Married With A Gay (12A)

mwag.

Title     : Married With A Gay

Genre  : AU, Romance, Marriage Life, Angst

Main Cast: Xi Luhan as Lu Han, Ariel Lau (OC), Zhang Yi Xing as EXO M Lay

Other Cast : Find by your self

Rating : PG

Length : Multichapter

Auhtor : Chang Nidhyun (@nidariahs)

Cover by : CARISSASTORY @HSG

***

 

“Apa? kenapa kau tiba-tiba mau datang ke Beijing?” Ariel memindahkan ponselnya yang diapit oleh pundak dan telinga kanannya ke sebelah kiri, “Dan…sejak kapan kau mulai bergabung dengan grup teater? Bukankah kau bilang cukup menjadi artis drama musikal semasa kuliah?” tanya Ariel lagi, ia masih sibuk berkutat dengan peralatan dapurnya.

“Yak! Yak! Yak! Kau tidak suka aku datang ke Cina, hah? Begitukah caramu menyambut sahabatmu yang paling tampan dan baik hati ini?” cerocos Baekhyun dengan nada kekanakannya. Oh, demi apapun Ariel benar-benar merindukan pria cantik itu.

Ariel hanya mengulum senyum sembari menaruh beberapa piring di atas meja, “Jadi…apakah Taeyeon Sunbae juga akan ikut? Dan bagaimana kabar Wendy? Aku sama sekali tidak mendengar kabarnya setelah dia kembali ke Kanada,” tanya Ariel sambil berjalan menuju westafel dan mencuci tangannya.

“Kau lebih peduli pada pacarku sekarang?” nada merajuk Baekhyun membuat Ariel terkekeh pelan.

“Lalu, kau ingin aku bagaimana?”

“Jemput aku di hotel tempatku menginap nanti, oke? Aku ingin melakukan reuni denganmu. Dan soal Wendy…dia sudah mulai merambah mimpinya di New York, keren bukan?”

Ariel menarik kedua sudut bibirnya senang. Diam-diam ia mengimpan sebersit rasa iri pada sahabat-sahabatnya. Well, bagaimanapun hanya dirinya yang tidak benar-benar menceklis impiannya seperti yang dilakukan oleh Wendy ataupun Baekhyun. Wendy yang berhasil menjadi salah satu karyawan di perusahaan majalah besar di New York, dan Baekhyun kini justru berhasil menjadi seorang artis teater. Dan Ariel justru tiba-tiba menjadi seorang ibu rumah tangga yang sibuk berkutat dengan peralatan dapur dan menjadi penanggung jawab dari apartemen yang ditinggalinya saat ini.

“Jam berapa aku harus datang?”

Baekhyun menjeda beberapa saat sebeluma khirnya menjawab, “Jam 2 siang? Aku akan sampai di Beijing sekitar jam 9 pagi jika tidak ada kendala. Besok aku akan menginformasikanmu lagi. bagaimana?”

Ariel pun mengangguk setuju, meskipun ia tahu Baekhyun takkan melihat anggukan kepalanya, “Baiklah. Aku akan menunggu informasimu.”

“Dan…Ariel?”

“Ya? ada apa?”

“Kau mau mempertemukanku dengan suamimu, kan? Kudengar dia pengusaha yang cukup terkenal. Kau mau memperkenalkan sahabatmu yang tampan ini padanya, kan?”

Ariel mendesis geli tiap kali Baekhyun mengucapkan kata “Sahabatmu yang tampan ini”. Well, setampan apapun Baekhyun, dia tidak perlu senarsis itu, kan? Dan lagi, menurutnya laki-laki itu takkan lebih tampan dari Luhan –baiklah, ia takkan membuat Luhan tahu soal isi pikirannya saat ini.

“Dengar ya, Baek…kau tidak perlu mengulang kalimat…”

‘Pokoknya kau harus memperkenalkanku pada Luhan Luhan itu. Aku ingin melihat bagaimana wajah asli laki-laki yang berani merebutmu dari yixing Hyung…”

“Baek…”

“Aku serius!”

“Baiklah, baiklah. Sekarang kututup telponnya, oke? Aku harus menyiapkan makan malam. Sampai bertemu besok, Baek~” Ariel masih menarik kedua sudut bibirnya meskipun ia telah menaruk ponselnya di atas meja.

Ariel menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Tiba-tiba saja ia merasa tegang dengan sebersit pikiran ‘Luhan tidak akan tertarik pada Baekhyun, kan?’. Baiklah, itu pikiran tergila yang pernah menembus pikirannya. Tapi bagaimanapun ia juga tidak tahu apakah Luhan benar-benar sudah tidak tertarik lagi pada laki-laki atau tidak. Baekhyun punya sifat yang agak perempuan, selain itu Baekhyun juga manis dan…oh! baiklah, Baekhyun pasti akan mencekiknya jika sampai ia tahu dengan pikirannya sendiri.

Ariel pun kembali berjalan mendekati counter. Malam ini rencananya ia akan berkunjung ke rumah mertuanya, dan mungkin tidak ada salahnya jika ia membawa sesuatu untuk mertuanya. Terlepas bagaimana cara wanita itu memandangnya, ia harus tetap menghormatinya, kan?

 

***

 

Lisa masih mengacak-ngacak laci nakasnya saat Yixing masuk ke dalam kamar hotel Lisa. Yixing merasa sangat menyesal telah mengatakan hal yang tidak-tidak pada Lisa, ayolah, siapa yang tidak akan terkejut jika Lisa ditembak seperti itu? Lisa yang notabene nya cerewet dan galak, tiba-tiba saja lebih banyak diam dan hanya tersenyum saja saat melihat Yixing. Dan ini kelewat mengganggu Yixing…

“Nuna…marah padaku?” tanya Yixing dengan nada rendah. Ia benar-benar merasa tidak nyaman jika harus tiba-tiba memiliki batas dengan Lisa. Well, bagaimanapun Yixing hampir menghabiskan setiap waktunya dengan Lisa. Bahkan Lisa jauh lebih tau tentang Yixing dibanding keluarganya sendiri. Dan melihat Lisa seperti ini kelewat mengganggung bagi Yixing.

Lisa memutar bola matanya malas, kemudian ia pun memutar tubuhnya dan langsung menoyor kepala Yixing tanpa berperasaan –seperti biasanya, “Kau ini sebenarnya bicara apa, hah? Kau akan ada banyak jadwal latihan untuk beberapa hari ke depan, dan selama beberapa hari itu pula aku akan pergi ke Hongkong. Kau tahu, kan, Hong Kong adalah surganya belanja…”

“Sejak kapan Nuna suka belanja?” sergah Yixing dengan nada kesal. Well, selama ini mereka sudah pernah pergi ke berbagai negara, dan ini kali pertama Lisa memutuskan untuk tidak bersama-sama dengan Yixing dan justru malah pergi sendiri….

“Sejak…adik kecilku melamarku dengan konyol…” Lisa sedikit mengerlingkan matanya nakal.

“Aku tidak pernah melamar Nuna…” Yixing sedikit bergidik ketika sifat berlebihan Lisa mulai muncul kembali. Padahal, ia mati-matian menahan rasa gugupnya saat harus meminta maaf oada Lisa –yeah, walaupun Yixing tidak pernah benar-benar mengucapkan kata maaf. Tapi sikap yang ditunjukkan Lisa saat ini, cukup membuktikan ahwa wanita itu tidak terlalu nyaman dengan kata-kata Yixing semalam.

Lisa memutar bola matanya malas, kemudian ia lagi-lagi menoyor kepala Yixing, seolah mengisyaratkan bahwa Zhang Yixing benar-benar bodoh, “Memangnya aku juga mau dilamar seperti itu?” Lisa mencebik. Ia pun langsung menyambar tas-nya dan langsung berjalan menjauhi Yixing, “Candaanmu tidak lucu tahu. Dan ingat, jangan sampai kau diam-diam menemui Ariel, oh…bahkan yang lebih buruk jika kau berpikir untuk…”

“Baiklah-baiklah, aku tahu. Sudah sana Nuna pergi saja, bawel sekali…” Yixing memutar tubuhnya dengan kesal, sama sekali tidak tahu jika Lisa sempat berpikir untuk melempar kepala Yixing dengan sandalnya.

Yixing kembali mendengus panjang saat suara pintu kamar hotelnya telah ditutup, ia dapat mendengar suaranya, juga kehilangan suara langkah kaki Lisa. Yixing benar-benar kesal sekali saat tahu ternyata Lisa tidak menganggap serius ucapan Yixing semalam –walaupun di sisi lain, ia juga sedikit bersyukur, karena ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hubungan mereka berdua jika Lisa tahu kalau ucapannya setengah serius.

Yixing kembali menyentuh tuts piano miliknya. Hari ini ia banyak sekali curhat dengan piano kesayangannya ini, termasuk curhat tentang ketidaknyamanannya dengan Lisa. Yixing mendengus panjang mengingat bertapa lucu dengan apa yang telah ia lakukan. Ia tidak menyukai Lisa, dan Lisa juga jelas-jelas tidak menyukai Yixing. Dan sepertinya, Lisa memang tengah berkencan sekarang, karena semalaman wanita itu sibuk berbicara di telpon dengan pria yang Yixing tidak kenal.

Lalu kenapa Yixing tiba-tiba berpikir untuk berpacaran dengan Lisa saja? well, meskipun hubungan mereka terlampau dekat, dan Lisa juga sangat memahami Yixing, tapi bagaimanapun alasan itu sama sekali tidak tepat untuk Yixing berpikir…oh, baiklah. Ia sepertinya terlalu banyak berpikir. Dan sepertinya, tidur seharian di sini sama sekali bukan ide buruk. Lisa juga akan pulang sangat terlambat, ia juga tidak memiliki rencana apapun sampai Nyonya Han menghubunginya lagi.

Kemudian Yixing pun berjalan menuju kamarnya. Saatnya ia beristirahat sebelum ia harus beristirahat di rumah sakit jiwa karena otaknya yang mulai sakit.

 

***

 

“Lim, bisa kau rapikan ini? Dan…oh, jangan sentuh dokumen yang itu, aku belum memeriksanya,” Nyonnya Xi masih berkutat di kamar tidurnya yang mulai tidak berbentuk. Berbagai macam kertas berserakan dimana-mana –dan Lim Jinha sama sekali tidak tertarik untuk tahu, meskipun dalam hati ia terus mengeluh karena wanita yang kini berstatus besannya itu masih saja sibuk meskipun ia berkata ia pulang ke Cina untuk beristirahat.

“Lim, aku mau kau siapkan baju yang kubeli di Jepang kemarin, aku ingin menggunakannya untuk pertemuan sore ini…” Nyonya Xi kembali berdiri di depan cermin dan menilai sekali lagi tentang penampilannya. Lim tidak yakin dengan siapa yang akan ditemui majikannyahari itu, tapis epertinya orang itu memang orang yang cukup penting –melihat bagaimana Nyonya Xi terlihat sibuk sendiri seperti sekarang ini.

“Nyonya, apakah Tuan Muda sudah mengabari Anda jika malam ini dia akan menemui Anda?” Lim tetap berusaha tenang meskipun ia benar-benar merasa gugup ketika harus membahas soal Luhan dan…yeah, tentang pembicaraan mereka kemarin. Lim tahu pasti jawaban apa yang akan ditelannya, tapi Lim –sebagai ibu khususnya—akan tetap berharap tentang kebahagiaan anak-anaknya, khususnya Ariel.

Nyonya Xi menghentikan gerakannya, ia pun terpaksa memutar tubuhnya dan sedikit menekan mood-nya yanga gak buruk, “Kenapa kau tiba-tiba membahas menantumu, Lim?” Nyonya Xi sedikit menyindir Lim dengan kata ‘menantu; yang diucapkannya. Ia tahu Luhan dan Lim Jinha memang dekat, tapi entah kenapa ia merasa tabu saat Lim Jinha malah tertarik untuk membahas masalah yang Nyonya Xi kira hanya akan menjadi topik untuk mereka berdua –Nyonya Xi dan Luhan, “Luhan sudah mengatakan apa yang akan dibicarakannya padamu? Atau kalian merencanakan sesuatu…”

“Aku berencana untuk berhenti,” sanggah Lim cepat. Sama sekali melupakan bagaimana tata krama yang biasanya ia tunjukkan di hadapan Nyonya Xi.

Mata Nyonya Xi langsung membesar, kemudian ia tertawa hambar menanggapi ucapan Lim, “Kau ingin bercanda denganku, Lim?”

“Aku ingin putriku…berhenti dengan semua kekonyolan kita semua…”

“Lim!”

Lim sama sekali tidak peduli, ia tetap mengangkat kepalanya, “Kupikir ini memang bagus pada awalnya. Tapi melihat Luhan dan Ariel sama-sama saling menyukai…”

“Luhan tidak menyukai wanita! Dan jangan mengarang soal cinta dan sebagainya untuk rumah tangga mereka!”

“…aku tidak akan tahan jika sampai Ariel terlanjur jatuh pada perasaannya. Masih ada seorang pria yang setia mencintainya hingga saat ini,” Lim mengangkat bahunya sedikit, “Dan harusnya aku merestui hubungan mereka, bukannya merestui pernikahan yang tanpa didasari cinta ini…”

“Lim Jinha!”

“Dan jika satu hari nanti Ariel meminta mundur, ataupun ternyata kau tak menginginkan Ariel…kumohon Nyonya, biarkan Luhan melepas Ariel dan membiarkannya hidup bahagia seperti bagaimana harusnya.”

 

***

 

Baekhyun menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan gaya sok cool. Sebenarnya Baekhyun menderita sekali berada disini, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Baekhyun tersesat di Cina sendirian –oh, ia pasti akan berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tidak bisa berbahasa cina sama sekali.

Tapi hari ini, ia merasa suasana hatinya cukup bagus. selain karena Taeyeon sudah menghubunginya setengah jam lalu, akhirnya ia bisa bertemu dengan Ariel Lau –sahabat tercintanya. Selama masa kuliah, Baekhyun sudah melalui banyak cerita dengan Ariel, dan gadis itu tiba-tiba pergi meninggalkan Korea bahkan langsung melepas status lajangnya, membuat Baekhyun merasa cukup terpukul. Semuanya terlalu tiba-tiba, belum lagi Wendy Son yang juga selalu bersama dengannya dan Ariel juga tidak pernah kembali ke Korea semenjak ia pergi ke Amerika.

Mungkin harusnya Baekhyun tidak berteman dengan orang-orang berkewarganegaraan asing, sehingga ia tidak perlu merasa kesepian jika satu persatu dari mereka mulai pulang ke negaranya masing-masing.

“Hai Baek!” Baekhyun memutar kepalanya dengan cepat –cepat sekali, sampai Ariel belum sempat memperhatikan wajah Baekhyun karena pemuda itu juga langsung melompat ke arah Ariel dan memeluknya erat. Yeah, sebagian pasang mata akhirnya tertarik untuk menoleh ke arah mereka, mungkin mereka adalah pasangan sahabat teraneh yang pernah ada.

“Astaga astaga astaga! Lihatlah Ariel Lau! Kau berubah banyak! Kenapa kau makin cantik…dan…kurus? astaga! Apa kau juga melakukan diet sampai kau menjadi kurus begini?” Ariel mendelik ketika sifat cerewet Baekhyun mulai keluar kembali.

“Dan apa-apaan ini? Mana mungkin ibu rumah tangga…ah! tidak! Istri dari seorang pengusaha ternama malah berpenampilan seperti mahasiswi yang kekurangan uang? Ayolah Ariel! Kau sudah merdeka sekarang! Kau tidak lagi harus memikirkan tugas dari dosen ataupun biaya makanmu! Kau sangat bahagia sekarang…”

Dan Ariel hanya pasrah saja ketika Baekhyun tidak berhenti bicara meskipun mereka telah menaiki taksi. Tidak. Bahkan selama di restoran pun Ariel lebih banyak diam dan mendengarkan Baekhyun bicara. Jika mereka tidak terpisah lama, Ariel pastid engan tega hati akan menyumpal mulut Baekhyun dengan sendalnya, tapi karena kata bulan telah memisahkan mereka, Ariel justru sangat merindukan beoan Baekhyun.

 

***

 

Langit terlihat cukup cerah sore itu. Dengan usapan lembut angin, Luhan dapat menikmati sore yang sebenarnya membuatnya cukup tegang. Ibunya tiba-tiba menghubunginya dan ingin bertemu hanya berdua saja dengan Luhan. Luhan sudah mengalami beberapa hal yang mengejutkan tiap kali ia melakukan pertemuan dengan ibunya. Dan tentunya pertemuan itu dilakukan hanya berdua saja.

“Hal serius apa yang membuat Mama tiba-tiba ingin bertemu denganku?” gumam Luhan pada dirinya sendiri. Ia tiba-tiba khawatir jika ibunya akan membahas soal pernikahannya dengan Ariel. Tidak. Ia tidak bisa kalah dengan ibunya kali ini. Apapun dan bagaimanapun, ia yang harus mengendalikan keadaan dan bukan sebaliknya.

“Hai, Wufan? Apa kabar?” sapa Luhan sambil menyelipkan telponnya di antara pundak dan kepalanya. Sedangkan tangannya sibuk membuka pintu mobilnya. Tanpa sadar, ia mulai merasakan tangannya berubah dingin.

“Sangat baik, tapi sedikit memburuk saat kau menelpon.,” sahut Wufan yang membuat kening Luhan sedikit berkerut, “Kenapa begitu? Kau tidak senang kutelpon?”

Terdengar suara tawa Wufan di sebrang sana, “Bagaimana aku bisa merasa senang jika suaramu panik begitu? Ada apa Rusa kecilku?”

Luhan menunjukkan ekspresi ingin muntahnya meskipun Wufan tak bisa melihatnya. Wufan mulai lagi, dan entah kenapa Luhan tetap menyukainya. Wufan bisa membuat situasi Luhan seolah normal-normal saja.

“Kau tahu aku sedang panik?” Luhan menyandarkan kepalanya ke joknya, mencoba menguapkan rasa lelah yang lebih sering tidak dirasakannya. Tapi karena kepanikannya hari itu, Luhan tiba-tiba merasa seluruh tubuhnya ditimpa beban yang berat.

“Menurutmu?”

“Baiklah, baiklah. Aku tidak mau bertele-tele, sekarang aku harus bertemu dengan Mama. Dan…aku takut,” Luhan mengetuk-ngetuk stir mobilnya dengan tidak tenang.

Cukup lama Wufan membuat jeda di sebrang sana, entah laki-laki itu tengah melakukans esuatua taujustru tengah berpikir –membantu Luhan mencarikan solusi mungkin? Wufan orang yang seperti itu, dan Luhan berharap ia bisa setanggap Wufan saat Wufan membutuhkannya.

“Mungkin ibumu merindukanmu?”

“Kau bercanda.”

“Mungkin dia ingin sudah ada feeling jika putranya akan datang dan membahas soal pernikahan kontraknya,” mendengar perkataan Wufan, Luhan justru semakin merasa gugup.

“Jika itu terjadi, apa yang harus kulakukan?”

“Bersikaplah sebagai pria dan suami yang baik. Ikuti rencana awalmu.”

Luhan mendesah pelan. Iya. Dia sangat sangat ingin melakukannya, mendatangi ibunya dan berkata ingin membatalkan seluruh kontrak bodoh itu dan menjadikan Ariel istri sungguhannya. Dan Luhan tahu, ibunya bukan tipe orang yang akan memberikan jawaban ‘iya’ dengan mudah. Kecuali jika wanita yang dinikahinya adalah Victoria Song –oh, ia sangat ingat bagaimana begitu besar rasa syang yang dimiliki ibunya pada Victoria itu.

“Jika aku gagal?”

“Kau bukan anak kecil, Lu.”

“Aku tetap anak ibuku.”

“Tinggalah di Amerika dan lihatlah bagaimana para pria seumuranmu menentukan jalan hidupnya sendiri. Kau tetap anak ibumu, putra dari keluarga Xi. Tapi sekarang kau kepala keluarga, seorang suami. Kecuali kau memang berpikir untuk melepaskan Ariel…”

“Jika aku dan Ariel kabur ke luar negri?”

Terdengar decakan Wufan, “Lakukan sesukamu, Lu. Dan aku takkan mengikutimu meskipun kau pergi ke Kanada.”

“Aku tidak memintamu ikut.”

“Yeah, dan kau kira kau hidup dalam sebuah film disney yang berakhir bahagia dengan kata selamanya?”

Luhan mendengus panjang. Wufan benar, bagaimanapun Luhan adalaha ktor utama dalam masalah ini. Meskipun ibunya adalah sang sutradara, tapi Luhan tetap bisa mengendalikan film yang terlanjur berjalan ini. Luhan sendiri tidak memikirkan apapun saat pernikahan kontrak ini berjalan, Luhan hanya berpikir untuk segera menyelesaikan pernikahan ini tanpa harus mengusik Ariel yang sama sekali tidak tahu apa-apa.

Luhan memang sempat berpikir akan bagus jika Ariel bisa sedikit merasa simpati terhadap Luhan, membuat pernikahan palsu ini memiliki secuil kenangan berwarna merah muda mungkin tidak ada salahnya. Tapi reaksi Ariel luar biasa menunjukkan betapa ia membenci pernikahan ini, membenci Luhaan.

Luhan pun menutup telponnya dan mulai melajukan mobilnya perlahan. Harusnya ia tidak pernah memulai semua ini, atau ia harusnya mengajak Victoria menikah saja. gadis itu sangat tergila-gila pada Luhan. meskipun Luhan tidak menyukai wanita itu, setidaknya tidak akan ada pihak yang terlalu tersakiti –Luhan sangat yakin Victoria juga akan tetap merasakan setidaknya sedikit rasa sakit jika menikah dengan Luhan kelak.

Ya. benar. Luhan terlalu berpikiran pendek saat itu. Harusnya Luhan bisa sedikit berpikir lebih panjang lagi.

Luhan masih tenggelam dalam pikirannya, dan ia hampir saja menerobos lampu merah. Sial sekali. Jika ia sampai melanggar rambu lalu lintas, nasib sialnya pasti akan bertambah panjang hari ini.

Luhan pun kembali mengangkat bahu, menyemangati dirinya sendiri. Ia tidak perlu takut pada ibunya. Tidak. Mereka adalah keluarga, dan harusnya mereka jauh lebih mudah untuk menemukan jalan keluar. Ya. harusnya begitu.

Luhan masih berusaha menyemangati dirinya sendiri, sampai semua pikirannya terhenti ketika ia tanpa sengaja mendapati siluet seseorang yang sangat familiar. Luhan langsung menyipitkan matanya, ia berharap salah lihat –karena si pemilik siluet itu dalah perempuan yang sangat mirip dengan Ariel. Dan yang menjadi masalah disini, wanita yang mirip Ariel itu tengah berjalan dengan seorang laki-laki…oh! tunggu! Bahkan mereka tertawa bersama!

Luhan menegerjapkan matanya ketika suara klakson saling bersusulan meneriaki kupingnya. Dengan sangat terpaksa, Luhan harus melajukan mobil. Luhan tidak tahu pasti tentang apa yang ia rasakan saat ini, ia hanya tahu dadanya sangats esak sekali, dan rasanya ia ingin menghajar laki-laki yangberani membuat Ariel tersenyum padanya.

“Bahkan Ariel tidak pernah tertawa selepas itu saat bersamaku,” keluh Luhan masih menjalankan mobilnya.

Ariel tidak mungkin selingkuh, kan? Dengan keadaan Luhan seperti sekarang, Ariel tidak sedang berpikir untuk menjauhi Luhan pelan-pelan, kan? Ariel memiliki alasan kuat untuk meninggalkan Luhan, dan Luhan sama sekali tidak pernah mau memikirkan bagaimana jadinya ia tanpa Ariel ke depannya. Pasti buruk. Itu pasti sangat buruk.

Luhan menggaruk kepalanya frustasi. Hari ini benar-benar kelewat kacau, kacau untuk pikiran dan perasaan Luhan.

 

***

 

“Kau harus tampil menarik jika Luhan tidak mau berpaling darimu,” Bkata Baekhyun sambil memiliah-milih kosmetik di hadapannya. Tidak peduli dengan senyum aneh yang ditunjukkan sang pelayan yang menonton mereka berdua. Pasalnya Baekhyun menggunakan bahasa korea yang sudah pasti tidak dapat dimengerti oleh pelayan itu –kecuali jika gadis itu memang pernah belajar bahasa korea.

“Kau tahu, Luhan tidak mungkin melirik wanita lain…” Ariel melipat kedua tangannya di depan dada. Ia bahkan tidak merasa khawatir dengan sekretaris Luhan yang selalu berpenampilan mencolok –bahkan rok gadis itu pendek sekali. Ariel benar-benar ingat itu.

Baekhyun mendesah berlebihan, benar-benar laki-laki yang melankolis, “Jika dia bisa melirikmu, kenapa dia tidak bisa melirikw anita lain?” Baekhyun mengangkat dagunya angkuh, “Kau bilang dia juga pernah berhubungan dengan perempuan, kan? Artinya ia tetap menikmati perempuan meskipun dalam kadar…aw! kenapa kau memukulku, sih?!” sewot Baekhyun sambil mengusap kepalanya. Ariel benar-benar sadis jika sudah marah seperti tadi.

“Luhan tidak seperti itu!”

Baekhyun memutar bola matanya kesal. Ia sangat menyayangi Ariel. Ia bahkan ikut menangis dan mencurahkan kesedihannya pada Taeyeon saat tahu ternyata Ariel malah menikah dengans eorang gay. Dan yang terparah, Luhan menyukai Zhang Yixing! Jika Baekhyun penulis, ia pasti sudah menulis novel kisah cinta segitiga paling tragis ini.

“Mau seperti ini atau seperti itu,” Baekhyun mengambil sebuah lipstick, “Tetap saja kau adalah wanita. Kau tidak bisa selamanya berpenampilan layaknya mahasiswi yang sengsara.”

“Oya, kau jadi mempertemukanku dengan Luhan, kan?” tanya Baekhyun setelah mencocokkan beberapa kosmetik dan langsung mmbelinya tanpa izin dari Ariel –sahabatnya memebelikan itu untuk Ariel.

Ariel sedikit menimang-nimang. Luhan memang suka bicara, tapi Baekhyun sangat blak-blakan. Ia tidak mau Baekhyun bicara yang tidak-tidak dan malah membuat Luhan tersinggung. Tidak. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Luhan yang sangat sensitif itu…

“Aku hanya ingin berkenalan dengannya saja, kok,” Baekhyun menyikut lengan Ariel, “Jika dia menyakitimu, maka aku akan menjadi orang pertama yang menghajarnya.”

Ariel langsung tertawa dan menarik Baekhyun menuju pintu keluar toko kosmetik yang mereka datangi, “Dengan apa kau memukulnya? Bahkan Taeyeon lebih berotot,” Ariel masih tertawa saat Baekhyun menoyor kepala Ariel dengan keras.

“Bahkan aku menghajar Yixing saat laki-laki itu menyakitimu,”

Tawa Ariel langsung terhenti seketika saat Baekhyun mulai mengungkin nama Yixing. Ia memang tidak mengingat nama itu sama seperti dulu, tapi ia masih belum terbiasa jika ada orang yang mengungkin masalalunya dengan Yixing.

“Biasakan dirimu. Yixing bukan virus yang dapat meakanmu sampai habis, kok.”

Ariel hanya tersenyum saat Baekhyun menegurnya. Ia pun semakin mempererat lingkaran tangannya di lengan Baekhyun. Ia benar-benar merindukan Byun Baekhyun-nya.

 

***

 

“Ini…apartemenmu?” Baekhyun masih menjatuhkan rahangnya ketika kakinya mulai menginjak lantai apartemen Ariel. Ini benar-benar luar biasa! Bahkan di Korea sekalipun, Baekhyun belum pernah memasuki apartemen seluas dan semewah apartemen yang ditempati Ariel saat ini.

“Apartemen Luhan. luhan punya beberapa tempat tinggal, tapi tempat ini katanya yang paling denkat dengan tempat kerjanya,” jelas Ariel sambil menaruh tasnya di atas sofa, “Duduklah. Akan kuambilkan minuman.”

Baekhyun masih terperangah ketika Ariel melenggang meninggalkannya sendiri. Baekhyun benar-benar takjub saat melihat dinding luar gedung apartemen ini, dan saat masuk ke dalam…Baekhyun seperti berada dalam drama-drama yang sering ditayangkan di TV Korea! Ini bukan hanya sekedar mewah, tapi benar-benar seperti rumah.

“Kenapa asih berdiri disana? Duduk disini! Norak sekali…” Ariel memutar bola matanya malas ketika Baekhyun mulai mengeluarkan siat aslinya –ayolah! Ariel juga tidak senorak itu saat mengagumi betapa mewahnya apartemen ini. Meskipun ia mengawali hubungan yang buruk dengan Luhan, tapi Ariel tetap masih bisa mengagumi semua ini –semua apartemen, rumah, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan Luhan.

“Pasti Luhan tidak kalah kaya dari Choi Siwon,” gumam Baekhyun masih membiarkan matanya menyelami setiap sudut yang bisa disentuh retina matanya. Well, ia benar-benar seperti berada dalam sebuah drama.

“Kau berlebihan,” desis Ariel sambil menaruh segelas jus di atas meja.

Baekhyun masih terperangah meskipun ia sudah menyapu tiap sudut apartemen yang diinjaknya beberapa kali, bahkan lebih dari lima menit Baekhyun mengabaikan ucapan Ariel. Baekhyun tidak yakin dengan ap ayang tengah dibicarakan oleh gadis itu. Tapi yang ia tahu apartemen itu jauh lebih menarik ketimbang apa yang dibicarkan Ariel.

“Kau punya pembantu?” tanya Baekhyun tiba-tiba yang membuat Ariel mengerutkan dahinya. Hei, pertanyaan itu sama sekali tidak nyambung dengan apa yang dibicarakan mereka sejak tadi –atau mungkin hanya Ariel saja yang berbicara disini.

“Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?” Ariel pun bertanya balik.

Baekhyun mengangkat bahunya dan sekali lagi untuk yang kesekian kali, ia menyapukan pandangannya ke setiap penjuru tempat itu, “Ini sangat besar. Dan setahuku kau bahkan hampir tidak pernah membereskan apartemenmu sendiri,” jelas Baekhyun sambil mengembalikan pandangannya ke arah Ariel.

Ariel berdeham pelan. Tiba-tiba saja gadis itu menjadi salah tingkah. Padahal, sebelumnya ia tidak pernah merasa perlu ada sesuatu yang membuatnya malu di hadapan Baekhyun. Sahabatnya yang satu itu tahu terlalu banyak tentangnya, bahkan Baekhyun sering sekali main ke apartemen Ariel dan ikut-ikutan membantunya memberskan apartemennya yang tak berbentuk –dan tentunya sepanjang kegiatan laki-laki itu akan terus mengomel.

Ariel bukan gadis yang suka bersolek, bukan seornag gadis rajin yang akan membuat apartemennya memiliki ciri khas dengan mempercantiknya ataupun membuat segala sesuatu di dalam apartemennya serba serasi. Ariel menganggap apartemennya benar-benar sebuah tepat tinggal yang merupakan kebutuhan utama Ariel selama di Seoul. Dan ketimbang merapikannya ataupun mempercantiknya, Ariel jauh lebih tertarik untuk membuat cerita-cerita fiksi sambil ngemil, atau menonton seharian sambil menikmati waktu kosongnya.

Sebenarnya, Ariel juga tidak terlalu menyadari perubahan besar yang terjadi padanya semenjak ia menikah dengan Luhan. luhan tidak pernah menyuruhnya untuk melakukan apapun, tapi Ariel benar-benar tidak memiliki kegiatan menarik disini –dan secara refleks, ia merasa perlu membuat apartemen yang ditempatinya harus tetap rapi dan bersih seperti pertama kali ia datang ke tempat itu.

“Oh, iya. Suamimu mana? Aku datang kemari kan untuk melihatnya,” Baekhyun langsung bangkit dari duduknya, hendak mencari foto-foto yang berkaitan dnegan pernikahan Ariel dan Luhan.

Tapi belum sampai 3 langkah, kepala Baekhyun langsung berputar ke belakang –tepat ke arah suara pintu apartemen Ariel yang dibuka. Setelahnya, Baekhyun langsung menarik kedua sudut bibirnya dengan lebar, kemudian berbalik cepat dan bersiap untuk menyapa pria yang…astag! bahkan pria itu lebih cantik daripada Ren anggota Nuest yang mendapat gelar pria tercantik!

“Kau sudah pulang?” sapa Ariel kikuk saat Luhan masuk ke apartemen mereka, dan mendapati Ariel dengan Baekhyun berada di ruang depan.

Awalnya Ariel merasa biasa saja saat Luhan masuk, tapi ia sangat kikuk sekali saat melihat reaksi Luhan saat mendapati Baekhyun berdiri di dekat Ariel. Luhan bukan laki-laki pemarah –setahunya, tapi entah kenapa Ariel merasa sangat tidak nyaman dengan tatapan Luhan pada Baekhyun yang kemudian beralih padanya.

“Kenapa tidak membalas smsku?” Luhan pun akhirnya bersuara –sedikit datar, dan tentunya dia menggunakan Bahasa Mandarin seperti biasa. Membuat Ariel sedikit kesal karena Baekhyun langsung menyikut lengannya sambil mengisyaratkan “Apa yang dikatakannya?”.

“Sms?” Ariel langsung menyambar tasnya dan langsung mencari-cari ponselnya disana. Tolol sekali, karena asyik reuni dengan Baekhyun, Ariel bahkan sampai lupa untuk mengecek ponselnya sendiri.

“Ah, ponselnya mati…”

“Dan…dia?” ekor mata Luhan langsung berlari ke arah Baekhyun. Dan dengan idiotnya, Baekhyun malah menunjukkan deretan gigirnya, memberikan cengiran terbahagianya yang sangat konyol di mata Ariel.

“Annyeong haseyo. Namaku Baekhyun. Byun Baekhyun. Aku sahabat Ariel dari Korea. Ariel bilang kau juga pernah sekolah di Korea, jadi…kupikir tidak apa-apa jika aku bicara menggunakan Bahasa Korea. Iya, kan?”

Ariel langsung menginjak kaki Baekhyun saat laki-lakiitu mulai membeo yang tidak-tidak. Dan apalagi barusan? Baekhyun barus aja membocorkan rahasia besar bahwa Ariel sering membicarakan Luhan di belakang laki-laki itu?

Baekhyun mengabaikan Ariel sama sekali, ia buru-buru menyodorkan telapak tangannya kearah Luhan, “Dan kau Luhan, kan? Xi Luhan?”

Luhan hanya tersenyum kecil dan membalas uluran tangan Baekhyun, kemudian ia pun menganggukkan pelan kepalanya. Hari ini Baekhyun tidak dalam mood yang bagus untuk berbasa-basi. Kepalanya berdenyut keras sekali, ditambah ucapan ibunya yang terus-terusan mengejar-ngejar telinga Luhan, seolah mengingatkan Luhan bahwa ia sama sekali tidak bisa menang…

Luhan mendengus pelan. Baiklah, lupakan. Ia tidak sedang ingin membahas masalah itu sekarang. Dan tadinya, ia ingin pulang ke rumah dan langsung memeluk Ariel. Ia rasa, ia bisa sedikit tenang saat mencium aroma tubuh gadis itu. Tapi sialnya, sekarang moodnya semakin rusak karena keberadaan laki-laki yang mengaku bernama Byun Baekhyun –yang seingatnya adalah laki-laki yang tertawa bersama Ariel di trotoar tadi.

“Maaf, aku tidak bilang padamu dulu. baekhyun sedang ada pekerjaan di Beijing, jadi dia menghubungiku dan meminta untuk bertemu. Jadi…aku membawanya kemari,” Ariel melirik Baekhyun jengkel karena laki-laki itu terus menyikut tangannya, “Katanya dia ingin bertemu denganmu.”

Dahi Luhan langsung berkerut. Ia pun kembali memutar bola matanya ke arah laki-laki manis di hadapannya ini. Kenapa Byun Baekhyun ini mau bertemu dengannya?

 

***

 

“Woaaa…kau yang memasak semua ini?” celoteh Baekhyun saat Ariel mulai menata makanannya di atas meja makan.

Ariel sebenarnya tidak risih dengan semua ocehan ataupun tingkah Baekhyun. Tapi ia risih melihat bagaimana cara Luhan menatap Baekhyun. Meskipun tidak terlalu yakin, tapi Ariel yakin itu adalah tatapan tidak suka. Padahal, Ariel kira Luhan dan Baekhyun akan cocok. Mereka sama-sama cerwet dan seperti perempuan. Tapi…ah. tidak. Ariel meralatnya. Bagaimana jika Luhan memiliki perasaan pada…tidak. tidak. Berhenti melamun Ariel Lau. Itu tidak mungkin terjadi.

“Lalu siapa yang kau lihat tadi memasak?” ketus Ariel masih sambil menata meja makan.

Baekhyun tertawa keras sekali. Ini benar-benar lucu. Seingat Baekhyun, Ariel lebih suka memasak mie instant ketimbang memasak makanan nyata seperti ini. Bahkan Baekhyun tidak tahu jika Ariel jago memasak. Tahu begitu, Baekhyun setiap minggu akan datang ke apartemen Ariel dulu, lalu memaksa gadis itu memasak.

“Lalu kenapa kau tidak pernah memasak?” tanya Baekhyun masih dengan tawanya tyang belum reda.

Ariel menoyor kepala Baekhyun dan justru semakin membuat tawa pria itu menjadi-jadi, “Itu kan dulu. apa hubungannay dengan sekarang?”

“Kau buruk sekali saat kuliah Ariel Lau,” Baekhyun menghapus air mata di sudut matanya, “Kau tahu, Hyung? Bahkan Ariel jarang sekali mandi. Dia sangat suka makan mie dan hampir tidak pernah membereskan rumahnya. Aku bahkan dulu tidak menganggapnya perempuan. Jika tahu dia bisa menjadi istri sungguhan, harusnya aku membawamu ke rumah orang tuaku.”

Ariel langsung memukul lengan Baekhyun dengan keras, “Mengkhayallah sesukamu Byun Baekhyun. Aku yakin Taeyeon Sunbae akan langsung memutuskanmu saat tahu kau berbicara yang tidak-tidak.”

Baekhyun tersenyum lebar sekali dan menatap Luhan, “Kenapa Taeyeon harus marah? Toh kau sudah jadi milik Luhan Hyung. Aku tidak tertarik untuk menjadi perebut istri orang,”

Sok akrab, cerewet, berisik, dan…entahlah. Luhan rasa, ada beberapa sifat yang mirip antara dia dengan Baekhyun. Tapi ia benar-benar kelewat risihd engan Baekhyun. Terutama dengan cara laki-laki itu mencairkan suasana dengan Ariel. Memangnya mereka sedekat apa sampai Baekhyun menceritakan Ariel seolah-olah mereka berada dalam satu rumah?

“Tapi Hyung harus bersyukur,” Baekhyun mengubah nadanya menjadi serius, “Ariel gadis yang baik sekali. Dia juga sangat setia. Kuharap Hyung bisa menjaganya dengan baik. Aku khawatir sekali saat Ariel tiba-tiba pulang ke Beijing dan tidak memberi kabar lagis etelah itu, tahu-tahu ada undangan yang datang ke rumahku.”

Rasa bersalah langsung menggerogoti dadanya. Entahlah, dalam hatinya ia benar-benar sangat ingin menjaga, melindungi, dan membahagiakan Ariel sebagaimana harusnya. Tapi disisi lain, Luhan jsutru merasa langkah pernikahan mereka justru akan semakin menyakiti Ariel. Apa Luhan benar-benar harus membawa kabur Ariel, kemudian segalanya baru akan berubah normal?

“Kau berlebihan Baek…” sela Ariel dengan nada merendah/ jika ia memang setia, harusnya ia tetap berada disisi Yixing apapun keadaanya.

Baekhyun tersenyum kecil, “Iya. Aku berlebihan. Padahal kan kau tidak sebaik itu. Kau galak, cerewet, sok tahu, egois…”

Dan pertengkaran di meja makan itu dimulai kembali. Ariel memang merendah, tapi bukan berarti ia mau direndahkan seperti itu oleh Baekhyun. Dasar laki-laki jadi-jadian yang sangat sangat menyebalkan!

 

***

 

Luhan masih saja memilih diam meskipun Baekhyun sudah pulang sejak sejam yang lalu. dan yang membuatnya semakin tertarik untuk memilih diam, karena Ariel juga malah tidak bertany apapun soal Luhan. ayolah! Apakah seharusnya begitu yang dilakukan seorang istri saat melihat suaminya diam saja? harusnya Ariel bisa peka, Luhan sedang marah. Ia sedang kesal. Ini bukan lagi soal ibunya, tapi ini mengenai Byun Baekhyun yang cerewet itu. Dan Luhan semakin merapatkan selimutnya saat ia mendengar suara langkah kaki yang tak lain pasti langkah kaki Ariel.

Ariel sedikit melongok ke arah Luhan yang memunggunginya. Tidak biasanya Luhan tidur cepat. Ditambah lagi, wajah laki-laki itu tidak terlihat baik sejak tadi. Ariel mendesah pelan, harusnya ia bisa membawa Baekhyun dis uasana hati Luhan yang tepat. Ia malah menjadi semakin merasa bersalah pada Luhan.

Ariel pun langsung duduk di atas ranjang dan mengambil headset juga novelnya. Baekhyun menemaninya membeli novel tadi, dan sepertinya Ariel bisa mencoba rutinitas lamanya –membaca novel sebelum tidur.

“Kau bercanda?!” Ariel mengerjapkan matanya ketika Luhan langsung bangun dan berteriak ke arahnya.

“A-apa?” tanya Ariel gugup dan tentu saja bingung. Ariel kira Luhan sudah tertidur –dan mungkin saja laki-lakiitu kelelahan. Tapi Luhan baru saja melempar selimutnya dan meneriaki Ariel.

Luhan mendnegus kasar. Ia benar-benar frustasi dengan hari ini. Tidak. Bukan dengan hari ini saja, semua rasa frustasinya selam amenghadapi Ariel berkumpul dan meledak saat ini. Luhan tahu, Luhan sama sekali bukan laki-laki sebaik ataupun sepaham Baekhyun yang dapat membuat Ariel tertawa seolah hidup ini benar-benar hampa beban. Tapi…sekali saja, ia berharaps ekali saja, Ariel dapat memandangnya sama seperti ia memandang Baekhyun sebagai seorang yang dapat membuatnya tertawa. Atau setidaknya, bisakah Ariel memandangnya sama seperti mantan kekasihnya…. Luhan memang tidak mengenal mantan kekasih Ariel, ia juga tidak pernah tahu menahu tentang laki-laki itu. Tapi Luhan yakin, Ariel memiliki cara sendiri untuk menghadapi laki-laki itu. Dan dengan naifnya, Luhan berharap Ariel bisa melakukannya juga pada Luhan.

“Kau tidak ingin bertanya sesuatu?” tanya Luhan berharap Ariel bisa bertanya tentang diamnya Luhan, atau Ariel juga bisa bertanya ada sms apa yang membuat Luhan terlihat sangat kesal saat bertemu dengannya tadi –atau jangan-jangan Ariel malah tidak sadar jika Luhan sedang kesal setengah mati?

Ariel mengerjapkan matanya. Ia masih linglung dengan arah pembicaraan Luhan. bertanya? Apa yang harus Ariel tanyakan pada Luhan sekarang? Ariel pun melirik ke luar jendela, mencoba menghindari tatapan Luhan yang membuatnya gugup.

“Bertanya…tentang apa?”

“Baekhyun. Kau tidak ingin menanyakan sesuatu tentangku karena laki-laki itu?”

Ariel menyipitkan matanya. Baekhyun? Kenapa semua ini jadi merambat pada Baekhyun? Atau…jangan-jangan…

“Kau tidak tertarik pada Baekhyun,kan?”

Luhan hampir melempar Ariel dengan bantal di sampingnya. Demi Tuhan! Sebegitu dangkalnyakah pemikiran Ariel? Atau gadis itu benar-benar tidak peka dengan…ah! baiklah! Lupakan!

Luhan langsung menarik selimutnya kasar. Lebih baik ia tidur sekarang daripada ia meledak-ledak tidak jelas. Jelas-jelas ia tidak suka pada Baekhyun, kenapa Ariel malah berpikir jika Luhan malah menyukai laki-laki bawel itu? Meskipun ia gay, ia juga pilih-pilih soal laki-laki. Dan kenapa pula Ariel berpikir jika Luhan masih tertarik pada laki-laki? Seandainya ada laki-laki yang layak ia sukai, tentu saja itu Wufan! Padahal, sekarang jangankan untuk tertarik pada laki-laki lain, bahkan melihat yixing daris udut pandang lama saja sudah tidak. Ariel Ariel Ariel. Ia hanya memikirkan Ariel sekarang. Ia hanya tertarik pada A…

Luhan langsung membuka matanya kaget. Apa-apaan barusan? Apa baru saja ia mengakui jika Luhan…menyukai Ariel?

 

 

20150512

PM0759

16 respons untuk ‘Married With A Gay (12A)

  1. Huaaa iseng liat blog ini eh udah update ><
    Aku suka bawaannya santai. Bahasanya rapi. Apa ya… simple tapi berkesan gitu *apasih

    Lanjut yaaa semangaaaat

    Disukai oleh 1 orang

  2. Hahahahaa part ini meskipun pendek tapi lucu :v ngakak. Jadi kebalik yg biasanya di ff lain si cewe yg ngomel2 ini malah Luhan. Ngebayangin Luhan uring2an jadi ngakak :v semangat lanjut

    Disukai oleh 1 orang

  3. Huhu nungguin ff ini bgttt yeayyu akhirnya di update jugaa, aku penasaran bgt bagian luhan ketemuan sama mama nya pasti me ne gang kan hahaha, ayo semangat lanjutin ff nya!!! Goodluck!!!

    Disukai oleh 1 orang

  4. ini kenapa komentarku gak ada ya? padahal seingetku aku sudah ngasih komentar deh.
    penasaran bgt sm apa yg dibicarakan luhan sm mamanya. di chapter ini gak dijelasin semoga aja chap selanjutnya bisa dijelasin. wah luhan sudah mulai ngaju nih hahahaha. kenapa ariel jadi gak peka bgt yaaa. padahal kan luhan suda ngode2 gitu ke ariel. semoga cepet di jawab ya dgn chap selanjutnyaaaa

    Disukai oleh 1 orang

  5. Syukurlah Luhan udah memandang Yixing sebelah mata(?)
    Penyebab ke-gay-annya dia kan ya Zhang Yixing itu.Semoga kedepannya langkah mereka diberikan kemudahan :)) amin
    Ibunya Luhan itu aja tinggal, kok egois sekali, ga mikirin anak sendiri, anak punya penyakit kelainan seksual eh begitu ada tanda2 mendekati kesembuhan berkat andil sang menantu malah ga direspon apa2, tetap berniat pada rencana awalnya.ckck

    Suka

  6. maaf yaaa aku baru comment disinii..

    kujira masih harus nunggu lagu eh ternyata disini udah diupdate sampai end! maksin kesininceritanya makin bikin penasaran dan.. i dont know what ive to say but i Love is so much!

    Suka

Tinggalkan komentar