi pada ibuku? Bahkan aku tidak tahu apa yang dijanjikan ibumu pada ibuku,” sahut Ariel masih dengan nada ketus.

“Aku akan tetap mengusahakan janji itu ditepati meskipun seandainya pernikahan ini batal,”

Dan Ariel justru tertawa mencemooh, merasa lucu dengan jawaban enteng Luhan. Pantas saja ibunya mudah terjebak, karena ibunya bekerja di tempat orang-orang mengerikan sejenis Luhan ini.

“Ya ya, terlalu mudah untukmu. Lalu kenapa tidak aku nikahi saja cinta pertamamu itu? Kau kaya, tampan, pendidikanmu bagus dan kau punya pekerjaan yang menggiurkan. Apakah itu tidak membuatnya cukup tertarik padamu?”

Hening. Luhan terlalu terpana dengan luka yang sedikit disayatkan Ariel padanya. Dan ia yang tadinya lebih memilih menghindari kontak mata dengan Ariel, akhirnya memutar kepalanya dan memanahkan pandangannya ke retina Ariel.

“Kau tidak akan mengerti,” sahut Luhan dengan nada yang berubah dingin seketika.

Tidak. Ia tidak peduli lagi. Mau gadis itu setuju atau tidak, Luhan tidak mau tahu lagi. Dan Luhan pun memilih pergi meninggalkan Ariel. tidak berbalik sedikitpun untuk menjelaskan sesuatu yang tidak Ariel mengerti.

 

***

 

“Yi Xing, ada undangan untuk mengisi acara musik di Inha University. Apa kau…akan benar-benar datang ke Cina? Maksudku, kau tidak akan memenuhi undangan itu?” tanya Lisa meyakinkan Yi Xing sekali lagi. Demi apapun! Ia tidak akan tega membiarkan Yi Xing melihat kekasihnya sendiri berjalan di altar untuk menjadi pengantin sahabatnya sendiri! Gila! ini lebih gila daripada novel-novel yang ia baca selama ini.

Yi Xing hanya mengerutkan dahinya bingung. Apa yang salah dengan managernya hari ini? Dia sudah mengatakan untuk meng-handle semua jadwal yang bertepatan dengan pernikahann Luhan. Dan sekarang dengan terang-terangan Lisa mencoba menghalang-halanginya?

“Nuna tahu aku akan datang ke pesta pernikahan Luhan, kenapa masih bertanya?” sahut Yi Xing dengan nada tidak suka. Agak bingung dengan sikap Lisa yang berubah aneh.

“Tapi…”

“Ini demi sahabatku, Nuna. Bahkan Li Yin Jie Jie mewanti-wantiku agar datang ke sana. Luhan mempersiapkan sesuatu yang spesial untuk calon istrinya, dia beruntung ya? Andai saja Ariel…”

“Oh, oke baiklah. Maafkan aku. Kita pergi bersama, ya?” potong Lisa cepat. Ia tidak mau lama-lama mendengar nama Ariel. tidak. Ia tidak bisa membiarkan Yi Xing terjatuh dalam perasannya yang sebentar lagi akan hancur berkeping-keping.

 

***

 

Sore itu, Yi Xing langsung tiba di Beijing dan langsung memesan 2 kamar hotel untuk dirinya dan Lisa. Tidak ada alasan khusus kenapa Lisa tiba-tiba tertarik dengan pernikahan temannya, karena sebelum-sebelumnya, jika Yi Xing pergi ke luar kota maupun ke luar negrti tanpa ada schedule pekerjaan, Lisa akan lebih memilih untuk tetap tinggal di Seoul. Tapi hari itu, Lisa justru merengek ingin ikut. Dan tentu saja Yi Xing tidak akan keberatan, ia juga malas untuk menemui kakaknya, Li Yin.

“Biar aku saja yang menginap di hotel, kau temui kakakmu saja.” Saran Lisa saat mereka baru saja memasuki sebuah taxi.

Dan dengan cuek Yi Xing hanya mengedikkan bahunya, “Tidak. Aku ingin menginap di hotel saja. Aku butuh waktu sendiri, kau tahu sendiri kan jika Li Yin banyak bertanya kupingku tidak akan kuat untuk mendengar semua recokannya.” Keluh Yi Xing ngeri sambil membayangkan banyaknya pertanyaan yang akan dilemparkan oleh Li Yin padanya.

Lisa hanya mmengangguk pelan sambil menarik kedua sudut bibirnya. Ia mengerti. Ini pasti mengenai Ariel. bagaimanapun Li Yin tahu jika Yi Xing memiliki kekasih dan berniat akan menikahinya sesegera mungkin. Dan semua itu berakhir menjadi lembaran rencana yang tidak akan pernah terwujud.

Lisa mendesah pelan. Tentu saja, mungkin dalam pikiran Yi Xing, Ariel bisa saja kembali padanya. Meneruskan hubungan mereka dan melanjutkan rencana membangun rumah tangga mereka. dan tada…mereka hidup bahagia selamanya.

Tapi tidak ada yang mengatakan itu akan benar-benar terjadi, kan? Hidup ini terlalu banyak kejutan. Dan ia cukup terperangah saat tahu kesakitan kini tengah menghujani Yi Xing. Lisa pun memutar kepalanya ke arah Yi Xing yang sedang menatap kosong trotoar di luar jendela taxi. Ia harap, Yi Xing akan tegar seandainya ia tahu siapa yang akan menjadi pendamping Luhan besok…

 

***

 

Luhan kembali memandang dirinya di depan cermin. Ia tidak menyangka hari ini akan tiba. Dimana ia akan menikahi seorang gadis, memakai tuxedo dan…entahlah. Masih banyak hal yang ingin ia deskripsikan mengenai perasaannya, tapi tidak ada satu ata tepat pun yang muncul. Ia hanya merasa gugup. Padahal, ia sama sekali tidak menyukai gadis itu. Ia bahkan tidak terlalu mempedulikan persiapan pernikahan yang sebagian besar diurus oleh ibunya ini.

Tapi sekarang Luhan justru merasakan jantungnya berdetak diluar kata normal. Ada kata gugup yang mencekik hati Luhan. Entah kenapa. Mungkin semua calon pengantin merasakannya? Ya, mungkin memang begitu. Jadi, meskipun Luhan tidak peduli dengan pernikahan ini, mungkin ia akan tetap merasa tegang.

Ia kembali mendesah pelan. Hidup ini layaknya panggung sandiwara yang menggambarkan banyak lelucon. Dan lelucon itu malah berbentuk masalah bagi Luhan…

“Ayahmu sudah datang.”

Luhan langsung menatap ibunya lewat pantulan cermin, kemudian ia menoleh ke belakang. Wow, sesuatu yang exited ketika ayahnya akhirnya mau kembali datang ke Beijing dan melupakan sejenak mengenai masalah pekerjaan. Selain kesehatan rumah tangga ayahnya yang bisa dikatakan kurang begitu baik, ayahnya juga seorang workaholic yang bahkan tak jarang menomor duakan keluarga.

Dan hari ini ayahnya datang kembali? Untuk pernikahannya?

Dan Nyonya Xi langsung mendekati Luhan. Sedikit merapikan pakaian yang dikenakan Luhan saat ini, “Dia pasti kelewat bahagia saat tahu putranya akan menikah,” ucapnya pelan sambil menatap mata Luhan, “Apapun yang terjadi, aku akan tetap melindungimu. Jangan pikirkan apapun lagi, perlakukan pernikahan ini senormal mungkin, mengerti?” lanjutnya lagi.

Dan ini membuat hati Luhan terenyuh. Kemana saja ia selama ini? Ia bahkan tidak terlalu mendengarkan ibunya. Ia hanya selalu berpikir, ibunya terlalu berisik dan terlalu rewel mengurusi hidup Luhan. Luhan memang tidak terlalu suka diatur, meskipun akhirnya ibunya akan selalu memenangkan Luhan. Luhan akan tetap masuk ke dalam lingkaran permainan yang dibuat oleh ibunya.

Termasuk pernikahan ini. Tentu saja ini semua adalah rancangan ibunya. Tapi kali ini ia tidak merasa keberatan sekali, ia malah merasa kecewa pada dirinya sendiri. Ia terlambat menyadari bahwa betapa besarnya kasih saying sang ibu terhadapnya. Meskipun tahu Luhan hanya sebuah aib untuk keluarga, dengan senang hati ibunya tetap melindungi Luhan dengan cara apapun.

“Ma,” panggil Luhan yang menarik perhatian Nyonya Xi.

“Hmm?”

“Xiexie…”

 

***

 

Yi Xing terlalu sibuk dengan pikirannya saat ini. Meskipun ia sudah sampai di lokasi pernikahan Luhan, tapi tetap saja pikirannya melayang kemana-mana. Ia memang terlalu banyak pikiran belakangan, dan ia patut bersyukur karena kesehatannya baik-baik saja meskipun terlalu banyak beban yang menimpa kepalanya, pundaknya, seluruh tubuhnya.

Dan senyumnya langsung tertarik saat membayangkan Luhan yang sedang tegang. Luhan seperti anak perempuan, banyak bicara, mudah panik, selalu menggunakan hati, dan masih banyak lagi. Yi Xing tidak habis pikir, selain laki-laki itu terbilang cantik, bahkan lebih cantik daripada anak perempuan di sekolah mereka dulu, ada beberapa sifat Luhan yang juga seperti anak perempuan. Dan yeah, ini membuat Yi Xing agak sedikit geli membayangkannya.

Yi Xing sudah bersemangat masuk untuk menemui Luhan. Hari ini ia akan memainkan piano untuk Luhan. Untuk sahabat tercintanya. Dan masih banyak rencana-rencana lainnya yang akan dilakukan Yi Xing untuk membuat Luhan tersenyum.

Dan saat akan masuk, Yi Xing sadar ia tidak memegang undangan pernikahan Luhan. Kemudian ia pun berbalik ke arah Lisa –dan Lisa terperanjat kaget. Entah kenapa wajah Lisa terlihat agak tegang sejak kemarin, tapi Lisa sama sekali tidak mengatakan apa-apa. Seolah ia menyembunyikan sesuatu dari Yi Xing.

Mungkin itu masalah pribadi. Yi Xing mencoba menebak. Lisa orang yang cukup tertutup dan ia yakin, ini pasti masalah pribadi Lisa. Dan mungkin juga karena masalahnya yang tidak Yi Xing tahu itu, membuat Lisa ingin ikut dengannya ke Beijing.

“Nuna, kau punya undangan dari Luhan? Aku lupa tidak menanyakannya kemarin, tapi Luhan bilang ia sudah kirim undangannya,” kata Luhan yang membuat Lisa semakin panik.

Namun sebisa mungkin, gadis itu tetap bersikap biasa seolah tidak ada apa-apa. Meskipun Lisa tahu, itu pasti akan gagal total mengingat kepayahan Lisa dalam berakting. Saat putus dari pacarnya saja Yi Xing mengejeknya habis-habisan karena ekspresi wajahnya, apalagi ini?

“Biar aku saja,” ringis Lisa dan berjalan mendahului Yi Xing dan berniat memberikan undangan itu.

Yi Xing menggeleng pelan, ia langsung menahan lengan Lisa dan mengambil undangan berwarna biru langit itu, “Aku yang diundang. Lagipula aku belum melihat undangannya, nuna juga tidak bilang padaku jika undangannya sudah datang.”

Tentu saja! Lisa berteriak dalam hati. Bagaimana ia bisa memberikan undangan itu pada Yi Xing jika ada nama Ariel tertera di undangan itu? Bagaimana ia bisa melihat Yi Xing terpukul saat tahu kekasihnya menggagalkan semua rencana pernikahan mereka dan menikahi pria lain, yang tak lain adalah sahabat Yi Xing sendiri!

Yi Xing langsung memberikan undangan itu pada petugas yang memeriksa, dan setelah selesai Yi Xing kembali mendapatkan undangan itu. Lisa terus berdoa semoga Yi Xing tidak tertarik untuk membaca undangan itu sedikitpun. Cukup dengan memegangnya saja, tidak perlu sampai membaca atau melirik. Sedikit saja Yi Xing melirik, ia akan menemukan nama Ariel atau nama belakangnya ‘Lau’ di undangan itu yang sudah bisa dipastikan akan menarik perhatiannya.

Dan baru beberapa langkah Yi Xing masuk, tiba-tiba Yi Xing menghentikan langkah kakinya dengan tubuh yang sempat menegang. Lisa sudah memejamkan matanya, ia tahu apa yang baru terjadi disini. Ketakutannya terjadi. Yi Xing pasti membaca undangannya. Pemuda itu pasti sudah melihat nama Ariel…

 

Yi Xing membeku saat membaca nama Ariel Lau sebagai pengantin wanita Luhan di undangan itu. Jantungnya seolah berhenti berdetak beberapa saat, bahkan ia lupa cara bernapas dengan benar padahal udara disekitarnya masih terlalu normal.

Yi Xing menggeleng pelan. Tidak mungkin itu Ariel nya kan? Tidak mungkin Ariel mengkhianatinya, meninggalkannya dan menikah dengan…

Yi Xing tidak mampu meneruskan jalan pikirannya. Sakit. Ia sudah kelewat sakit saat tahu Ariel memutuskan hubungan mereka, dan ia tidak mampu membayangkan bagaimana jika Ariel benar-benar menikah dengan sahabatnya.

Yi Xing buru-buru membuka undangan itu, membaca nama Ariel sekali lagi sekaligus membaca nama orangtua Ariel calon istri Luhan yang diyakini Yi Xing bukan Ariel Lau orang yang dicintainya. Dan harapannya kebas. Nama Lim Jinha tertera disana. Ia hanya tahu nama ibu Ariel dan…

Tiba-tiba saja tangannya berlari ke arah dadanya tanpa sebab. Ia ingin menahan rasa sesak yang tiba-tiba menjerat dadanya. Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apalagi. Ia yakin ini Ariel-nya. Ia yakin ini adalah Ariel Lau yang sudah dipacarinya 2 tahun lalu tapi…

“Yi Xing,” panggil Lisa khawatir sambil memegang bahu ringkih Yi Xing. Entah kenapa seluruh tubuh Yi Xing tiba-tiba menjadi sakit. Seolah tak lagi mampu menanggung beban sekecil apapun lagi, meskipun itu hanya tangan kurus Lisa.

“Nuna…” Yi Xing menelan ludah saat tahu suaranya benar-benar tercekat. Tapi ia harus memastikannya. Ia harus tahu kebenarannya. Terlebih Lisa lah yang pertama kali mendapatkan undangan itu.

Perlahan, Yi Xing memutar kepalanya ke arah Lisa dengan tatapan hancur. Yi Xing sudah membuka mulutnya henda mengatakan sesuatu, tapi mulutnya kembali terkatup. Ia sama sekali kehilangan kata-katanya. Ia tidak tahu harus bertanyya darimana. Ia hanya tahu hatinya benar-benar hancur sekarang.

“Aku harus bertemu Ariel…” desis Yi Xing.

 

***

 

Ariel terpana terhadap pantulan bayangannya sendiri di cermin. Ia tidak pernah merasa dirinya cantik, bahkan dibandingkan dengan kakaknya Whitney, kakaknya jauh lebih cantik dan menarik. Dan tentunya, satu satunya orang yang kelewat sering memujinya cantik hanya…Yi Xing.

Ariel mendengus pelan. Kepalanya sedikit tertunduk, tidak lagi terlalu antusias mendapati dirna bagaikan seorang putri di dalam cermin. Ia merindukan Yi Xing, dan pikiran…harusnya ia berdandan cantik seperti ini adalah untuk Yi Xing. Bukan orang lain.

Braak!

Ariel mengangkat kepalanya kaget ketika pintu ruang riasnya dibuka dengan kasar. Ariel yang berniat menegur siapapun yang telah membuka pintunya dengan cara kurang menyenangkan itu, langsung tertegun ketika mendapati sepadang mata penuh luka terjatuh ke retina matanya

Yi Xing. Itu Zhang Yi Xing. Itu adalah orang yang membuatnya banyak mengeluarka airmata karena merindukannya. Itu adalah Zhang Yi Xing yang selama ini menjalin kisah cinta dengannya. Dan…kenapa dia disini?

“Ge…gege…”

Untuk beberapa saat Yi Xing tidak bergeming, ia hanya memperhatikan penampilan Ariel dan…luka itu semakin membesar saat kenyataan membentaknya, bahwa Ariel adalah calon istri Luhan. Calon istri sahabatnya.

Meskipun ia tahu dari Luhan pernikahan ini hanya perjodohan, tapi adakah seorang pria yang bisa menerima dengan mudah kekasihnya akan menikah dengan orang lain?

Yi Xing pun menyeret kakinya mendekati Ariel yang masih mematung ditempatnya. Ia tak kalah shock saat mendapati Yi Xing berada tepat di depan matanya. Dan setelah berada tepat di depannya, suara Yi Xing langsung memenuhi udara.

“Kenapa…kenapa ini terjadi padaku Ariel-a?” dan bahasa Korea yang belakangan lenyap dari pendengarannya, tiba-tiba kembali muncul. Meskipun dengan aksen yang buruk, tapi Ariel selalu suka dengan aksen itu. Aksen yang hanya dimiliki oleh seorang Zhang Yi Xing.

Dan Ariel tak bergeming. Ia tetap diam di tempatnya. Kehilangan semua kata-kata yang tepat untuk keluar dari mulutnya.

“Katakan padaku Ariel, kenapa? KENAPA KAU MENINGGALKANKU?!”

Ariel memejamkan matanya. Ia sudah bersusah payah untuk tidak menumpahkan airmatanya. Dan sekarang ia kehilangan segala pertahanannya. Ia tidak bisa berpura-pura tegar di hadapan Yi Xing. Tidak. Ia tidak mampu…

Tangis itu pecah begitu saja. Bukan hanya Ariel yang menangisi nasib cintanya, tapi juga Yi Xing yang tak lagi bisa menahan airmatanya. Sakit. Ada rasa sakit yang amat besar, yang bahkan sama sekali ia tidak bisa menemukan caranya untuk menenangkan rasa sakit itu.

Dan entah rasukan setan dari mana, Yi Xing langsung menarik tengkuk Ariel dan mempertemukan bibir mereka. tidak peduli aakah Ariel akan menikah hari ini atau tidak. Ia ingin menyalurkan semua perasaannya lewat tautan bibir mereka. dan Ariel membalas ciuman Yi Xing yang semakin dalam dan semakin kasar.

“Saranghae…mianhae…” desis Ariel pelan disela ciuman mereka. tapi Yi Xing tidak melepaskan bibir mereka.

***

 

Ariel termenung sambil memandangi cincin di jari tangan kanannya. Laki-laki itu –yang saat ini beridiri jauh darinya dan sibuk berbincang dengan teman-temannya, laki-laki bermarga Xi yang entah bagaimana bisa menyelipkan cincin itu dan mengikatnya dengan ikatan suci seperti ini.

Tidak ada perasaan yang begtu jelas bagi Ariel. ia hanya kagum pada dirinya sendiri, pada hidupnya yang begitu dramatis. Ia pecinta drama, ia sangat suka novel dengan alur yang melankolis berlebihan. Tapi ia tidak pernah tahu jika hidupnya jauh lebih menyedihkan dari semua cerita yang pernah ia baca dan ia tonton.

“Seorang pengantin tidak boleh terlihat sedih seperti itu, kau tahu pernikahan bukan sebuah awal penderitaan. Tapi wajahmu menunjukkan bahwa pernikahan ini begitu membuatmu tertekan…” dan ibu mertua Ariel tiba-tiba muncul di samping gadis itu. Ariel hanya bisa menarik kedua sudut bibirnya datar. Ia tidak terlalu peduli dengan ucapan Nyonya Xi. Ia lebih suka seperti ini, duduk di sudut ruangansambil membalas pesan Kakao dari Baekhyun. Sahabatnya yang satu itu mengucapkan maaf karena ia tidak bisa datang, dan Ariel memanfaatkan kesempatan itu untuk mengobrol lebih banyak dengan Baekhyun.

“Tapi aku benar-benar ingin mengucapkan terimakasih banyak padamu,” Nyonya Xi kembali angkat suara. Kepala wanita itu sedikit menengadah ke arah langi-langit ruangan yang sama sekali tidak menarik, tapi ibu kandung Luhan itu akan selalu mengingat momen terpenting dalam hidupnya ini dan mengenyampingkan masalah yang menyakitinya sebelumnya, “Karenamu Luhan bisa tersenyum hari ini. Karena pernikahan ini, ayahnya bisa datang dan Luhan terlihat sangat senang karenanya. Ia pasti sangat merindukan ayahnya,” lanjutnya lagi.

Ariel tersenyum kecut. Pernikahan ini sepertinya membahagiakan siapapun selain dirinya. Jika Luhan bisa tersenyum karena ayahnya datang, dan ia? Clinton bilang ia tidak bisa menemukan ayah mereka, Henry juga tidak bisa datang karena kuliahnya, dan Whitney juga pasti tidak akan datang karena kendala biaya perjalanan. Walaupun Ariel tahu ibu mertuanya akan membantu dengan senang hati, tapi hati kecil Ariel menolak sudah cukup harga dirinya terbeli dengan cara murahan seperti ini, ia tidak ingin terlihat seperti seorang pengemis.

“Dan kau juga telah bersedia mengubah hidup Luhan,” kata Nyonya Xi lagi masih tidak melihat Ariel, pandangannya kini beralih pada Ariel yang hanya melihatnya dengan tatapan datar, “Kuharap dia bisa sembuh karenamu. Aku percaya, jika cinta bisa hilang seiring waktu, maka seharusnya cinta juga bisa tumbuh karena berjalannya waktu, kan?”

Kening Ariel langsung berkerut. Sembuh? Apanya yang sembuh? Dan apa hubungannya dengan pernikahan ini?

Nyonya Xi hampir melangkahkan kakinya menjauh dari Ariel, namun suara Ariel yang memanggilnya berhasil menghentikan langkah kaki wanita itu.

“Apa maksud dari perkataan anda? Apanya yang berubah? Dan…apa yang sembuh?” tanya Ariel menekan seluruh rasa enggannya. Kini ia menantu wanita itu, bukan lagi putri dari asisten rumah tangga wanita itu.

Nyonya Xi mengangkat bahunya perlahan. Jadi gadis itu belum tahu apapun mengenai Luhan? Dengan berat, ia segera berbalik. Ia tidak ingin mengatakan kenyataan mengenai Luhan, putranya sendiri. Tapi pernikahan telah mereka jalani, berhasil atau tidak setidaknya Ariel tidak akan dengan mudah lepas jika seandainya Ariel tidak menyukai kenyataan ini.

“Luhan…dia tidak bisa tertarik pada wanita.”

Lutut Ariel langsung melemas seketika. Ia bahkan tidak tahua apa ayng membuat kakinya masih isa menopang tubuhnya yang baru ditimpia ratusan ton beban di pundaknya. Apa yang baru terjadi disini? Ia dibohongi? Luhan seoran…gay?

 

***

 

Luhan mengerucutkan bibirnya kesal ketika Wufan mengirimnya sms jika ia tidak bisa datang ke pesta pernikahannya. Shanghai, laki-laki itu bilang ia ada perjalanan bisnis ke Shanghai dan itu alasan paling konyol bagi Luhan sejak kapan laki-laki itu tidak bisa meluangkan waktu untuknya? Bahkan rapat terpenting saja bisa ia tinggalkan jika Luhan memintanya.

Dan mood Luhan semakin terpuruk karena wajah kusut Yi Xing. Yi Xing terlalu kaku hari ini, entah apa yang salah. Tapi dari yang Luhan dengar, ia putus dari pacarnya dan tentu saja Luhan yakin laki-lak itu sangat kecewa. Luhan tahu betapa besar cinta yang dimiliki Yi Xing untuk gadis beruntung itu.

Tiba-tiba saja ia merasa kesal sendiri pada mantan pacarYi Xing. Gadis gila mana yang berani menyakiti Yi Xing? Apakah gadis itu tidak tahu arti ketulusan yang Yi Xing miliki? Apalagi yang membuat gadis itu merasa kurang? Yi Xing kelewat baik di mata Luhan, tidak! Bahkan semua orang tahu itu. Pasti mata gadis itu rusak.

“Yi Xing, kau sudah berjanji padaku untuk memainkan sebuah lagu padaku, kau tidak akan melanggarnya, kan?” canda Luhan sambil menyikut lengan Yi Xing.

Yi Xing mengangkat wajahnya dan menatap Luhan. Deretan kata sakit itu semakin mencabiknya…ia mendesah pelan dan mengalihkan pandangannya. Luhan tidak salah, tentu saja. Luhan sama sekali tidak tahu siapa gadis yang baru saja mengucapkan sumpah pernikahan dengannya hari ini, Luhan sama sekali tidak tahu apa-apa tentang dia dan istri Luhan. Ia tidak bisa menyalahkan Luhan apalagi sampai tega mengatakan jika ia dan Ariel…

Tidak. Itu gila. ia tidak tahu sebesar apa masalah yang akan timbul nantinya.

“Aku akan melakukannya,” kata Yi Xing akhirnya dengan umbaran senyum di bibirnya. Entah seburuk apa aktingnya saat ini, ia tidak berani membayangkannya. Ia sangat payah. Kelewat payah malah.

Luhan tersenyum kecil, “Tentu saja kau harus. Terimakasih…”

Yi Xing hanya mengedikkan bahunya dan langsung berjalan menuju sebuah panggung. Entah sengaja disiapkan Luhan atau tidak, sudah ada piano disana. Dan hari ini jemarinya akan bernyanyi tentang hidupnya, tentang kisah cintanya, tentang seseorang yang akan tertinggal menjadi lembaran memori yang tak layak direngkuh di masa depan.

 

***

 

Lagi-lagi Ariel kembali menangis. Ini gila. ini pernikahan terburuk yang pernah ada mungkin, karena pengantin wanitanya terus saja merasa tenggelam dalam airmata kesedihannya. Tidak ada rasa senang, sama sekali tidak ada. Ia harus menanggung semua ini sendirian.

“Lucu sekali…” desis gadis itu dengan suara mengerikan. Ia bahkan bisa mendengarnya sendiri.

“Yi Xing akan memainkan piano untuk pernikahan kalian, kau akan mendengarkannya, kan?”

Kepala Ariel langsung berputar ke arah Lisa yang entah muncul darimana. Ia ingin memeluk wanita itu, sama seperti dirinya menangis karena bertengkar hebat dengan Yi Xing ataupun ketika ia menjadikan Lisa sebagai kakaknya di Korea.

Tapi saat ini ia sama sekali merasa tidak layak. Bahkan jika Lisa ingin menamparnya, ia tidak akan menghindar. Ariel layak mendapatkannya. Ia tahu bukan hanya ia yang tersakiti dalam masalah ini, tapi Yi Xing pasti akan jauh lebih terpukul. Dan Lisa sudah bisa dipastikan akan ada di pihak Yi Xing.

“Jangan menangis. Tidak pantas seorang pengantin menangisi pernikahannya dan justru memikirkan pria lain selain suaminya,” tidak ada nada sindiran di dalam nada suara Lisa. Wanita itu juga tidak terlihat maras sama sekali. Meskipun Ariel tidak melihat senyum sama sekali disana.

“Pertama aku ingin mengucapkan selamat untuk sahabatku yang akhirnya menemukan pendamping hidupnya dan akan memulai hidup baru. Dan sebagai salah satu hadiahku untuk pernikahannya, aku akan memainkan sebuah lau yang berujudul…First Snow.”

Dada Ariel langsung membeku. Ia benar-benar ingin mati saja sekarang. seandainya ia bisa menghentikan waktu, ia ingin menghentikannya sekarang. ia benar-benar lenyap dari sini, dari tempat ini dan berharap melupakan semua yang pernah terjadi dalam hidupnya.

 

***

 

(Flashback on)

 

“LIhat, aku sudah menyelesaikan sebuah lagu.” Ucap Yi Xing dengan nada pamer sambil meletakkan sebuah kertas tepat di hadapan Ariel.

Gadis itu sedang sibuk menyelesaikan tugas dari Dosen Kwon, dan ia tidak terlalu memikirkan soal lagu yang dibanggakan Yi Xing saat ini. Pria itu sudah terlaku sering menulis sebuah lagu, jadi Ariel tidak akan terlalu kagum lagi karenanya.

“Hei, kau mengabaikanku?” protes Yi Xing karena Ariel masih menekuni bukunya. Padahal, ia juga butuh perjuangan untuk sampai di kantin fakultas Ariel.

Ariel sedikit mengangkat wajahnya, “Maaf Ge, tapi sekarang aku terlalu sibuk. Bagaimana jika kau menunjukkannya lain kali? Aku…”

“Ini hari jadi kita yang ke 100.” Potong Yi Xing cepat dengan nada serius. Dan itu berhasil membuat Ariel mengangkat kepalanya dan menatap Yi Xing dalam…

Idiot! Bagaimana bisa Ariel lupa tentang itu? Padahal ia sendiri yang memaksa Yi Xing untuk menyiapkan sesuatu saat hari jadi ke 100 mereka.

“Dan karena kau sudah menyelingkuhiku dengan buku menyebalkan itu, kau harus mendengarkannya saat konserku nanti.” Lanjut Yi Xing lagi.

“Mwo? Yak! Mana bisa begitu. Itu kan untukku, kenapa aku harus mendengarnya bersama dengan orang lain?” sewot Ariel tidak terima. Dasar kekanakan, sudah sebesar ini Yi Xing masih saja merajuk seperti anak SMA.

Yi Xing langsung bangkit dari tempat duduknya dengan wajah tanpa dosa, “Judulnya First Snow. Karena aku menembakmu saat salju pertama turun. Bahkan kita berciuman saat itu. Aku tidak tahu bagaimana caranya menggombal yang bagus, yang pasti aku mencintaimu. Dan dengan saat menulis lagu ini, aku hanya ingat semua perasaanku padamu. Karena satu-satunya alasan lagu ini adalah dirimu, maka aku ingin memamerkannya pada semua orang, bahwa aku adalah laki-laki beruntung yang telah memiliki Ariel Lau dihidupku.”

 

(Flash Back End)

***

 

Ariel menghentikan lamunannya. Ia kehilangan kontrol untuk menghentikan airmatanya. Terlalu sakit.

“Eonni…”

Lisa langsung memuar kepalanya ke arah Ariel yang terlihat sangat menyedihkan saat ini.

“Jika Yi Xing tidak tahu, aku sangat mencintainya. Bahkan dalam mimpi sekalipun, aku hanya mencintainya. Aku hanya berharap bisa menjadi pendamping hidupnya, menghabiskan waktu kami bersama, dan saling membagi cinta kami. Jika Yi Xing tidak tahu, aku benar-benar mencintainya Eonni…”

Lisa langsung menarik Ariel ke pelukannya. Membiarkan Ariel menumpahkan segala airmatanya di bahu Lisa. Bahkan, ia ikut menitikkan airmatanya saat menyadari betapa ringkihnya bahu Ariel saat ini.

“Aku tahu. Bahkan Yi Xing juga tahu. Tuhan juga tahu kalian saling mencintai. Tapi Tuhan tidak merestui kalian, bukan Tuhan tidak melihat cinta kalian, tapi karena ada seseorang yang lebih baik untuk diri kalian. Seseorang yang jauh lebih dipercaya, yang benar-benar mampu untuk mencintai kalian lebih besar daripada cinta yang saat ini kalian miliki.”

 

***

 

Luhan langsung turun dari mobilnya saat mereka –ia dan Ariel- sampai di rumah milik Luhan. Ini benar-benar rumah Luhan, hanya saja Luhan mampir kemari hanya saat sedang musim semi saja, karena saat itu semua tumbuhan di halaman rumahnya sedang tumbuh.

Luhan menoleh sebentar ke arah Ariel yang sedikit kesusahan turun karena gaunnya yang merepotkan itu. Luhan mendengus pelan, ia sudah mengatakan pada ibunya agar gaun pengantin Ariel tidak perlu berlebihan seperi gaun milik Putri Inggris. Luhan lebih suka gaun pengantin itu membuat Ariel nyaman dan bukannya kesulitan.

Kemudian, Luhan pun langsung menghampiri Ariel dan sedikit membantu gadis itu. Tidak peduli dengan tatapan dingin yang dilemparkan Ariel terhadapnya. Ia tahu Ariel tidak begitu menyukai pernikahan ini sejak awal, tapi entah kenapa ia berpikir untuk mengubahnya pelan-pelan.

“Lepaskan sepatumu,” ucap Luhan tiba-tiba.

Ariel hanya mengerutkan dahinya bingung. Kenapa dengan Luhan? Memangnya apa yang salah dengan sepatunya? Ah! Atau jangan-jangan Luhan akan langsung mengambil semua barang-barang yang diberikan padanya?

“Ayo buka. Semua pembantu akan cuti selama 2 hari. Aku tidak bisa mengambil sandal rumah sekarang, jadi pakai sepatuku dan lepas sepatumu. Aku tahu kakimu pasti sakit.” Kata Luhan lagi. Tidak ada nada perhatian ataupun khawatir, Luhan mengucapkannya dengan nada biasa. Dan itu membuat Ariel bingung.

Hanya ada seorang pria yang akan melakukan hal konyol itu padanya, Luhan. Hanya Luhan seorang.

Ariel pun menuruti perintah Luhan dan memakai sepatu Luhan yang kebesaran di kakinya. Ia benar-benar merasa tolol sekarang. tapi meskipun Luhan sudah berbuat sesuatu yang…ekhm, baik, tapi itu tidak mengubah pikirannya tentang ucapan ibu mertuanya tadi.

“Biarkan saja sepatumu. Aku sudah bilang pada Mama agar tidak membeli sepatu yang tidak terlalu tinggi, tapi Mama tidak mendengarnya.” Keluh Luhan yang membuat Ariel mengerutkan dahinya. Ia benar-benar seperti orang linglung.

Dan sesampainya di dalam rumah yang bisa dibilang mewah itu, Luhan langsung menunjukkan kamar untuk ‘mereka’ berdua. Ariel sempat berpikir Luhan akan menyuruhnya untuk tidur di tempat tidur yang berbeda. Tapi sejauh ini Luhan tidak mengatakan apapun. Bahkan laki-laki itu terkesan cuek, seolah tidak ada masalah apapun seperti yang diucapkan oleh Nyonya Xi. Dan yang pasti Luhan tidak memiliki masalah sebesar yang Ariel pikul…sial. Mengingat masalahnya membuat moodnya kembali turun.

“Kau bisa mandi disini, aku akan mandi di kamar mandi lain,” Luhan lagi-lagi bersuara. Dan Luhan benar-benar terlihat cerewet dan Ariel terlihat seperti seseorang yang bisu. Padahal Baekhyun dulu sering mengeluh karena Ariel terlalu banyak bicara, tapi harusnya hari ini Baekhyun bisa melihat bagaimana dirinya berubah menjadi seorang yang sangat pendiam.

“Luhan…” panggil Ariel tepat ketika Luhan memegang gagang pintu kamar mereka. entah keberanian darimana yang membuat Ariel membuka suaranya, tapi ia tidak bisa menahan lidahnya untuk tidak mengatakan apa yang ingin ia katakann saat ini.

Luhan berhenti dan menoleh ke arah Ariel yang tidak menatapnya. Menunggu ucapan Ariel berikutnya.

“Apa benar…kau seorang gay?”

DEG. Mata Luhan langsung membulat seketika. Tidak ada nada yang menunjukkan perasaan Ariel saat menyatakan pertanyaan tadi, nada bicara gadis itu kelewat datar. Tapi itu cukup menyentuh titik sensitif Luhan.

“Apa?”

Ariel pun memutar kepalanya ke arah Luhan, dan rasa bersalah langsung menggerayangi dadanya saat melihat perubahan raut wajah Luhan. Tapi semua perasaan bersalah itu tidak mengalahkan perasaan marah yang sejak tadi menyiksanya.

“Aku tidak tahu jika pernikahan ini terskenario dengan baik. Ternyata kedua orangtua kita mendapat keuntungan, ibuku mendapat apa yang dia inginkan dan ibumu juga mendapatkan apa yang diinginkannya,” Ariel pun tersenyum sinis, “Bukankah ini hampir mirip dengan transaksi bisnis? Aku benar-benar merasa diriku ini sangat murah…”

Ariel menghela napas panjang, dan entah darimana bisa suaranya terus saja memenuhi ruangan itu, “Tapi melihat tingkahmu hari ini membuatku tidak yakin jika kau seorang gay, apakah itu benar Luhan? Kau…seorang gay?”

Rahang Luhan benar-benar mengeras. Ia benar-benar tersinggung dengan ucapan Ariel yang keterlaluan di telinganya saat ini. Ia bersusah payah untuk menyiapkan pernikahan ini, ia juga mengusahakan yang terbaik untuk pernikahan yang bahkan ia juga tidak mengharapkannya. Dan gadis dihadapannya ini justru menganggap pernikahan ini sebegitu murahnya, persis barang loak yang tak berguna.

“Apa yang ingin kau katakan Ariel Lau?”

“Justru aku yang harusnya bertanya padamu Luhan, apa yang kau inginkan dariku? Kau selalu berkata jika aku tidak menginginkan pernikahan ini, maka aku bisa membatalkannya. Lalu kenapa tidak kau saja yang membatalkannya jika kau memang tidak menyukaiku? Jika kau memang tidak memiliki perasaan terhadap wanita sepertiku, harusnya kau yang membatalkannya. Kau membuatku berpikir terlalu jauh…” Ariel pun menarik napas panjang, “Kau tahu bahkan posisiku tidak bisa bergerak, apalagi untuk menolak pernikahan yangs udah diatur oleh orangtua kita. Lalu kenapa tidak kau yang melakukan sesuatu, hah?!”

Hati Luhan sakit. Ia merasakan sakit yang selama ini ia takutkan. Dan gadis ini benar-benar melakukannya dengan sempurna, tanpa rasa bersalah sedikitpun.

“Kau menyesal?”

“Aku harus meninggalkan kekasihku demi dirimu Xi Luhan!” teriak Ariel kehilangan kontrol. Ia bahkan tidak bisa menahan airmatanya yang terus saja berjatuhan, “Dan sekaranga ku malah terjebak dalam pernikahan konyol semacam ini. Bahkan kau…”

“LALU KENAPA JIKA AKU GAY? KAU MENYESAL?! KAU MENYESAL ARIEL LAU? BUKAN HANYA KAU YANG MENYESAL, BAHKAN AKU JUGA MENYESALI HIDUPKU!” kali ini Luhan yang balas berteriak pada Ariel.

Dan Ariel tercenung saat melihat wajah menyedihkan Luhan, seolah semua luka terpancar dari cahaya wajah Luhan, “Kau kira hanya kau yang menderita, Ariel Lau? Aku…aku bahkan sudah menanggungnya bertahun-tahun dan mencoba untuk menangkis semua kenyataan bahwa aku adalah seorang gay.” Lanjut Luhan lagi dengan airmata yang mulai meleleh dari sudut matanya, “Dan apa kau bilang tadi? Kekasih? Bahkan aku tidak bisa memiliki orang yang aku cintai. Dan kau berani berteriak di depanku seolah pernikahan ini hanya sebuah barang bekas? Kau tahu bagaimana perasaanku? Kau tahu? KAU KIRA HANYA KAU YANG MENJADI KORBAN DISINI?!”

Ariel menggigit bibir bawahnya. Ia telah melakukan kesalahan besar. Ia tidak begitu paham dengan semua ucapan Luhan, tapi melihat ekspresi yang Luhan tunjukkan membuat Ariel tahu, ada pihak lain yang juga jauh lebih sakit ketimbang dirinya.

“Aku sudah memintamu untuk berhenti jika kau memang tidak ingin melanjutkan pernikahan ini. Kau bodoh atau apa, hah?!”

Luhan kehilangan tenaganya. Ia benar-benar merasa gagal menjadi seorang pria ia benar-benar merasa tidak berguna sebagai putra tunggal keluarga Lu dan juga sebagai seorang laki-laki. Ia selalu merasatidak benar, ia selalu merasa menjadis ebuah sampah di dunia ini. Lihat, bahkan istrinya sendiri bisa merendahkan dirinya seperi sekarang ini. Lalu bagaimana jika dunia luar yang tahu jika dirinya adalah seorang gay?

“Luhan…”

“Tutup mulutmu.” Desis Luhan pelan. Dan tanpa mau menunggu lama lagi, Luhan pun langsung menyeret kakinya menjauhi tempat itu.

 

***

 

Wufan berjalan terburu-buru menuju sebuah meja di tengah-tengah ruangan bar yang cukup gelap. Dan seorang bartender yang sudah dikenalnya dengan baik langsung membungkuk ke arahnya.

“Tuan Luhan sudah mabuk berat, aku tidak tahu harus menghubungi siapa, jadi aku…”

“Tidak. Terimakasih telah menghubungiku, sekarang pergilah. Biar aku urus Luhan.”

Dan bartender itu pun segera berlalu membiarkan Wufan sendiri. Dengan panik, Wufan langsung mendekati Luhan dan menyentuh pundak pria itu, “Luhan? Bangunlah? Kau baik-baik saja? Ini aku Wufan,” ucap Wufan sambil menggoyangkan tubuh Luhan.

Dan Luhan pun membuka matanya sedikit. Wufan terhenyak mendapati sorot mata penuh luka itu, sorot mata yang bahkan Wufan harap selalu menangkisnya, “Luhan? Are you okay?”

“Wufan?” panggil Luhan dengan suara tidak begitu jelas.

“Kenapa kau mabuk begini, hah?! Ini hari pernikahanmu, bagaimana bisa kau…”

“Dia membenciku Wufan,” ucap Luhan lagi yang membuat tubuh Wufan membeku, “Ariel membenciku. Dia benar-benar terlihat jijik padaku…aku…aku menyesal telah membuat diriku sibuk dengan pernikahan ini, kurasa bahkan ia rela membayar ganti rugi untuk bercerai denganku…” igau Luhan lagi. Bahkan airmata kembali melelh di matanya.

“Stop Luhan! Itu tidak benar!”

Dan Luhan benar-benar kehilangan kesadarannya sekarang.

 

=TBC=

5 respons untuk ‘Married With A Gay (chapter 3)

  1. Ping-balik: Xue Han’s Library | Xue Han's Pen World

Tinggalkan komentar