To You (9)

-part 9-

***

Beberapa tahun lalu…

Soohyun hanya seorang pelajar SMA yang tergabung dengan senuah gangster di sekolahnya. Percayalah, tidak ada yang perlu dibanggakan dari status sebagai anggota sebuah gangster. Soohyun tertarik karena menurutnya, justru ia menemukan kekuatannya saat ia berada di dalam ganster itu. Memiliki teman, ditemani dan menemani. Ada yang membela dan juga ada yang menolong, disegani, ditakuti, dan yang terpenting Soohyun merasa hebat.

Soohyun dibesarkan tanpa seorang ayah. Saat kecil Soohyun sering merasa sakit hati karena teman-temannya sering mengejeknya, menanyakan dimana ayahnya. Dan semua itu membuat Soohyun berakhir dalam kata ‘independen’. Soohyun tidak menyukai siapapun, tidak membutuhkan siapapun. Dan sekali lagi, Soohyun baru merasa memiliki teman ketik aseseorang mengulurkan tangannya dan membuatnya tergabung dalam sebuah ganster.

Dan orang itu adalah Nara…

Soohyun tersenyum tipis dengan mata memandang ke arah album foto yang benar-benar telah usang. Entah berapa lama Soohyun meninggalkannya. Bahkan, Soohyun juga lupa kapan ia dan kenapa ia membawa benda itu ke London. Padahal, semasa kuliah dulu Soohyun bahkan tak pernah menyentuhnya sama sekali.

Mata Soohyun menerawang ke arah satu poto yang tanpa sengaja tersentuh retina matanya. Ia dan gadis itu…

Soohyun menghela napas berat. Ia juga ingat, bagaimana pertama kali ia bertemu dengan Suzy disaat pernikahan ibunya dengan ayah Suzy. Gadis lugu yang sangat kaku. Bahkan dengan terang-terangan, gadis itu pernah mengikutinya dan berkata ia selalu merasa senang saat bersama Soohyun.

Well, tentu saja Soohyun juga dengan senang hati menerima ‘adik kecilnya’. Dan entah sejak kapan, Suzy malah terus mengikuti Soohyun. Hingga Soohyun tergabung dalam gansternya yang bisa dibilang ‘cukup liar’ untuk gadis usia Suzy. Hingga akhirnya Soohyun benar-benar menjerumuskan gadis itu tanpa sengaja…membuatnya menjadi gadis liar. Alkohol, obat-obatan, club malam, balapan liar, dan beberapa hal lainnya yang seharusnya Suzy ada didalamnya, justru ia malah terlibat.

Soohyun mendengus pelan. Ia salah. Sejak awal ia salah.

Lamunan Soohyun terhenti ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Dan lagi-lagi napas berat itu memburu di dadanya.

 

***

 

“Aku…aku mau minta maaf…”

Myungsoo menatap Suzydenganmata terbelalak. Apa? apa katanya? Maaf?

Myungsoo menatap Suzy agak lama, khawatir ia salah dengar. Karena yang ia tahu, Suzy bukan gadis yang senang mengucapkan kata-kata keramat itu. Ia lebih suka berkata ‘Myungsoo mesum’, ‘Myungsoo brengsek’, dan beberapa kata kasar lainnya yang selalu disematkan didekatnya.

Dan sekarang gadis itu berkata maaf?

“Apa?” dan Myungsoo menyesali jawabannya. Jawaban bodoh…

Suzy terlihat gugup di tempatnya. Dan saat Myungsoo mendekat, Suzy buru-buru mengalihkan pandangan matanya ke tempat lain. Kemanapun, asalkan bukan mata Myungsoo. Entah kenapa ia benar-benar merasa gugup dan takut secara bersamaan…

“Maaf untuk apa?” tanya Myungsoo bingung. Ayolah. Kata maaf sama sekali bukan gaya Suzy. Mungkin saja gadis itu salah makan hari ini, atau kepalanya terbentur sesuatu, mungkin?

“Aku…aku tahu aku salah. Soal mabuk semalam, aku…benar-benar minta maaf. Dan soal Jong In, aku benar-benar tidak tahu…”

“Sudahlah, lupakan. Lagipula siapa yang bisa mengontrol dirimu jika kau berada dibawah pengaruh alkohol?” sahut Myungsoo santai sambil melewati Suzy dan berjalan melewatinya ke arah dapur.

Suzy masih belum puas dengan jawaban Myungsoo. Ia terganggu dengan kata’cerai’ yang terus mengejar telinganya. Ia tidak pernah diberi kesempatan untuk sedikit saja bergerak dalam pernikahannya, apa ia juga tidak bisa bergerak padahal ia sudah menyandang Nyonya Kim?

Baiklah. Aneh memang. Harusnya Suzy senang jika Myungsoo menceraikannya, kan? Artinya ia bisa berlari lagi pada Jong In yang menurutnya sudah mengerti dirinya. Pria yang sejalan dengannya tapi tetap menjaga dirinya. Pria ‘bajingan’ yang sebenarnya seornag malaikat. Orang-orang hanya tidak mengenalnya saja…

“Soohyun Hyung mengundang kita ke acara pestanya. Kau harus datang, ia mengundangmu secara khusus.”

Suzy langsung terbatuk mendengar ucapan Myungsoo. Apa? apa katanya? Pesta? Soohyun? Mengudang secara khusus? Ugh…menjijikkan. ia tersedak air liurnya sendiri.

“Kau…tidak apa-apa?” tanya Myungsoo khawatir.

“Aku tidak mau!” Suzy langsung menggelengkan kepalanya cepat. Tidak. Tidak bisa. Ia mati-matian melupakan pria kurang ajar itu –seandainya memang ia tega mengatakannya langsung- dan sekarang pria itu ingin ia datang?

Oh. Mungkin laki-laki itu berencana buruk dengan gadis jalang yang ditemuinya tadi. Tidak. Tidak bisa. Ia tidak mau kehilangan pertahanan dirinya selama ini.

“Dia juga kakakmu sama seperti Dongho. Tidak sopan jika kau menolak undangannya. Kalian tetap keluarga…”

Keluarga? Suzy tersenyum kecut. Soohyun kah yang disebut keluarga? Dan apakah normal perasaan keluarga sama seperti perasaan…oh. lupakan. Otaknya berkelakar terlalu jauh.

“Tidak. Dia berbeda dengan Dongho…”

Myungsoo mengernyitkan dahinya, “Kudengar dari ayahmu kau cukup dekat dengan Soohyun Hyung. Tapi selama tinggal di London sepertinya kau menghindarinya,”

“Tidak!” elak Suzy lagi. terlalu cepat mungkin, dan mencurigakan.

“Kalau begitu datang. Aku tidak menerima penolakanmu Nona Bae.”:

 

***

 

“Kau mengundangnya juga? Astaga…kau bernyali juga,” canda Nara hambar pada Soohyun yang sedang meneguk wine yang berada di tangannya.

Kemudian dengan malas, Soohyun memandangi wajah Nara yang terlihat tidak suka. Soohyun bukannya tidak tahu perasaan Nara, hanya saja Soohyun tidak merasakan apapun saat bertatapan dengan Nara, atau bahkan saat tidur dengan gadis itu. Tapi Soohyun tidak menyangkal, ia membutuhkan Nara, sangat membutuhkannya…

“Kau selalu mengabaikan perasaan orang lain. Kau tidak akan berpura-pura tidak tahu jika Suzy begitu sakit hati karenamu, kan?”

“Kau juga pelaku dalam kejadian itu Nara-ya…” sahut Soohyun dingin dengan nada tidak suka. Begitu memuakkan. Semua orang begitu suka memojokkannya. Padahal ia tidak merasa bersalah dalam masalah itu…

“Kau yang membuatnya datang kesana…”

“Kau selalu membelaku, bukan menyudutkanku.”

“Kau selalu lari dari masalah Kim Soohyun. Dan untuk pertama kalinya kau mengundang masalahmu sendiri…” Nara tersenyum hambar dan menatap gelasnya.

Soohyun mendesah pelan, “Dia adikku. Istri dari Myungsoo.”

Nara mengedikkan bahunya, “Apapun itu. Kalian sama-sama korban perasaan disini.”

“Hai Hyung…”

Soohyun memutar kepalanya ke belakang, tepat ke arah Myungsoo yang tengah tersenyum cerah ke arahnya. Soohyun balas tersenyum. Kemudian matanya beralih pada sosok yang tengah berdiri kaku di samping Myungsoo. Dan tubuhnya langsung membeku seketika. Itu…itu Bae Sooji-nya.

“Tenanglah…” bisik Nara halus dengan tangan menyentuh punggung tangan Soohyun. Menguatkannya. Nara tahu betapa terpuruknya Soohyun karena Nyonya Kim itu…

 

***

 

Suzy dapat merasakan napasnya yang tercekat. Mata itu…mata itu melihatnya kembali. Mata itu akhirnya ia lihat kembali, setelah bertahun-tahun melupakannya. Suzy kembali melihatnya, menemukannya, tepat didepan matanya.

Suzy mengeratkan tangannya pada tangan Myungsoo. Hanya pria itu satu-satunya harapan bagi Suzy. Tidak ada Jiyeon yang akan tersenyum menggenggam tangannya, tidak ada Jong In yang akan merangkul bahunya, tidak ada Dongho yang akan melindunginya di belakang. Hanya ada dirinya dan Myungsoo disini, dan Myungsoo adalah tumpuannya saat ini.

Soohyun akhirnya berdiri dan menyambut kedatangan mereka. Suzy benar-benar merasa dinginsaat Myungsoo melepas tangannya dan memeluk Myungsoo sekilas.

“Semua ini berkatmu,” katanya dengan sneyum yang…entahlah. Suzy terlalu menegnal laki-laki itu, membuatnya selalu ingin tahu setiap makna di balik ekspresi pria itu…pria yang diam-diam selalu dirindukannya.

Napas Suzy sempat terhenti saat Soohyun akhirnya menatapnya. Dan ini yang ia benci dari semua babak yang harus ia lewati malam ini… Suzy langsung menggenggam tangan Myungsoo. Meskipun dilempari tatapan tanya, Suzy tak mengindahkannya dan berpura-pura terfokus pada Soohyun. Ia harap matanya tdak berair.

“Lama tidak bertemu. Kau semakin…dewasa.”

Jantung Suzy mencelos ketika Soohyun memeluknya begitu saja, seolah mereka benar-benar…kakak beradik normal yang saling merindukan…

“Kau juga…Oppa…”

“Kaku sekali…” kata Myungsoo bermaksud bercanda yang hanya disahuti kekehan Soohyun.

“Kami sudah sangat lama tidak bertemu,”

Myungsoo mengangguk pelan, “Dia berubah banyak.”

“Aku tahu. Dan kau harus menjaganya dengan baik.” Soohyun pun menepuk pundak Myungsoo, dengan sakit yang terselip dianara senyumnya.

Suzy mendelik malas. Pria ini sangat pandai berakting. Sayangnya itu tidak berlaku di depan matanya, dan mata gadis yang tengah menatap kesal ke arah mereka bertiga. Nara. Wanita itu tengah melihat ke arah mereka bertiga.

 

***

 

“Kau mau bergabung? Mereka teman kuliahku…” Myungsoo menunjuk segerombolan orang asing didepannya. Kemudian ia mengegleng cepat.

“Aku hanya ingin pulang.” Jawab Suzy ketus dan hampir mengambil gelas dengan cairan berwarna merah didepannya.

Dengan cepat, Myungsoo menarik gelas itu dan menatap Suzy tajam, “Tidak meminum alkohol. Kau hampir meniduriku hanya karena alkohol.”

Mata Suzy membelalak kaget. Apa? meniduri? Astaga. Apa-apaan pria menyebalkan itu? Mana mungkin…

“Kau gila? Yang ada kau yang pasti mencari kesempatan! Kau itu pria mesum yang sangat brengsek! Bahkan Jong In yang sering menghabiskan malam denganku di pub saja tidak pernah mengambil kesempatan.” Protes Suzy kesal. Ia benar-benar merasa di tampar oleh lidah Myungsoo yang perlu dicuci itu.

Myungsoo menyeringai, “Kau tidak ingat sepertinya. Bahkan kau…”

“Oke stop! Aku mabuk kau tahu? Aku mana mungkin…”

“Makanya. Jangan sentuh alkohol lagi.”

Suzy mencibir ke arah Myungsoo yang sudah berjalan menjauhinya. Memuakkan sekali bukan? Ini hanya wine dan…ayolah. ia tidak akan mabuk hanya dengan segelas wine. Betapa payahnya Suzy jika ia mabuk karena segelas wine. Jika Jong In tahu, ia pasti akan menertawakannya.

Lama…lama…lama…

“Sendirian?”

Suzy terlonjak kaget saat Soohyun tiba-tiba duduk disampingnya. Suzy menggigit bibir bawahnya. Sial…tangannya benar-benar dingin sekarang. Ia terus saja melirik ke arah Myungsoo, ebrharap pria itu mengerti dan mau mendekatinya. Dan sayangnya, iatu hampir mustahil. Myungsoo sama sekali tidak melihatnya.

“Aku harus ke belakang…”

“Dan menghindariku?”

Langkah Suzy terhenti saat mendengar ucapan Soohyun. Ia tahu nada suara itu, ia bisa membayangkan bagaimana perasaan Soohyun saat ini…walaupun Suzy ingin menyangkalnya dan berkata bahwa semua tebakan pikirannya adalah bohong.

“Aku tidak pernah menghindarimu.” Sangkal Suzy tanpa berbalik. Ia hampir melanjutkan langkah kakinya dan benar-benar ingin mengabaikan Soohyun. Ia benar-benar terganggu…

“Kau tidak merindukanku? Kudengar…”

“Kau tidak pernah mendengarkan siapapun Soohyun-ssi,” Suzy berbalik cepat. Tidak. Tidak ada perasaan dramatis yang mengetuk hatinya sekarang. Semuanya berganti amarah dan rasa kesal yang menjadi-jadi.

“Kau…hanya pengecut…”

“Aku selalu mendengarkanmu.”

Suzy menggeleng, “Berhenti dengan akting memuakkanmu itu Kim Soohyun,”

Dengan cepat, Soohyun bangkit dari kusrinya dan mengecup sekilas bibir Suzy, “Aku selalu merindukanmu. Anggap saja itu bohong. Dan aku selalu ingin memperbaiki semua ini, anggap itu lelucon. Dan aku…masih mencintaimu, anggap saja kau tidak mendengar apapun.”

 

=TBC=

01/05/14 10:21PM

7 respons untuk ‘To You (9)

  1. Mwo ,apa soohyun mncintai zyeonn? Kok bisa? Bukankah mereka kakak beradik.
    Aigoo ini membingungkan #heol
    author mianhe q baca ff ini loncat”
    jadi author gk bakaln liat komen” q dismw part #syPa peduli
    ini disebabkan karna q gk trlalu suka sma karakter.a zyeonn yg liar jdi q baca.a pas bagian zyeonn.a udh mulai berubah jj ,gk papakan author?
    Tpi q suka kok sma jlan cerit.a
    next.a ditunggu thor Fighting

    Suka

  2. Bgaimana pun juga, HyunZy akan dan akhrny brtmu, tapi skarang knapa situasiny malah sperti ini? Soo Hyun trlalu nekat brbuat sperti itu, dan bisa saja mmbuat Suzy smakin marah dan benci padanya! Btw, bgaimana dngan Myung? Apa geu namja mnyaksikan skinship kilat HyunZy?

    Suka

  3. Ping-balik: Xue Han’s Library | Xue Han's Pen World

Tinggalkan komentar