To You (5)

-part 5-

 

Suzy kembali menghembuskan napas kasarnya untuk yang kesekian kali. Dan lagi-lagi, mata gadis itu terjerembab pada wajah Myungsoo yang benar-benar memuakkan. Jika bisa, ia benar-benar ingin mencabik-cabik wajah itu sampai rusak.

Astaga…ia benar-benar berotak kriminal sekarang.

“Kau tahu, tidak masuk akal jika kau tiba-tiba meminta ponselku dengan alsan penerbangan. Kau lupa? Sekarang setiap ponsel memiliki mode penerbangan. Jadi, kau tidak perlu khawatir.” Suzy kembali mengajukan protesnya pada Myungsoo yang sibuk memandangi layar ponselnya.

Dan tanpa melihat Suzy, pria itu menyahut, “Memangnya apa yang akan kau lakukan dengan ponselmu?”

Suzy kembali mendengus. Pria ini benar-benar membuatnya jengah. Ia kira, prnikahan atas dasar perjodohan semacam ini justru akan membuat mereka saling diam satu sama lain, kemudian mereka tiba-tiba saling jatuh cinta dan cemburu satu sama lain ketika salah satu dari mereka dekat dengan oranglain…tunggu! pikiran bodoh macam apa barusan?!

Suzy langsung menggaruk kepalanya frustasi. Selain gara-gara pernikahan konyol ini, otaknya juga pasti rusak karena telah teracuni novel picisan milik Jiyeon. Ah, dipikir-pikir aneh juga, seoranga poteker masih suka membaca novel?

Tapi yang pasti, ia benar-benar berpikir ia akan lebih banyak diam bersama Myungsoo, kemudian saling merenung satu sama lain memikirkan oranglain yang benar-benar tepat, kemudian pernikahan ini berakhir di meja persidangan.

Dan untuk poin nomor satu, Suzy yakin itu tidak akan pernah terjadi. Selain karena pria ini menyebalkan, pria ini juga terus-terusan membuat Suzy banyak bicara. Semisal masalah ponsel tadi, dan bahkan tadi pagi ia sempat cekcok soal sarapan. Yang benar saja! Myungsoo menyuruhnya memasak?! Bahkan saat kabur dari rumah saja, ia memesan makanan cepat saji. Ditambah lagi soal barang-barang yanga kan di bawa. Percayalah, satu minggu waktu yang cukup lama. Mana mungkin Suzy hanya membawa sedikit barang-barangnya? Lucu sekali. Dan sebelum berangkat, mereka cekcok lagi. suzy tidak ingin mengatakan ini salahnya, tapi memang benar Suzy sempat menghambat perjalanan ini karena ia terjatuh dari tangga.

Oh, tentu saja itu salah Myungsoo yang terlalu memburu-burunya! Ditambah lagi akhirnya Suzy dilarang memakai high heels-nya. Dan tahu apa alasannya? karena Myungsoo adalah suami Suzy! aaarg! Suzy benar-benar benci kata itu.

Karena bosan menunggu, Suzy pun mengeluarkan sebungkus rokok yang di sembunyikannya di balik jaketnya. Come on ~ disini tidak ada Dongho. Dan artinya, tidak aka ada juga orang yang rewel soal ‘aku tidak akan memaafkanmu jika kau merokok,’ atau ‘harus berapa kali kukatakan jika aku tidak suka melihatmu merokok.’.

Dan artinya…ia bebas…

“Yak! Apa yang kau lakukan?!” suzy melotot ke arah Myungsoo yang tiba-tiba mengambil bungkus rokok Suzy yang bahkan belum dibukanya sama sekali.

Pria itu hanya mengedikkan bahunya cuek, “Dilarang merokok sembarangan. Kau lupa aturan negara kita?”

Suzy mendengus malas. Ayolah, ia ingin menghentikan semua perdebatan bodoh ini.

“Baiklah, aku akan merokok di tempat lain. Kembalikan!”

Myungsoo langsung melempar bungkus rokok itu ke salah satu tong sampah terdekat. Hey, beruntung sekali kan ada tong sampah sedekat itu disana?

“Yak! Apa yang kau lakukan!” Suzy pun memukul-mukul bahu Myungsoo, “Aaaaah! Kau benar-benar ingin melihatku berakhir di rumah sakit jiwa?!”

“Bahkan rumah sakit jiwa pun belum tentu bisa menanganimu.”

Mata Suzy langsung membulat mendengarnya. Laki-laki itu benar-benar. Kenapa dia sangat suka merendahkan dan mengejeknya?! Suzy hampir memukul pria itu lagi, dan sayangnya meleset. Myungsoo sudah bangun dah menyeringai kecil.

“Kau tidak dengar? Kita harus masuk sekarang.”

Oh Kim Myungsoo. Lihat saja, sekembalinya dari London nanti ia akan menyewa seseorang untuk menembak kepalanya.

 

***

 

Gadis itu masih berdiri di halaman bandara yang sudah dipijaknya sejak 1 jam yang lalu. Dengan bermodalkan ponsel ditangannya, ia harap laki-laki yang dihubunginya bisa datang dan membatalkan semuanya…

Mata gadis itu terpejam.Ia benar-benar tidak bisa melepaskan pria itu begitu saja. Dia yang sudah berjuang berada di samping pria itu, dia yang dijanjikan masa depan oleh pria itu, dan dia juga yang paling mengerti bagaimana perasaan pria itu.

Dan ia dihempaskan begitu saja?

Jika ia memiliki sebuah pintu kemana saja, ia akan langsung menarik pergi Myungsoo dan membawanya pergi ke tempat yang tak satupun bisa memisahkan mereka. Apapun alasannya. Dan sayangnya, itu hanya imajinasi untuk bocah ingusan belaka…

Astaga. Ia benar-benar hampir gila.

Naeun hampir menyerah. Ia pun memasukkan ponselnya ke dalam tas selendangnya. Dengan langkah gontai, gadis itu berbalik dan benar-benar berniat meninggalkan tempat itu sekarang juga.

Tapi matanya terhenti pada seorang pria yang sangat dikenalinya. Tengah berdiri dengan laki-laki lain yang tak dikenalnya.

Bukankah itu Myungsoo?

“Oppa!”

 

***

 

“Suzy-ya,” panggil Myungsoo pada Suzy yang berjalan di depannya.

Dengan malas, gadis itu menolehkan kepalanya ke belakang, “Apalagi?”

“Aku harus ke belakang sebentar.”

Suzy menautkan kedua alisnya. Tadi pagi pria itu yang terus merecokinya agar tidak tertinggal pesawat. Dan sekarang dia yang sengaja menghambat perjalanan ini? Oh, manis sekali suaminya ini.

“Kau ingin kabur? Bagus sekali Kim Myungsoo,” Suzy sudah melipat kedua tangannya di depan dada. Myungsoo benar-benar menjengkelkan.

Myungsoo menyeringai kecil, “Kau benar-benar mengharapkan bulan madu ini?”

Apa? Apa katanya? Dasar sinting!

“Pergilah! Bahkan jika kau membatalkan ini sekalipun, aku merasa perlu mensyukurinya!”

 

***

 

“Tuan Besar berpesan agar kalian menjaga diri kalian disana. Terutama anda, ia ingin anda menjaga putrinya tersebut.”

Myungsoo tersenyum ke arah pria paruh baya tersebut. ia pun memberikan sebuah koper sambil mengangguk pelan, “Aku mengerti. Aku akan menjaganya sebaik mungkin. Dan doakan aku, semoga semuanya berhasil.”

Pria paruh baya itu kembali mengangguk, “Kami percaya padamu. Kalau begitu, aku perimisi…”

Myungsoo mengangguk dan sedikit membungkukkan badannya pada pria itu. Ya. ini babak barunya. Membawa Suzy ke London dan mendidiknya disana. Mendidik? Gadis itu bahkan sudah lebih dari berpendidikan, seandainya otaknya cukup sehat untuk diajak bekerja.

Jika gadis itu masih tak bisa diatur, ia tidak harusmembawanya ke depan Ratu Inggris agar mau merawatnya, kan? Bagaimanapun, kehidupan paling keras ada di balik kehidupan istana. Ah, ia merasa sedang membaca dongeng.

Myungsoo pun berbalik. Ia tidak mau Suzy kembali membuat kepalanya pusing karena omelannya itu. Gadis itu benar-benar cerewet.

“Oppa!”

Kaki Myungsoo langsung berhenti melangkah. Tidak. Tidak mungkin, ia pasti salah dengar. Itu tidak mungkin…

“Oppa!”

Dan Myungsoo bisa merasakan tubuh bagian belakangnya di peluk oleh seseorang. Ia kenal lingkaran tangan di perutnya itu, ia kenal aroma parfum yang menyentuh hidungnya saat ini, ia juga mengenal helaan napas yang bergerak di punggungnya. Sohn Naeun…

“Gajima…”

“Naeun-a…”

“Gajima…jebal…”

Jangan lagi…aku mohon Tuhan…

Myungsoo pun melepas lingkaran tangan itu, lalu iapun berbalik menatap mata favoritnya yang akan berakhir dengan tak terengkuhnya gadis itu. Rahang pria itu mengeras. Ia bisa melupakan sesuatu dengan mudah, tapi tidak dengan gadis ini. Ia juga bisa berpura-pura baik-baik saja, tapi tidak saat melihat gadis ini…

“Naeun…”

“Kau selalu mengabulkan permintaanku, kan? Kau bilang kau akan selalu melakukan apapun untukku…kalau begitu, jangan pergi…aku mohon…”

Tidak ada ada jawaban. Tidak. Myungsoo lebih memilih untuk tidak pernah menjawabnya. Lagipula apa ada jawaban? Bahkan seandainya ia mencari jawaban dengan kurun waktu 100 tahun, ia takkan bisa menjawabnya. Karena ia mencintai gadis ini dan tidak pernah mau meninggalkan gadis ini. Dan kalimat itu hanya berawalkan seandainya, yang artinya ia tidak bisa mewujudkannya.

Selain ia mengubah keputusannya…yang tak akan pernah ia ubah.

Myungsoo pun menarik gadis itu kedalam pelukannya. Hanya ini satu-satunya cara Myungsoo untuk menyalurkan isi hatinya. Ia tahu, bagian apa saja yang menyakitkan. Termasuk bagiand imana harus ia sadari, pelukan ini adalah pelukan terakhirnya untuk Naeun.

“Kau bisa tanpaku…”

“Kau bohong padaku…”

“Kau bisa menemukan pria yang lebih baik dariku…”

“Kau pengkhianat…”

“Aku mencintaimu…selalu mencintaimu…”

“Aku membencimu, oppa…”

Naeun pun melepaskan pelukannya dengan Myungsoo, dan dengan ringan tangan gadis itu langsung menampar pipi Myungsoo. Sakit. Naeun bisa merasakannya, setidaknya ia bisa merasakannya melalui tangannya yang juga perih.

“Aku membencimu oppa…”

 

***

 

Suzy kembali menatap jam tangannya. Pesawat akan lepas landas 10 menit lagi. dan entah kenapa, ia malah tidak yakin laki-laki itu akan muncul dalam waktu 10 menit ini. Oh, baguslah. Mungkin Myungsoo berencana untuk membatalkan perjalanan kali ini.

“Maaf, membuatmu menunggu lama.”

Suzy mencebik ketika mendapati pria itu disampingnya. Dan seolah tak mengizinkan Suzy berkomentar, Myungsoo langsung menariknya masuk dengan satu snetakkan.

Hey, hey. Myungsoo kenapa? Kenapa ia tiba-tiba memiliki aura dingin seperti ini?

 

***

 

Selama di peswat, mata Suzy tak bosan-bosannya untuk terus memandangi wajah Myungsoo. Pasti ada yang salah dengan Myungsoo, atau mungkin terjadi sesuatu padanya. Lihat tatapan matanya, sangat kelam. Lain sekali dengan tatapan matanya sebelum ia pergi tadi.

Dan juga…

“Kenapa pipimu merah?”

Yang ditanya, menoleh sedikit dengan sedikit terkejut. Apakah sejelas itu?

“Tidak. Tidak apa-apa.”

Suzy menautkan alisnya curiga, “Kau dipukul seseorang?”

“Kubilang tidak,” elak Myungsoo lagi.

Suzy mendesis pelan kemudian menyentuh pipi pria itu, “Ini jelas-jelas merah. Kau dipukul seseorang? Atau ditampar?” mulut Suzy langsung mengatup sempurna saat Myungsoo tiba-tiba menahan pergelangan tangannya dengan kuat. Belum lagi tatapan tajam pria itu, membuat nyalinya semakin ciut…

“Kuharap kau tidak membuatku menyesali keputusanku Bae Sooji…”

“Mwo?”

Mata Suzy membulat kaget ketika Myungsoo mencium bibirnya tiba-tiba. Baiklah baiklah, itu hanya kecupan ringan dan Suzy seharusnya tidak beeraksi terlalu berlebihan, kan? Tapi tetap saja…

“Kau gila?! Apa yang kau lakukan?!” suzy langsung menarik tangannya dan menatap bengis Myungsoo.

Yang ditatap hanya terkekeh dan melihat ke arah jendela, “Menciummu. Apalagi?”

Suzy mengerjapkan matanya, pria ini benar-benar sinting.

“Kau kira kau bisa menciumku seenaknya?!” pekik Suzy masih tak terima.

Dengan malas Myungsoo pun memutar kepalanya ke arah Suzy, “Memangnya kenapa? Kau pernah berciuman lebih panas dari itu, kan? Lagipula aku suamimu. Sah sah saja.”

Suzy terbelalak, pria ini ingin mati rupanya, “Lalu kenapa? Kau ingin melihatku mencium pacarku didepan matamu?!”

Myungsoo terkekeh pelan, “Sebelum kau melakukannya, aku akan mencegatmu dan menciummu terlebih dahulu.”

“Dasar gila!!!”

“Jwosonghaeyo agasshi, tapi apakah anda bisa lebih tenang sedikit? Anda sedikit mengganggu penumpang lain.”

 

***

 

Sakit kepala. Emosi. Jengah. Kesal. Jengkel. Oh dear…perasaan aplagi yang harus dihadapi Suzy selama menghadapi Myyngsoo? Dan yang jauh lebih mengerikan, pernikahan dikepalanya merupakan tali yang hanya akan putus dengan kata maut.

Dan, ya…ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia menjalani sisa hidupnya dengan seorang pria menyebalkan seperti Kim Myungsoo ini.

“Myungsoo, setelah melarangku untuk berjalan-jalan sebentar, kau langsung membawaku ke apartemen? Dan…tunggu, apartemen? Kau bercanda? Ayolah Kim Myungsoo, kita hanya satu minggu disini, kau jangan berlebihan.”

Myungsoo mendnegus malas mendengar ocehan gadis itu lagi untuk yang kesekian kali lagi. ia tidak mengerti, bagaimana teman kencannya mau menghabiskan malamnya di pub jika gadis itu tidak bisa berhenti mengoceh?

Ia pun berbalik dan menarik Suzy agar melangkah masuk, kemudian langsung menutup pintu apartemennya.

“Ini apartemenku. Dibanding kita menginap di hotel, bukankah jauh lebih baik jika kita memanfaatkan apartemen pribadiku?” tidak bermaksud sombong, tapi gadis itu terlalu angkuh. Dan mungkin cara terbaik Myungsoo adalah, bersikap pamer juga dihadapan gadis itu bukan gayanya.

Suzy tertegun mendnegar ucapan Myungsoo. Apartemen pribadi? Di London?

“Kau…” Suzy langsung mengikuti Myungsoo –secara refleks, dan detik berikutnya ia menyesali perbuatannya karena ia akhirnya mendapat tatapan kemenangan dari Myungsoo, “Kau punya apartemen pribadi? Memangnya kau…”

“Aku pernah kuliah disini. Dan karena abeonim ingin aku mendapatkan yang terbaik, ia kahirnya membelikanku apartemen, disini. Padahal aku sudah mengatakan tidak perlu dan cukup tinggal bersama Soohyun Hyung, tapi dia tidak begitu mendengarkan.” Setelah mengatakannya, Myungsoo kemudian berjalan menuju kamarnya. Yap. Meskipun apartemen ini bisa dikatakan kelas atas, tapi apartemen ini hanya memiliki satu ruang tidur. Hey, dia seorang pria single dulunya kan? Jadi, dulu ia tidak berpikir soal membawa seseorang kemari.

Dilain sisi, Suzy justru harus mengontrol dirinya ketika mendengar nama Soohyun kembali disebut-sebut. Baiklah. Ia juga kadang masih memikirkan soal pria itu, tapi tetap saja ia tidak pernah benar-benar menyebut nama pria itu dengan gambalng. Dan sayangnya, dari sekian orang yang mengenalnya, Myungsoo bisa dikategorikan orang yang tidak tahu apa-apa. Sama seperti orangtuanya.

Suzy mendengus pelan. Apa perlu Suzy mengatakan padanya agar tidak menyebut nama Soohyun? Bahkan, Jong In saja tahu soal Soohyun. Tapi…untuk apa juga ia meminta hal tidak lazim itu? Come on ~ bukankah itu sangat menunjukkan sisi lemah dari seorang Bae Suzy?

“Kenapa melamun?”

Suzy mengerjapkan matanya saat melihat Myungsoo yang tiba-tiba berada di depannya.

“Bereskan barang-barangmu, dan tenang saja, aku akan tidur di sofa malam ini.”

Suzy kembali menghela napas panjang. Baiklah. Ia hanya perlu menjalani hari ini seperti biasa. Apa karena London berhubungan dengan Soohyun sampai-sampai otaknya sedikit kacau? Suzy pun terkekeh pelan, fighting!

“Ah satu lagi,”

Suzy mendelik ketika Myungsoo kembali mendekatinya. Entah perasaanya saja atau bukan, laki-laki ini mendadak cerewet sejak ia menginjakkan kakinya di London.

“Kita bukan tinggal satu minggu disini, tapi beberapa bulan sampai kau berubah..dan proyekku selesai.”

Suzy langsung tercekat mendengarnya. Apa? Apa katanya? Beberapa bulan?! Dan setelah beberapa detik mencerna ucapan Myungsoo, akhirnyagadis itu baru tersadar dan memprotes, “Mworago?! Micheosseo?!”

Myungsoo mengedikkan bahunya cuek.

“Ini PR dari abeonim, dan juga panggilan pekerjaanku sebagai arsitek. Soohyun Hyung meminta bantuanku untuk gedung barunya…”

Tubuh Suzy melemas seketika.

Mungkin, mulai saat ini London akan menjadi salah satu tempat yang paling tidak ingin dikunjunginya…

 

=TBC=

15/04/14 07:40PM

4 respons untuk ‘To You (5)

  1. Masih penasaran dgn masalah Suzy dan Soohyun, bagaimana nanti kalo Suzy dan Soohyun bertemu kembali? Semoga hubungan Myungzy bisa membaik dan akhirnya saling jatuh cinta.

    Suka

  2. Ping-balik: Xue Han’s Library | Xue Han's Pen World

Tinggalkan Balasan ke Tika Batalkan balasan