(Sequel of Married with a Gay) Tian Mi Mi (chapter 5)

1x

Title     : Tian Mi Mi

Genre  : AU, Romance, Marriage Life

Main Cast: Lu Han, Ariel Lau (OC)

Other Cast : Find by yourself

Rating : 17 +

Length : Multi chapter

Auhtor : Chang Nidhyun (@nidariahs)

 

***

“Kakakmu tidak galak, kan?”

Ariel refleks menoleh ke samping kanan, tepat ke arah Luhan yang baru saja melayangkan pertanyaan…bodoh, mungkin. Yeah, setidaknya bagi Ariel itu pertanyaan bodoh, “Kau kira kakakku anjing ya sampai-sampai kau berpikir mereka galak,” sahut Ariel sambil lalu. Ia pun kembali membaca sederet kalimat dalam buku yang dipegangnya.

“Bukan begitu…” Luhan pun menyandarkan punggungnya dengan jengkel ke sandaran kursinya. Sudah dua jam berlalu sejak mereka menaiki pesawat menuju Kanada. Dan pikiran Luhan masih berputar dalam lubang yang sama, apa kakak Ariel akan menerima Luhan dengan baik?

“Yang pasti, setidaknya Clinton tidak secerewet nenekmu dan akan mengkritik banyak soal dirimu. Tapi aku hanya memberi saran,” dengan senyum misterius, Ariel pun mendekatkan mulutya ke arah telinga Luhan, “Siapkan dirimu jika Clinton tiba-tiba mengajakmu bicara berdua saja di ruang tamu.”

Luhan tiba-tiba merasa merinding membayangkan hal itu terjadi. Meskipun Ariel kini terkikik geli, tapi Luhan sama sekali tidak merasa ucapan Ariel begitu lucu sampai menarik orang lain untuk ikut-ikutan menertawakan lelucon yang rendah selera humornya itu.

Luhan tidak pernah benar-benar mempersiapkan diri unuk sebuah pernikahan. Bagaimanapun, pernikahannya dengan Ariel benar-benar pernikahan skenario dan bukan pernikahan yang dirancang untuk sebuah masa depan.

Bagaimana jika kakak Ariel meminta pernikahan ulang? Atau malah menghajar Luhan karena dia tahu Luhan pernah setuju soal pernikahan kontrak dan lain sebagainya? Bagaimana jika Clinton Clinton itu tahus oal masalalu Luhan dan menentang pernikahannya dengan Ariel? Luhan pun memejamkan matanya, entah mengapa semua itu lebih menakutkan.

Mata Luhan kembali terbuka saat tangannya tiba-tiba digenggam dengan erat oleh tangan mungil Ariel, “Tidak perlu tegang begitu. Clinton orang yang baik, kok. Dia tidak mungkin meminta kita untuk menikah lagi hanya karena dia tidak datang di pesta pernikahan kita. Dan…yang pasti dia tidak tahu apapun soal masalalu buruk kita.”

Mungkin Ariel seorang paranormal, maka dari itu Ariel bisa membaca pikiran Luhan semudah itu. Seolah-olah semua ketakutannya sudah tertulis besar-besar di keningnya, atau mungkin suara hatinya terdengar begitu jelas di telinga Ariel.

“Terimakasih…” Luhan ingin mengatakan sesuatu yang lebih daripada terimakasih. Tapi akhirnya ia hanya mengakhirkan isi pikirannya pada kalimat ‘terimakasih’ yang sebenarnya tidak cukup untuk diberikan pada Ariel.

 

***

 

Jika Ariel merasa tegang karena rasa bahagianya yang keterlaluan di tanah yang dirindukannya, maka Luha justru hanya bisa tersenyum miris menghirup aroma asing yang telah lama dilupakanya. Kanada. Luhan selalu menghabiskan waktunya bersama Wufan, dan Wufan selalu tahu Luhan merasa enggan untuk datang ke tempat ini sendiri. Dan meskipun Luhan tidak pernah meminta agar Wufan menemaninya, tapi Wufan akan tetap memutuskan untuk ikut, entah sesibuk apapun atau sepadat apapun jadwalnya.

Well, Wufan sebenarnya bukan direktur utama yang mengharuskannya terus berada di kator untuk membubuhkan tanda tangan, memeriksa ini itu, atau kegiatan lainnya yang membuatnya harus sesibuk itu –setidaknya ia tidak sesibuk Luhan. Yeah, salah satu keuntungan besar bagi Wufan ketika ia berada di dalam perusahaan dinasti.

Dan, Luhan merindukan Wufan. Tidak. Jangan salah paham jika Luhan merindukan Wufan dalam hal melenceng. Bagaimanapun, Wufan adalah sahabai terbaiknya, orang yang paling mengerti, orang yang paling tahu bagaimana cara menghadapi Luhan did dalam banyak situasi berbeda.

Tapi hari ini, mungkin Luhan benar-benar harus mencoba menghapus segala memori dan ketergantungannya pada Wufan. Luhan menoleh ke samping kanannya, ke arah wanita bertubuh mungil yang tenggelam dalam rangkulannya. Ya. Meskipun mungki masih membutuhkan banyak waktu agar Luhan benar-benar bisa sepenuhya membuka diri terhadap Ariel, tapi setidaknya ia sudah memiliki keyakinan, jika Ariel benar-benar orang yang tepat. Dan artinya, Luhan tak lagi membutuhkan alasan untuk lebih bergantung pada Wufan.

“Tiba-tiba aku ingin menangis,” kata Ariel dengan suara rendah. Etah karena terlalu senang atau karena rasa rinduya tiba-tiba ingin meledak, ia tiba-tiba merasakan rindu luar biasa yang selama ini belum pernah dirasakannya…mungkin. atau mungkin ia pernah, hanya saja tidak pernah benar-benar membuat dirinya terfokus pada perasaan semacam itu. Perasaan mendayu-dayu yang hanya akan membawa air mata.

“Menangis saja jika ingin menangis, aku aka menghalangimu agar orang-orang tidak bisa melihat,” kata Luhan dengan nada serius. Tapi ia terpaksa memutar bola matanya ketika Ariel justru menertawakan ucapanya.

“Cheesy sekali. Kau benar-benar tukang gombal yang payah,” kata Ariel dengan tawa yang sedikit mengerikan di telinga Luhan. Antara ingin meangis, juga tertawa.

Luhan mengeratkan rangkulannya sambil berjalan ke arah salah satu taxi, “Bahkan, menurutku tidak ada lagi perbedaan antara gombal dan serius. Yeah, kebanyakan kata yang kelua dari mulutku, adalah apa yang benar-benar kurasakan, kupikirkan, dan ingin kukatakan.”

Cheesy. Benar-benar cheesy. Tapi Ariel tidak memberikan reaksi apapun selai mengeratkan lingkaran tangannya di pinggang Luhan.

“Luhan,” panggil Ariel saat mereka sudah menaiki taksi.

“Ya?”

“Kenapa kau masih meutupi identitasku dari media?”

 

***

 

“Wow wow, lihat ini! Siapa yang semakin gendut, manis, imut, dan cantik ini. Aku tidak yakin kau benar-benar baru saja mengalami patah hati,” ejek Wendy sambil menahan tawa. Ini kelewat lucu, Baekhyun baru saja menceritakan akhir yang buruk mengenai kisah cintanya –bahkan sebelum Wendy mengucapkan kata hallo ataupun berbasa-basi. Baekhyun langsung memeluknya, lalu menceritakan keluh kesahnya yang lebih panjang dari novel yang pernah dibacanya.

Baekhyun mencubit pipi Wendy, “Yak! Kau kira aku anak gadis apa?”

Wendy hanya tertawa menanggapi tingkah Baekhyun. Yeah, sebenarnya ada banyak lagi cerita yang ingin dibicarakan oleh Wendy pada Baekhyun. Tapi seperti kebiasaannya, ia tidak akan lebih tertarik dari mendengarkan. Alasan terkuat mengapa ia tidak pernah menceritakan apapun mengenai dirinya –karena ia merasa orang lain akan memiliki cerita sendiri yang lebih layak untuk didengarkan ketimbang keluh kesahnya.

“Jadi…kau benar-benar putus dengan Taeyeon Sunbae yang memiliki wajah boneka itu? Tsk, sayang sekali, ya? Padahal tadinya kau ingin mengajak Ariel taruhan soal hubungan kalian. Tapi…ya…kau tahu sendiri, Ariel selalu berpihak padamu gara-gara kau setengah perempuan.”

Baekhyun kali ini mencubit kedua pipi Wendy yang entah mengapa semakin gebul dari yang ia lihat terakhir kali. Jika saja yang mengatakannya orang lain, mungkin Baekhyun sudah mencacinya habis-habisan. Tapi ini Wendy, Wendy Son sahabatnya yang paling jenius dan baik (karena dia selalu memberikan contekan saat ujian, juga dengan senang hati mau mengerjakan tugas Baekhyun saat kuliah dulu). Ah, benar. Ia jadi merindukan Ariel juga, andai saja dia disini mungkin kafe yang mereka datangi ini akan mendadak rusuh karena suara mereka bertiga.

Wendy pun berdehem pelan, kemudian sedikit mengangkat bahu, ia pun mulai bicara serius, “Jadi, sekarang kau benar-benar akan menjadi artis musikal? Tidak melakukan yang lain lagi?”

Baekhyun mendengus panjang, “Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kulakukan selain menjadi artis musikal tentunya. Aku juga memulai bisnis kecil-kecilan, dan tadinya aku akan mencoba mengajar kursus Bahasa Inggris saja. Melihat Taeyeon yang semakin mapan, membuatku semangat untuk menjadi lebih mapan lagi…” Baekhyun pun mendesah panjang, enggan meneruskan kata-katanya yang selalu membuat hatinya tercekik, “Tapi…yeah, siapa yang tahu ternyata hubungan orang dewasa lebih menakutkan. Aku tidak pernah berpikir kami sampai harus putus karena secara finansial aku belum siap…”

“Hei…” Wendy pun menarik tangan Baekhyun dan menggenggamnya erat, “Semua butuh proses, kan? Tentu saja Taeyeon akan sedikit berada di atasmu. Selain karena dia lebih dulu lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan, ayahnya juga bukan dari kalangan biasa. Itu juga bukan berarti kau tidak bisa lebih mapan, kan? Sama seperti masa kuliah kita, semua butuh proses sampai kau bisa lulus.”

Dan itulah Wendy-nya. Seseorang yang selalu menggenggam tangan Baekhyun dan membenarkan posisi Baekhyun, lalu menyelipkan nasihat kecil untuk menambal kesalahan Baekhyun. Sesuatu yang selalu Baekhyun rindukan dari Wendy.

Baekhyun pun tersenyum menanggapi Wendy, dan kali ini ia yang angkat suara, “Kau sendiri…bagaimana setelah berada di Amerika? Menyenangkan?”

Wendy mengedikkan bahunya, “Begitulah. Sekarang aku sudah harus mulai mengurus perusahaan ayahku. Dan…yeah, urusan kantor adalah urusan yang paling membosankan.” Jawabnya setengah jujur, setengahnya lagi ia tumpahkan pada kata membosankan, bagaimanapun akhirnya Wendy bisa menikmati kesibukannya, “Well, kudengar Ariel juga menikah dengan pengusaha di Cina. Kau tahu soal itu?” tanya Wendy tiba-tiba teringat soal Ariel. Dulu, ia mendapat undangan lewat e-mail, dan yang memeriksa e-mail tersebut bukan Wendy sendiri. Selain jarak yang cukup jauh antara Amerika-Cina, Wendy juga terbilang sibuk dengan bisnisnya. Bisa dikatakan, ia juga kehilangan kontak semenjak tahun baru dengan Ariel.

Baekhyun tersenyum kecil, kemudian mengangguk dengan sangat antusias, “Dia sangat sangat kaya. Dia juga tampan, baik, dan…yeah, mereka melewati kisah yang luar biasa. Hihi…” Baekhyun menggelengkan kepalanya mengingat bagaimana pertengkaran Ariel dan Luhan karena Zhang Yi Xing. Cerita yang dramatis. Bayangkan saja! Suami istri menyukai orang yang sama! Hubungan yang absurd sekali.

Wendy yang belum tahu kemana arah pembicaraan Baekhyun hanya bisa menaikan sebelah alisnya, “Sepertinya kau cukup terlibat dalam pernikahan mereka? Lalu, bagaimana bisa Ariel putus dari Sunbae dengan lesung pipi yang manis itu?” tanyanya lagi dengan penasaran. Ya. Satu-satunya pertanyaan yang belum terjawab, apa yang membuat Yi Xing dan Ariel sampai putus?

Baekhyun mengetukkan jari telunjuknya dengan pelan ke arah meja. Matanya menatap mata Wendy dengan ragu. Bagaimanapun, Baekhyun tidak benar-benar sengaja terlibat dengan rumah tangga mereka. Ariel tengah ada masalah dan menangis pada Baekhyun, tentu saja ia jadi tahu bagaimana kisah Ariel dan Luhan. Ia ingin menceritakannya pada Wendy, sungguh! Termasuk kakak Ariel yang tidak sengaja ia temui tempo hari di Korea.

Tapi ini privasi. Boleh saja sebut mereka sahabat, tapi Baekhyun tahu sekuat apapun hubungan persahabatan, tetap ada batasan privasi. Baekhyun boleh saja tahu karena ia yang mendengar langsung, tapi Baekhyun merasa tidak punya hak untuk melangkahi batasan privasi Ariel…

“Jadi…” Baekhyun pun menarik napas panjang, ia harap tak ada kata salah yang keluar dari mulutnya, “Sebenarnya Ariel dijodohkan dengan atasan ibunya di Beijing. Ini sangat mendadak, sungguh! Bahkan saat itu Ariel sedang berkoar-koar soal manisnya hubungan ia dan Yixing Hyung, Ariel juga sempat membicarakan soal pernikahan. Tapi seusai sidang akhir skripsi kami, tiba-tiba ada sekumpulan orang yang membawanya ke Cina. Ariel bahkan tidak ikut wisuda. Tahu-tahu ia mengatakan ia harus putus dari Yixing Hyung dan menikah dengan pengusaha di sana.”

“Ariel menerimanya begitu saja?” tanya Wendy penasaran. Ariel bukan gadis yang mudah diatur atau mau menurut begitu saja, apalagi ini sebuah komitmen masa depan. Wendy sangat tahu bagaimana sifat Ariel yang tidak mau terintimidasi.

“Entahlah. Yang pasti, aku yakin dia sempat menolak. Tapi karena satu keadaan, mungkin Ariel akhirnya tak bisa melakukan apapun.”

Wendy mengangguk mengerti. Ariel memang menyayangi keluarganya. Sangat. Alasan yag cukup masuk akal jika akhirnya ibu Ariel menemukan titik lemah Ariel dan memanfaatkannya untuk perjodohan yang agak ganjil itu.

“Siapa pria yang menikahinya itu?” tanya Wendy lagi, masih penasaran, “Dia baik-baik saja sekarang, kan?”

Baekhyun mengangguk semangat, “Dia sangat-sangat bahagia. Pria itu namanya Lu Han. Dia benar-benar tulus mencintai Ariel. Aku saja merinding melihat kemesraan mereka. Juga…”

Dan telinga Wendy langsung kehilangan daya sensitifnya selama beberapa saat. Yang menyentuh gendang telinga Wendy saat ini hanya gemuruh di dadanya, entah apa, entah detak jantungnya atau aliran darahnya yang bekerja di luar batas. Tapi tiba-tiba saja desiran nyeri dan terkejut itu melebur menjadi satu dan diakhiri napas Wendy yang tersendat.

“Luhan…Xi Luhan maksudmu?” Wendy tidak tahu apakah ia baru saja memotong ucapan Baekhyun atau tidak. Tapi ada fakta penting lainnya yang membuatnya terkejut soal pernikahan Ariel dengan Luhan –jika yang dimaksud adalah Luhan yang ia kenal.

“Kau mengenalnya?” tanya Baekhyun heran, tapi akhirnya ia tetap melanjutkan, “Ya namanya Xi Luhan. Perusahaannya baru berganti nama menjadi Xing Qing Group. Tampan, imut, tapi sekilas dia juga cantik. Ah! Dia juga teman Yixing Hyung, teman SMA…”

Tubuh Wendy langsung melemas. Benar. Itu Luhan yang dikenalnya. Luhan adalah sahabat Yixing, Wendy tahu fakta yang satu ini. Tapi ini terlalu mengejutkan bagi Wendy jika yang dinikahi Luhan adalah Ariel…

Luhan tidak menyukai perempuan…salah satu alasan ia tidak pernah benar-benar mendekat Luhan dulu.

 

***

 

Ariel dan Luhan tidak langsung mendatangi kediaman kakak Ariel yang berada di pinggiran kota Toronto. Seperti rencana Luhan, ia ingin mengadakan bulan madu kedua setelah bulan madu pertama dihabiskan dengan masa perkenalan satu sama lain. Dan lucunya, Luhan juga justru merasa bulan madu pertamanya lebih didominasi dengan kencannya Wufan, dan Ariel justru menjadi turis asing yang diajak berkeliling Guangzhou dan Shanghai.

“Aku benar-benar kelelahan…” desis Luhan dengan nada manja setelah mereka sampai di kamar hotel yang telah Luhan pesan jauh-jauh hari.

Toronto Mariott Downtown Eaton Centre Hotel. Ariel mencoba kembali mengingat nama hotel yang baru saja dipijak oleh kakinya 10 menit lalu. Salah satu hotel terkenal di Toronto, dengan harga yang terbilang fantastis.

Ariel tidak bergerak saat kakinya menginjak lantai balkon hotel mereka. ia tidak tertarik dengan kamar hotelnya yang mewah, ia juga tidak berpikir untuk langsung membereskan semua barang bawaannya, ataupun untuk membersihkan tubuhnya telebih dahulu. Dan entah mengapa, rasa lelahnya menguap begitu saja ketika angin musim dingin membelai halus pipinya.

Dia ada di kampung halamannya. Ariel ada di tempat yang membesarkannya. Ariel saat ini beratap rumah yang selalu dirindukannya. Ia ada di Kanada, dengan jutaan kenangan, juga uraian air maa yang tidak pernah ia narasikan sebelumnya. Ia tidak begitu yakin dengan apa yang sebenarnya ia rindukan dengan kota ini. Ayahnya sibuk, ibunya pun lebih sering berkutat dengan alat pianonya, Clinton juga tidak begitu dekat dengan Ariel, Whitney juga lebih senang menyendiri dengan dunianya. Satu-satunya orang yang selalu menemaninya selama tinggal disini hanya Henry. Tapi sejauh ini, bahkan Ariel belum mengabari Henry jika ia telah kembali.

Ia pulang.

Ia merindukan Kanada, dan rasa rindunya hampir meledak saat ini.

“Hei, hei. Nanti kau akan flu jika diam disana,” Luhan pun bangun dari ranjangnya, kemudian membawa jaket tebal Ariel yang tersampir di salah satu kursi dan memakaikannya di bahu Ariel.

“Aku…pulang…”

Luhan tersenyum kecil. Ia tahu kemana arah pembicaraan dan juga perasaan Ariel berlari. Terus terang saja, ini membuatnya kurang enak. Jika tahu Ariel sangat merindukan Kanada, mungkin Luhan akan langsung membawanya ke tempat tinggal Ariel dulu.

“Kau mau besok kita langsung pergi ke rumahmu?” tanya Luhan sambil memeluk tubuh Ariel dari belakang, ia pun menyembunyikan wajahnya di antara lekukan leher Ariel dan menghirup aroma tubuh wanita itu dalam-dalam.

Ariel menggeleng pelan. Tanpa isyarat, ia langsung memegang erat tangan Luhan yang melingkar kuat di tubuhnya. Saat ini, Ariel bukan hanya milik keluarganya dan hanya memiliki keluarganya. Ia juga telah membuat kesalahan pada Luhan dan telah menyakiti hati pria itu –salah paham, ia tahu semua itu hanya salah paham. Tapi Luhan tidak pernah berbohong saat marah. Ketika ia mengatakan sakit, maka benar Luhan sakit. Ketika Luhan mengatakan ia bagagia, maka benar Luhan tengah bahagia. Dan Ariel pikir, terlalu egois jika ia memaksa Luhan untuk langsung menemui keluarganya dan melewatkan liburan yang memang cukup langka untuk ia dapatkan.

“Aku juga ingin menikmati waktu berdua saja denganmu. Aku tidak yakin kita bisa melakukannya jika pulang ke rumah…”

Luhan terkekeh kecil. Ia pun mengangkat wajahnya dan mengecup pipi Ariel sebelum menjatuhkan dagunya di pundak Ariel, “Siapa sangka kau juga menginginkan bulan madu ini?” godanya dan sekali lagi mengecup pipi Ariel.

Ariel memutar bola matanya malas, “Nada bicaramu ambigu,” kata Ariel dengan nada sebal.

Luhan lagi-lagi tertawa, “Memangnya salah jika kau juga menginginkan bulan madu ini? Ayolah, akui saja kau juga sangat merindukanku dan menginginkan bulan madu ini…”

Tentu saja Ariel merindukan Luhan. Tentu saja Ariel pun menginginkan bulan madu ini. Dan jika bisa, Ariel ingin seharian terus-menerus berada di pelukan Luhan, merasakan aroma tubuh laki-laki itu, dan berbagi cerita-cerita kecil tapi benar-benar mengisi waktu dengan hangat. Tapi Luhan itu narsis, dan Ariel tidak suka jika Luhan sudah menggoda Ariel dan berujung dengan nada ejekan untuk Ariel. Jadi, lebih baik ia diam dan telan saja semua jawaban yang ia pikirkan.

“Senja…”

Ekor mata Ariel berlari ke arah Luhan, mennggu kelanjutan ucapan pria itu.

“Seseorang pernah bilang, katanya setiap senja itu punya cerita. Aku tidak terlalu tertarik untuk tahu maksud kata-kata orang itu. Tapi akhirnya aku memiliki cerita di balik senja, dan kupikir mungkin aku akan selalu menghabiskan senja bersama dirimu. Iya, kan?”

Ariel tersenyum dengan nada bingung. Senja selalu punya cerita. Kalimat itu sama sekali tidak asing untuk Ariel. Whitney. Whitney dulu selalu mengatakannya sambil duduk di beranda rumah saat senja, dan ketika seseorang menegurnya, Whitney akan menjawab, “Aku sedang menikmati senja. Senja selalu punya cerita. Jadi, biarkan aku menikmati cerita senja kali ini.”

Ariel tersenyum kecil. Ia tidak terkejut ketika Luhan punya pemikiran yang sama dengan Whitney. Mungkin kebetulan karena ia berada di Toronto, sehingga secara otomatis ia pun mengingat beberapa rangkaian kecil tak berarti baginya selama ini. Tapi Ariel juga akhirnya mengakui, ia juga tertarik untuk memperhatikan senja terutama bersama Luhan, seperti sekarang. Cerita senjanya adalah Luhan.

 

***

 

Bulan madu yang menyenangkan bagi Ariel, adalah menikmati menu terkenal di hotelnya, berkeliling Kota Toronto, berbelanja pernak-pernik di pinggir jalan, dan yang paling penting mendatangi CN Tower.

Dan semua rasa senang, menggebu-gebu, dan semangat itu menguap pelan-pelan ketika Luhan merajuk hanya ingin menghabiskan waktu mereka hanya di kamar saja. Hanya di kamar saja. Astaga. Ya, hanya kata astaga yang terpikirkan oeh Ariel ketika ia mendengar keinginan Luhan pagi itu, hari kedua mereka di Toronto.

“Kita datang kesini bukan hanya untuk berada di atas ranjang seharian, anak mesum! Untuk apa jauh-jauh kesini jika kau hanya ingin diam di kamar! pokoknya ayo cepat bangun! Aku yang jadi guide nya hari ini. Kita harus berkelilig Toronto!” Ariel kembali menarik selimut yang membungkus tubuh Luhan. Bahkan laki-laki itu belum beranjak sejak bangun tadi. Bahkan Ariel saja sudah mengoleskan lotion di tubuhnya, dan Luhan belum sejengkalpun meninggalkan tempat tidur.

“Kita kan masih punya waktu beberapa hari lagi…” rajuk Luhan balas menarik selimutnya. Demi Tuhan, ini pertengkaran terbodoh yang pernah ada.

“Aku lapar! Kita harus cari makan!” Ariel tidak mau kalah, ia kembali menarik selimut Luhan, “Cepat mandi! Kau ini benar-benar seperti bayi ya!” omel Ariel lagi dengan mata yang mulai melotot.

“Panggil saja pelayan hotel! Selesai kan?” Luhan mulai merajuk, ia kembali menarik selimutnya tanpa selera untuk bersenang-senang. Ia benar-benar hanya ingin berada di kamar seharian ini bersama Ariel. Tapi Ariel yang tidak peka benar-benar menyebalkan dan tidak peka dengan keinginan Luhan.

Ariel berdecak kecil, “Food truck. Aku ingin makan disana…”

“Aku benar-benar tidak mau kemana-mana Ariel!” teriak Luhan dengan gusar, “Aku lelah! Aku ingin di kamar saja, cuaca juga dingin. Jika kau mau, ya kau saja yang pergi…”

“Baiklah…” potong Ariel akhirnya. Kesal dengan liburannya yang berakhir nol besar. Tidak sesuai ekspetasinya. Semua keromantisan mereka kemarin hanya menjadi cerita.

Tanpa basa-basi, Ariel langsung mengambil jaketnya dan menyeret kakinya keluar tanpa sedikitpun menoleh ke arah Luhan. Baiklah, Ariel akui ia sedikit egois hari ini. Tapi Ariel benar-benar tidak sabar untuk menghirup udara Toronto pagi ini, melihat kota seribu etnis dengan kegiatannya masing-masing. Ariel benar-enar meridukan kampung halamannya.

Luhan yang masih membungkus tubuhnya dengan selimut berharap Ariel hanya bercanda saat berkata “baiklah”. Dan harusnya Luhan tahu jika Ariel bukan tipe gadis yang suka berbasa-basi, dan tentunya perempuan itu pasti tidak akan peka jika Luhan tidak sungguh-sungguh mengizinkan Ariel keluar sendirian…meninggalkannya sendiri di kamar hotel ini.

Luhan pun menggaruk kepalanya frustasi. Baru saja semalam mereka bersenang-senang, dan sekarang Luhan harus menggerutu gara-gara pertengkarannya dengan Ariel.

Luhan mendesah panjang. Ia memutuskan untuk bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Ariel memang tidak tahu soal bagian dari diri Luhan yang tertekan karena kenangan masa lalunya yang tidak terlalu buruk. Kenanganyang tidak terlalu besar memang, dan selama ini Luhan tidak terlalu memikirkan masalah itu…karea biasanya ada Wufan yang menjai perisainya. Dan tentunya, hanya Wufan juga yang tahu alasan Luhan langsung memutuskan kembli pulang ke Cina setelah kejadian itu.

Bukan kejadian itu yang terburuk, tetapi rumor yang merisaukan ibunya, juga teror yang dilakukan oleh seseorang terhadapnya…Carissa White.

 

***

 

Ariel bejalan santai menyusuri trotoar. Meskipun sepanjang langkah kakinya ia terus menarik sudut bibirnya, tapi sebenarnya ia masih menyimpan rasa kesal terhadap Luhan yang benar-benar membiarkan Ariel berjalan-jalan sendirian.

Hah! Bulan madu katanya? Ini sih namanya liburan single. Bahkan Ariel hanya menyusuri jalan lewat memorinya, membuat kesan dan kenangannya menari-nari di kepalanya. Tahu begini, kenapa mereka tidak langsung datang ke rumah liburan keluarga Ariel saja –yang saat ini ditempati oleh Clinton dan kekasihnya.

Pasar distrik kota. biasanya ini yang menjadi ciri khas dari Toronto, berjalan-jalan menyusuri pasar sambil melihat-lihat semua barang dagangan yang ditawarkan di etalase toko-toko yang berdiri di sepanjang jalan.

Ariel pun mengambil palaroid dari tasnya, ini sudah lama sekali sejak ia datang dan berjalan-jalan ke pasar seperti ini. Dulu, jika ia tidak ‘berkencan’ dengan Henry, biasanya ia akan menghabiskan jalan-jalan seperti ini dengan Stephen…

Mata Ariel langsung membulat saat foto dari palaroidnya mulai memunculkan gambar. Tidak. ia bukannya takjub denga gambar yang diambilnya –ia sangat payah dalam seni, jadi tidak ada alasan untuk mengagumi gambarnya. Ini juga bukan karena objek yang ditangkapnya, tapi…ada Stephen di sana.

Ariel langsung mengangkat kepalanya dan mendapati seorang pria jangkung dengan warna rambut pirang terang –eww, warna rambut yang paling tidak ia sukai—dan pria itu mengangkat tangannya, menunjukkan huruf V lewat jari tengah dan jari telunjuknya.

Stephen Oh. Laki-laki itu Stephen Oh.

“Ariel Lau, kan?” tanya Stephen dengan suara beratnya. Yeah, bahkan Ariel melupakan bagaimana suara laki-laki itu.

Tanpa menunggu jawaban Ariel, Stephen langsung memeluk Ariel penuh rindu. Bagaimana tidak? mereka sahabat sejak kecil, mereka tahu kejelekan masing-masing dan memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih meskipun jarak harus merentangkan perasaan mereka. Semuanya berakhir. Iya, semua hubungan kisah cinta mereka telah berakhir. Stephen dan Ariel tak lagi berkomunikasi, saat bertemu lewat dunia maya pun mereka telah menggandeng pasangan masing-masing yang berbeda. Semua telah berlalu.

“How are you, my lovely Ariel? My ex-girlfriend…”

Ariel justru tertawa mendengar ucapan Stephen. Laki-laki itu tak lagi sekaku dulu. Ex-girlfriend? Haruskah ia juga memanggil Stephen dengan panggilan ex-boyfriend? Konyol sekali.

 

***

 

Pukul tiga sore. Ariel hampir saja lupa ada bayi besar yang ditinggalkannya di kamar hotel. Dan Ariel tidak mau merusak liburannya dengan pertengkaran lagi –Ariel bahkan sudah memiliki feeling mereka akan bertengkar lagi setelah ini. Ada empat panggilan dan lima pesan. Seperti kebiasaan buruknya, Ariel akan selalu men-silent ponselnya dan takkan memeriksa ponselnya jika ia terlalu menikmati waktu. Menikmati reuninya dengan Stephen.

Setelah pintu lift terbuka, Ariel langsung berjalan menuju kamar hotelnya. Yeah, ia pikir ia sedang mendapati Luhan masih meringkuk di tempat tidur sambil merajuk. Tapi saat masuk ke ruang duduk di hotel itu, ia mendapati Luhan tengah memakan cemilannya –dan ia hanya melirik Ariel sekilas—bersikap sama sekali tidak peduli dengan kedatangan Ariel dan langsung melahap kembali cemilannya.

“Kau membeli cemilan itu sendirian?” tanya Ariel setelah menyampirkan baju hangatnya.

“Tidak, aku ditemani istriku berjalan-jalan sampai di ujung jalan, dan membeli ini di minimarket di ujung jalan sana. Ah, kami juga makan siang dengan menu spesial di restoran bawah,” Luhan menyindir Ariel.

“Maaf…aku…”

“Aku tidak mau dengar apa-apa,” Luhan pun bangun dari duduknya sambil membawa kaleng kolanya yang terbuka, “Aku benar-benar marah padamu.”

“Hei…aku kan sudah mengajakmu tadi pagi…”

“Dan ini sudah sore jika kau lupa Nyonya Xi. Kau menghabiskan tujuh jam untuk mencari udara segar dan makan di food truck.”

Ariel menggigit bibir bawahnya. Baiklah. Ia salah, ia benar-benar salah dan ia juga menyesal karena telah membbiarkan Luhan sendirian di hotel. Yeah, ia benar-benar istri yang buruk. Dan Ariel tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Luhan jika ia tahu Ariel baru saja bertemu dengan Stephen.

“Kita bisa jalan-jalan lagi malam ini. Ke CN Tower? Ya?” Ariel pun mengekori Luhan dari belakang. Ayolah…mereka baru saja berbaikan, apa mereka harus bertengkar lagi?

“Kau kan bisa pergi sendiri tanpa mengajakku. Jalan-jalan sendirian menyenangkan, iya kan?”

Ariel semakin merengut, “Maaf…” Ariel pun memeluk Luhan dari belakang, “Aku salah…aku…”

Luhan pun membalikkan tubuhnya dan memegang kedua pundak Ariel, “Dan yang menyebalkan darimu, kau selalu mengabaikan telfonku. Sudah kukatakan berulang kali aktifkan ponselmu!” Luhan menatap Ariel dengan tajam.

“Aku…aku…maaf…”

Luhan pun mendengus panjang, “Sudahlah…lupakan saja. Aku juga yang meminta agar seharian ini kita di hotel saja,” Luhan pun melepaskan pegangannya pada pundak Ariel dan langsung membalikkan tubuhnya.

Sekali lagi Ariel menahan Luhan. Kali ini ia menarik tubuh Luhan dan melingkarkan tangannya di leher pria itu, ia pun mempertemukan bibir mereka. Luhan yang awalnya terkejut, akhirnya hanya melingkarkan tangannya di pinggang Ariel. Ini benar-benar langka –Ariel tidak seagresif itu. Ariel bukan tipe yang suka ‘memulai’. Entah karena terlalu senang telah sampai di Kanada atau bagaimana, tiba-tiba Ariel menjadi terburu-buru seperti ini.

 

***

 

Whitney mengibaskan rambutnya yang tertiup angin dari belakang. Yeah. Ia measa tegang sekali. Whitney bahkan tidak ingat kapan terakhir ia menginjakkan kakinya di Toronto. Rindu? Entahlah. Whitney seperti dengan sengaja mematikan perasaannya.

“White!”

Whitney langsung menoleh ke arah pria yang sedang melambaikan tangannya ke arah Whitney. Pria itu tersenyum lebar sekali, seolah sangat senang mendapati Whitney kembali ke Toronto. Ya. Hanya dia.

Whitney pun balas tersenyum, kemudin menggerek kopernya untuk mendekai pria jangkung yang sepertinya semakin hari semakin tinggi itu, “Kau semakin tinggi saja Max…”

Max pun langsung tertawa keras, “Itu kan ciri khas ku. Ah, tidak mau memelukku? Tidak rindu padaku?” Max pun merentangkan kedua tangannya. Dan Whitney langsung memeluk Max.

“Rasanya seperti mimpi kau benar-bear datang kemari. Kau penasaran soal Saeron?” tanya Max tanpa basa-basi setelah mereka melepaskan pelukan mereka.

“Dasar gila. Tidak bisa ya membiarkanku menghirup udara dulu?”

Max terkekeh kecil sambil menggaruk tengkuknya, “Yeah, kau tahu. Ini sudah lama sekali…”

“Kakakku akan menikah. Jadi, sekalian aku ke Kanada. Kau masih menjaga anak itu dengan sangat baik, ya?” mereka pun mulai berjalan –sebenarnya Whitney mengikuti Max. Ia yakin Max membawa mobil hari ini.

Max menganggukkan kepalanya, “Aku…kasihan padanya. Aku juga mengirimi Luhan email, tapi aku tidak yakin apakah dia akan kemari atau tidak…”

“Kau juga mengiriminya email?” lagkah kaki Whitney langsung terhenti saat mendengar ucapan Max.

Max hanya mengedikkan bahunya, “Jangan sebenci itu padanya. Tidak sepenuhnya salah Luhan, kan? Ini sudah berlalu beberapa tahun lalu, dan…”

“Dan aku tidak akan pernah melupakan bajingan brengsek itu.”

 

***

 

CN Tower. Akhirnya Ariel berhasil membujuk Luhan untuk datang ke mari. Yeah, ia masih merasa tidak enak karena benar-benar hampir melupakan Luhan seharian ini. Ia benar-benar tidak bermaksud melupakan Luhan, hanya saja…Toronto membuatnya merasa terbang ke masa lalu. Meskipun ternyata sudah banyak sekali yang berubah, termasuk Stephen yang ditemuinya tadi siang.

“Bagaimana jika lain kali kita ke Paris? Pamanku tinggal di sana, kita bisa datang ke Menara Eiffel…” kata Luhan sambil memeluk Ariel dari belakang, “Kau tidak kedinginan, kan?”

Ariel menggeleng kecil, “Dadaku rasanya mau meledak…”

Luhan tersenyum kecil dan meletakkan dagunya di pundak Ariel, “Aku senang jika kau merasa senang. Kau tahu? Hal yang paling kutakutkan adalah tidak bisa membahagiankanmu…”

“Kau mellow sekali hari ini…” Ariel memutar kepalanya ke arah Luhan. Tanpa membuang kesempatan, Luhan langsung mengecup bibir Ariel.

“Kau kira siapa yang membuatku mellow seperti ini?” Luhan kembali mengecup bibir Ariel, “Ah…yang mengejutkan kau menjadi agresif sekarang. Sejak kapan kau suka menciumku duluan? Kau juga buru-buru sekali? Lihat lidahku…siapa sangka kau bisa melakukannya?” Luhan pun menjulurkan lidahnya, membuat mau tak mau Ariel melihat ujung lidah Luhan yang agak lecet.

Ariel buru-buru memalingkah wajahnya. Malu. Ia benar-benar malu dengan perlakuan tiba-tibanya. Ia juga tidak menyangka bisa seperti tadi.

Melihat reaksi Ariel, Luhan pun tertawa kecil. Ariel-nya benar-benar lucu sekali hari ini. Luhan pun menempelkan pipinya pada pipi Ariel dan semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Ariel.

“Kau pernah kemari sebelumnya?” tanya Luhan setelah beberapa saat mereka sama-sama terbang bersama pikiran masing-masing.

Ariel menggeleng pelan, “Tempat ini tidak terlalu cocok untukku. Apalagi saat itu aku masih kecil, aku tidak tertarik. Setelah berkencan pun aku tidak berpikir untuk datang ke mari, Stephen tidak punya uang sebanyak itu. Masuk kemari sangat mahal…”

Luhan mendecak pelan saat Ariel menyebutkan nama pria lain, “Di Cina aku harus menghadapi Baehyun, dan disini aku harus menghadapi Stephen? Tidak bisa ya kau tidak menyebut pria lain di depanku?”

“Kau yang bertanya…”

“Tapi tidak perlu sedetail itu.”

“Kenapa? Kau cemburu? Ayolah…kau terlalu pecemburu.”

“Kau juga cemburu pada Wufan…”

“Ah, kau merusak suasana…” Ariel pun mencoba melepaskan pelukan Luhan, tapi gagal. Luhan sama sekali tidak mau melepaskan pelukannya.

“Memangnya aku saja? Kau juga merusak suasana hatiku hari ini.”

Luhan memang seperti itu. Kekanakan. Pola pikirnya aneh. Dan saat marah dia akan bertanya “Kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?”. Cih, kekanakan sekali bukan? Luhan juga pecemburu berat. Dan Ariel ingin meralat soal Luhan yang bukan pemarah –dia pemarah. Dan marahnya akan menakutkan jika sudah sampai pada puncak. Luhan akan membanting apa saja, termasuk ponsel tercintanya yang kini sudah pecah tak tertolong.

“Ariel Lau? Kau disini juga?”

Tubuh Ariel langsung membeku saat mendengar suara berat itu menyapa namanya. Itu suara Stephen dan…yeah, ia harap tak ada lagi perang dunia setelahnya. Yeah, kalian tahu apa yang dimaksud Ariel. Luhan pecemburu. Luhan baru saja memprotes nama Stephen dan pria itu justru malah muncul di tengah ‘kemesraan’ mereka.

“Oh? Hai Stephen…”

Luhan langsung melepaskan pelukannya. Matanya tak lepas dari Ariel dan Stephen yang dilakukannya secara bergantian. Tanpa ia sadari, dahinya juga sudah mengkerut. Menunjukkan ia mulai terganggu.

Stephen seolah tidak menyadari kecanggungan yang terjadi pada pasangan di hadapannya. Ia tetap melangkahkan kakinya mendekat ke arah Ariel dan Luhan dengan senyuman yang terpatri dengan baik di wajahnya.

“Wah, kebetulan sekali bertemu denganmu lagi disini,” Stephen pun mengalihkan pandangannya ke arah Luhan, “Suamimu?” tanyanya dengan nada semangat.

Iya-aku-suami-Ariel. Luhan rasanya ingin berteriak sekeras-kerasnya agar semua orang tahu jika ia adalah suami Ariel. Dan ia juga mulai memelototi Ariel, seolah memberi isyarat –jadi kau menemui pria berkulit vampir ini? Jadi gara-gara laki-laki berkulit mayat ini kau melupakan suamimu dan meninggalkanku seharian di kamar hotel tanpa mengangkat telponku?

Ariel tersenyum dengan nada kurang enak, “Ah..i…iya. ini suamiku yang kuceritakan tadi, Xi Luhan. Dan…Luhan, ini Stephen Oh, sahabatku yang pernah kuceritakan.”

Luhan mendelik sebal. Apa katanya? Sahabat yang pernah diceritakan? Jelas-jelas Ariel menceritkannya sebagai cinta pertama Ariel. Mantan kekasih Ariel. Sahabat apanya? Sahabat dari Alaska?!

Stephen langsung mengulurkan tangannya, “Aku Stephen, senang bisa bertemu denganmu.”

Dengan senyum masam Luhan pun membalas uluran tangan Stephen, “Luhan.” –dan aku tidak senang bertemu denganmu.

“Pasti menyenangkan berbulan madu kemari. Aku tidak mengganggu, kan?”

Ariel menggeleng cepat. Ia pun langsung menarik tangan Luhan dan melingkarkan tangannya di tangan Luhan, “Tidak. tentu saja tidak. kita bisa jalan-jalan bersama, iya kan?” Ariel pun menatap Luhan.

Tapi Luhan tidak mau tahu isyarat yang diberikan lewat mata Ariel. Ia pun menarik tangannya pelan-pelan. Ia merasa terganggu. Ia kesal. Rasanya ia ingin pulang saja ke Cina saat ini juga.

 

=TBC=

20151110 PM0937

 

I know this is too bad. Sorry T.T

24 respons untuk ‘(Sequel of Married with a Gay) Tian Mi Mi (chapter 5)

  1. yang ditunggu akhirnyaaaa dipost jugaa.
    jadi wendy tau bgt ttg luhan, masa lalu luhan juga. yaampun kenapa dunia begitu sempit yaa. dan whitney juga ada masalah apa dgn luhan dulu? pasti ada sesuatu dimasa lalu kan? aduh penasaran bgt

    Suka

  2. ahhahaa konyol banget liat pasangan ini deh …
    Daan jeng jeng pria lain hadir, luhan pasti makin rewel hahahaa .. Kayanya ariel harus jadi extra agresif deh bikin luhan ngga marah lagi hahahhahaa
    Hmm apa luhan bakalan ketemu sama whitney nanti ? Apa yg bakalan terjadi ?? Hmn penasaran deh ..

    Suka

  3. cie cemburu cieeee hahaha
    entah knp ya aku kurang suka sama sifat ariel. luhan emang kekanan-kanakan sih. tapi ariel jg terlalu egois. padahal seegois apapun luhan, dia selalu menomor satukan ariel. dia udah banyak ngalah sama ariel selama ini. nah ariel? eteb ah
    betewe masalah luhan sama whitney apa ya? mereka tuh mantanan kan? atau cuma pernah deket aja. gile ya luhan, biar kata dulu gay tapi banyak bgt mantan cewe yg deket sama dia. contoh wendy hahaha
    ini sih ariel poteknya dua kali lipat. playboy iya gay jg iya ckck ariel kamu harus strong nak. tapi inget jgn langsung menghakimi luhan. namanya jg kan masa lalu, jadi jangan di bawa2 ke masa sekarang. setiap orang kan bisa berubah. tapi kok ini aku liat whitney kayaknya tipikal orang yg agak2 licik ya wkwk
    dan ngomong2 sosok kakak2nya ariel tuh misterius semua ya hihii

    Suka

  4. hahhahaha…
    dua2nya sma aja…
    egois iya kekanakan iya pencemburu jg iya…
    tp dsni ariel gk peka bgt ya…
    kasian jg luhan…
    mw second honeymoon gagal deh…
    sdh mw mendekati konflik nh..
    ada apa sma masa lalunya luhan whitney n wendy??
    pnasaaarrraaann bgt…
    jgn sampe aja ariel sakit hati lagi…
    kasian dy udh jd korban krn wendy masa iya dy mw dtambah lagi mslhnya…
    next chapt aq tungguuuuu bgt ya thor… 😉 😉 🙂 ❤ ❤ ❤

    Suka

  5. Akhirnya yg ditunggu update juga. Kukira kakak hiatus. Hmmm…

    Duh gantung, kaget tiba2 ada tbc disitu. Sbnrnya wendy tau dari mana ttg luhan? Trus hubungan luhan sama whitney apa? Max kok kenal luhan? Gimana ceritanya? Trus saeron itu siapa? Hubungannya luhan sama saeron apa?

    Woah too much questions kak. Semoga updatenya lebih cepat ya. At least seminggi sekaleee. Tapi gamaksa kok kak, yg penting update dan gak digantungin.

    Keep writing, feedback juseyo…

    Suka

  6. kalo gak salah wendy it mantan ny luhan wktu sekolah, yixing jg suka sm wendy kn wkt it.

    lucu liat tingkah mereka brdua.. sm2 kekanakan, tp sayang ariel ny gak terlalu peka dg kemauan luhan.

    ku kira d chap mrk bakalan bertemu, ternyata msih menceritakan masa2 mrk dulu.

    penasaran banget nih dg masa lalu withney sm luhan, punya hub’an sprti ap sih mrk it..

    d tunggu deh kelanjutannya..

    Suka

  7. Stephen siapa dia? ex-boyfriend-ariel? terus wufan siapanya luhan? wah aku bener2 bingung kalau belum baca married with a gay yah? hehe 🙂 mian ne nidh 🙂

    Suka

  8. Waaah akhirnya lnjut jg……kangen bgt ma ariel n luhan….hehe
    Duh q pbsaran hubungan luhan ma white…..smg tdk merusak hub.ariel n luhan.

    Suka

  9. Kangen dengan cerita ini, terlalu banyak rahasia seperti nya,,, ada hubungan antara Luhan dan Whitney,,,, bagaimana reaksi Ariel kalau tau dengan hal ini,,,,, Luhan cemburu tingkat dewa karena Ariel bertemu dengan mantannya,,,,, penasaran dengan kelanjutannya,,, ditunggu chap selanjutnya thor,,, keren banget

    Suka

  10. Ett iyaaaa Han, cemburu niii wkwk
    Btw kenapa aku bayangin si Stephen itu si cadel Hun yaa ?
    Terus si Wendy tuh sahabat Ariel and Luhan waaa patah hati dong :’)

    Suka

  11. Lulu pencemburu ni.. kn it cm mantan lu.
    Km sndr blm tlalu terbuka sm ariel. Dan lg knp Stephen it pake acara mau gabung sgala si. Org lg bln madu ganggu aj ni.
    Ad hubungan ap si antara Max, whitney, wendy n luhan.. ada tragedy ap diantara mrka 4???
    Moga2 ga jd mslh aj d kehidupan pernikahan Ariel dan Luhan.
    Btw.. sori ni bny typo.. hhohoho.. ad kata yg kebalik2. Tp gpplah salah dikit2..

    Suka

  12. Hahahaha… luhan mah cemburuan bangeett… tapi sumpahbaku penasaran banget ih sama hubungannya whitney sama luhan.. saeron tuh siapa ???? Anaknya whitney sama luhan ??? Trus klo ariel tau kenyataan nya gimana doonnngggg… aduuuuhhhhh…

    Suka

Tinggalkan komentar