Way of Two Rings (Chapter 3)

11254390_1017512361622541_3350536423931142051_n

Title     : Way Of Two Rings

Genre  : AU, Romance, Marriage Life, School Life

Main Cast: Lu Han, Ariel Lau (OC)

Other Cast : Find by yourself

Rating : PG

Length : Multi chapter

Auhtor : Nidhyun (@nidariahs)

Disclaimer : the story is pure mine. Also published

https://xiaohyun.wordpress.com

Cover by :

***

“Luhan, bagaimana jika sepatuku kotor?”

“Luhan, kau mau menemaniku tidur jika disana aku tidak bisa tidur, kan?”

“Luhan, kau bisa belikan aku obat sakit perut, kan? Perutku suka sakit jika kedinginan.”

“Luhan, bagaimana jika nanti hujan? Apakah kita akan bubar saja?”

“Luhan, menurutmu hantu itu ada tidak, sih? Atau bagaimana jika ada monster yang tiba-tiba menculikku?”

“luhan, bagaimana jika aku tidak suka makanannya nanti?”

“Luhan, jika ada acara yang menyeramkan, tolong katakan pada teman-temanmu jika aku harus dilewatkan ya!”

“Luhan…Luhan…Luhan…”

Luhan sudah memakai headsetnya dan tidak mautahu lagi dengan apa yang akan dikatakan gadis itu. Jika kau hidup dengan Ariel, selain harus punya kesabaran ekstra, kau harus punya Kamus Besar Ariel Lau. Karena jika kau sudah terjebak dengannya, kau akan terus direpotkan soal banyak hal tentangnya.

“Luhan! Ini berat! Bawa punyaku juga!” Ariel menarik jaket Luhan danmembuat laki-laki itu berhenti tepat di depan sebuah tas yang sebenarnya tidak terlalu besar. Jangan terkejut, Luhan lah yang mengepak semua barang-barang si Tuan Putri Alien yang paling menyebalkan di angkasa ini.

Luhan ingin memprotes. Sangat sangat ingin. Tapi bagaimana pun, akhirnya Luhan menyadari sesuatu –gadis ini takkan pernah mau kalah dan akan terus membeo seperti alarm yang belum distop.

“Luhan, jika pacarmu memintamu membawakan barangnya sedangkan kau harus membawa barangku, kau akan membawakan punya siapa?” tanya Ariel setelah mereka menaiki taksi.

Luhan melirik Ariel lewat ekor matanya. Mungkin IQ Ariel memang rendah, sehingga dia sangat kekanakan dan bodoh. Juga ceroboh. Dia juga penakut. Dia menyebalkan, suka menyuruh-nyuruh, mau menang sendiri, dan…yeah, Luhan dengan idiotnya akan mengikuti semua permintaan gadis aneh ini. Padahal, seingatnya Henry –kakak Ariel—adalah mahasiswa paling cerdas di jurusannya. Tapi melihat bagaimana bentuk Ariel saat ini, orang-orang pasti tidak akan percaya alien ini adalah adik Henry Lau.

“Tentu saja kau harus membawa tasmu. Setelah sampai di lokasi, kita bukan lagi dua orang yang saling mengenal, jadi kau harus membawa barangmu sendiri,” ketus Luhan sambil melihat-lihat gadgetnya dengan tidak bersemangat.

“Jadi kau akan membawakan tasnya Soojung?”

Luhan melirik Ariel dengan tatapan bingung. Entah mengapa gadis ini sering sekali bertanya soal Soojung, membandingkan diri dengan Soojung, bahkan sering menyindir Luhan soal Soojung. Gadis itu tidak mungkin cemburu, kan? Yeah, mustahil Ariel cemburu. Anak ini tak punya hati. Mana mungkin dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa merasa khawatir soal apapun saat berbaring di sebelah laki-laki normal seperti Luhan?

“Soojung bukan anak manja sepertimu.”

“Jadi kau tidak suka perempuan yang manja?”

Luhan pun mendengus kasar, “Tentu saja. Gadis manja itu merepotkan.”

Ariel hanya mengangguk-angguk kecil. Seolah apa yang diucapkan Luhan sama sekali tidak menyinggung Ariel –lihat kan! Alien ini tak punya hati! Tidak peka sama sekali. Dan anehnya, Ariel bertingkah seperti ini hanya di rumah, terutama di depan Luhan. Dan saat di sekolah, gadis ini akan menjadi gadis lugu –membuat Luhan mual membayangkannya.

“Luhan, jika aku sudah tidur bagaimana?” tanya Ariel lagi –mengulang pertanyaannya tadi yang tidak dijawab sama sekali oleh Luhan.

“Ayolah. Ada banyak orang disana. Tidak akan ada apa-apa di dalam tenda nanti.”

“Tapi aku takut gelap…”

Luhan kembali mendengus. Yeah, sekarang ia tahu kenapa orang tuanya malah menjodohkan Ariel dengan Luhan. Mungkin orang tua Luhan tahu jika dirinya punya kesabaran di atas rata-rata, jadi ia lah yang dipilih untuk terikat cincin dengan alien ini.

Luhan pun mengeluarkan headphone berwarna silver dari adalam tasnya, “Dengarkan lagu kesukaanmu. Jangan lagu berisik! Dengarkan lagu bernada lembut.”

Ariel pun mengambil headphone itu dengan ragu, kemudian menelitinya dengan seksama, “Bukankah ini kesayanganmu? Lalu bagaimana denganmu?”

“Aku masih punya yang lain.”

Ariel pun mengangguk mengerti. Luhan pikir Ariel akan berterimakasih atau semacamnya, tapi semua diluar ekspetasinya, “Luhan, boleh ini untukku saja? Kau kan punya banyak uang. Kau bisa beli lagi. Ya? Boleh ya?”

 

***

 

Dan benar saja, sesampainya di sekolah, Luhan langsung menjauhinya dengan alasan dia adalah panitia dan bukan lagi berstatus sebagai Luhan yang Ariel kenal. Meskipun begitu, Luhan tetap saja tak tega hati mengabaikan Ariel dan sempat membawakan tas Ariel sampai di lapangan dan berpesan, “Jika ada apa-apa langsung hubungi aku. Terutama jika perutmu sakit. Aku sudah menyiapkan obatnya, cari saja di dalam tas. Jangan lupa pakai jaketmu dengan benar. Jangan keluar sendirian saat malam. Dan jika kau susah tidur, kau dengarkan musik saja, atau kau bisa datang ke tenda kesehatan. Biasanya disana lebih terang,” katanya panjang lebar sambil membenarkan topi rajut di kepala Ariel dan juga membenarkan jaket yang dipakai oleh Ariel. Setelah itu, dia benar-benar menghilang ditelan keramaian. Ariel tak melihatnya lagi.

Itulah Luhan. Luhan-nya yang paling perhatian. Alasan kenapa Ariel senang sekali menguntit Luhan dan tidur di samping Luhan. Luhan bisa membuatnya merasa nyaman dan aman. Luhan juga pengertian, Luhan selalu mendengarkan apapun yang Ariel katakan. Dan Luhan juga perhatian. Iya, perhatian. Sesuatu yang hampir tidak pernah ia dapatkan dari kedua orangtuanya. Luhan ataupun Mama Lu akan menyuapi Ariel saat sakit, menemani Ariel saat susah tidur, dan selalu tersenyum pada Ariel. Luhan mungkin mewarisi sifat perhatian Mama Lu.

Kadang-kadang Ariel juga merasa beruntung karena ia bertunangan dengan Luhan. Meskipun menyebalkan, sensitif, dan pemarah, tapi Ariel tidak yakin, apakah ia bisa menemukan orang sebaik Luhan lagi di luar sana.

 

***

 

“Ariel! Kita satu tenda!” jerit Jungah sambil mengguncang bahu Ariel. Ariel juga ikut tersenyum senang menanggapi reaksi Jungah yang diluar dugaan Ariel. Ia belum perah bertemu seseorang yang sesenang itu saat di dekatnya.

“Kau membawa boneka babimu juga?” tanya Ariel setelah menyadari jika Jungah sedari tadi memeluk benda hapir bulat berwarna merah muda itu.

Jungah sedikit meleletkan lidahnya, “Dia ini bayiku. Mana bisa aku meninggalkannya sendirian di rumah. Iya kan Piggie-ku sayang?” Jungah langsung mengecup bonekanya dengan penuh kasih sayang. Ah, Ariel jadi teringat boneka beruangnya di rumah.

Ariel pun melihat ke sekelilingnya. Semua orang sibuk. Memasang tenda, membereskan barang masing-masing. Dan masih banyak lagi. Dan tanpa sengaja, Ariel melihat Luhan tengah berbicara dengan Soojung. Ariel pun menyipitkan matanya, mencoba meyakini apakah Luhan benar berpacaran dengan Soojung atau tidak. biasanya, Luhan akan menatap lawan bicaranya dengan hangat. Tapi jika diperhatikan…

“Ariel! Bantu aku pasang tenda!”

Ariel sedikit terhunyung dan membuatnya bersungut pada Kim Jiyeon, salah satu teman setendanya. Ah, entahlah. Ia merasa tidak terlalu beruntung. Jiyeon adalah gadis paling suka berdandan di kelas, paling suka mengganti pacarnya, dan sering sekali mengusili orang lain yang tidak disukainya. Dan kerana punya wajah cantik, orang-orang malah tertarik untuk berputar di sekitarnya.

Tapi, masalah lainnya bukan itu…

Ariel tidak pernah memasang tenda. Semasa SMP pun dia hanya sekali ikut kemah, itu un dalam satu hari ia langsung pulang karena terkena flu berat. Tidak bisa tidur karena gelap. Yeah, kelemahannya yang paling menjengkelkan.

“Ummm…anu, Jiyeon-a, aku tidak bisa pasang tenda,” aku Ariel sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia juga malu mengakui dirinya tidak bisa memasang tenda. Payah. Benar-benar payah.

Jiyeon langsung melotot ke arah Ariel, “Kau ini benar-benar manja ya,” sinisnya sambil terus membereskan tenda, “Kulihat tasmu juga dibawakan Luhan Sunbae tadi pagi,” katanya lagi yang membuat Ariel ingin mearik rambut anak perempuan itu, “Tarik saja seperti ini, kau tidak akan bisa jika tidak mencobanya,” kata Jiyeon sambil mempraktikan.

Ariel pun mau tak mau hanya menurut. Entahlah. Mungkin karena ia ada di lingkungan baru, ia jadi terlihat seperti punya kepribadian ganda karena Ariel akan menjadi gadis lugu yangterlihat penakut di depan teman-temannya.

Jungah yang kebetulan lewat hanya tersenyum kecil dan menepuk pundak Ariel, “Semangat!” katanya tulus dengan suara pelan. Jungah juga harus memberskan yang lainnya.

“Ah! Kau ini bisa tidak sih?” omel Jiyeon saat Ariel membuat tenda mereka kembali ambruk.

Entah karena suara Jiyeon yang keras atau karena Luhan kebetulan lewat, Luhan hampir saja mendekati Ariel untuk membantunya –namun langkah kakinya langsung terhenti ketika ada anak laki-laki yang mendekati Ariel dan menggantikannya memasang tenda.

Luhan pun mendengus panjang. Ariel memang payah sekali jika di sekolah, berbeda dengan di rumah. Gadis itu benar-benar monster alien yang arus dibasmi. Tapi jika di sekolah, ia hanya diam saja saat orang lain mengejeknya atau memarahinya. Namun sekarang, Luhan mungkin bisa bernapas sedikit, karena sepertinya sekarang Ariel sudah punya beberapa teman dan bisa berbaur. Tidak seperti SMP, bahkan dia tidak tahu nama ketua kelasnya sendiri.

Dan satu lagi, Ariel hampir tidak pernah mengatakan maaf jika mebuat orang lain kesal. Membuat orang seperti gadis bernama Jiyeon itu selalu habis-habisan melampiaskan rasa kesalnya pada Ariel –tanpa tahu sebenarnya Ariel bisa saja menangis sendirian sebelum tidur.

 

***

 

Api unggun. Semua orang mungkin menikmatinya –mungkin. Dan mungkin saja Ariel menjadi satu-satunya peserta yang bahkan hampir ketiduran sore tadi di saat yang lain menyiapkan makan malam. Makan, menyanyi, mengobrol, danbeberapa permainan lainnya. Ariel memang terbilang pasif, sehingga tidak ada banyak orang yang menyapanya ataupun mengajaknya untuk bergabung –kecuali Jungah.

“Ariel, bisa bantu aku membawa ini ke dapur?” kata Jungah saat Ariel hampir memakai headphone yang diberikan oleh Luhan tadi.

Dengan senang hati, Ariel langsung menganggukkan kepalanya. Jungah pun selalu baik terhadapnya, well tidak ada salahnya jika Ariel juga baik terhadap Jungah. Meskipun ia tidak terlalu senang sih mendatangi ‘dapur’ yang di maksud Jungah. Mereka akan mencuci piring, Ariel yakin sekali soal itu. Dan sedikit informasi saja, Ariel sama sekali tidak pernah melakukan pekerjaan rumah –apapun itu. Termasuk mencuci piring.

“Aku tidak sabar untuk besok, biasanya akan seru,” kata Jungah sambil berjalan di depan Ariel.

Ariel yang ada di belakang Jungah hanya bergumam sambil tersenyum. Yeah, mungkin itu menyenangkan. Percayalah, ia belum pernah ikut berkemah sungguhan. Ia lebih suka berada di kamar yang hangat sambil berbaring di atas ranjang dan dikurung oleh seimut tebal –terutama di cuaca yang tidak terlalu hangat ini.

“Selama di luar negri kau juga pernah berkemah, kan?” tanya Jungah sambil mengambil beberapa perabot kotor di tangan Ariel.

Ariel hanya mengedikan bahu, “Sekali. Aku sebenarnya sakit-sakitan. Jadi…aku tidak pernah benar-benar mengikuti acara seperti ini.”

Jungah membulatkan matanya dengan takjub, “Wow! Benarkah? Jangan bilang ini kemah pertamamu?” tanpa mendengar jawaban Ariel, Jungah langsung melanjutkan, “Aku akan membuatmu mempunai kesan di kemah pertamamu,” katanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Ariel pun tersenyum lebar, “Perlu kubantu?” kata Ariel dengan basa-basi.

“Tidak tidak, ini tugasku, kok,” kata Jungah sambil mengibaskan tangannya. Dan Ariel benar-benar bersyukur memiliki teman yang pengertian seperti Jungah.

“Cha! Selesai! Ayo kembali ke tenda!”

Jungah langsung berbalik dan secara bersamaan seorang gadis berjalan mundur sambil tertawa ke arah teman-temannya. Secara otomatis, Jungah dan perempan itu langsung bertabrakan, membuat barang-barang yang ada di tangan perempuan yang ternyata adalah Jung Soojung itu langsung berjatuhan.

“Su-Sunbae? Ma-maaf, maaf, aku tidak sengaja, sungguh, aku minta maaf,” Jungah langsung membungkukkan badannya berkali-kali.

Ariel mendengus keci. Lucu sekali. Jelas-jelas pacar Luhan itu yang teledor. Dia kira dia punya mata berapa sampai berjalan mundur seperti itu? Dan lihat wajah menyebalkannya! Huh, jika dipikir-pikir, bahkan Ariel lebih setuju saat Luhan dekat dengan Seulgi. Gadis itu ramah, tidak seperti Soojung yang angkuh.

“Kau…” Ariel menatap Soojung dengan tatapan malas, “Kau sepupu Luhan, kan?” tanyanya yang langsung dibalas anggukkan oleh Ariel.

“Kau baru kelas satu, tapi rambutmu sudah diwarnai seperti ini. Lain kali ganti! Jangan mau terlihat keren tapi kesannya jadi jelek,” katanya sambil melewati Ariel begitu saja.

“Dasar aneh! Jelas-jelas dia yang salah!” gerutu Jungah sambil meleletkan lidahnya pada Soojung. Ah, jika Ariel berani, mungkin ia juga sudah menarik rambut Soojung. Ia suka sekali berpikir untuk menarik rambut orang lain.

“Ayo Ariel! Melihat perempuan itu membuatku muak saja…”

 

***

 

Soojung membereskan beberapa lembar kertas di yang dibawanya. Kumpulan soal untuk suneung –yeah, ia sangat berambisi untuk masuk ke SNU. Jadi ia harus memanfaatkan waktunya dengan baik agar ia bisa pergi ke kampus nomor satu di Korea itu.

“Aku penasaran dengan anak bernama Ariel itu. Sepertinya dia dan Luhan benar-benar dekat. Tadi saja Luhan membawakan semua barang-barangnya,” kata salah satu teman Soojung yang membuat Soojung langsung menoleh.

“Kudengar sih dia lugu. Tapi tampangnya sombong sekali, mentang-mentang dia berkewarganegaraan Kanada,” sahut yang lainnya.

“Dia berasal dari Kanada?” tanya Soojung sedikit tertarik mendengar cerita teman-temannya.

“Ya. Bahkan di datanya saja dia lahir di Toronto, Kanada. Bahasa Koreanya juga jelek sekali.”

“Yeah, tapi kudengar dia murid kesayangan Mrs. Ahn, bahasa inggrisnya bagus.”

“Tapi aku penasaran. Apa dia benar-benar sepupu Luhan? Mereka tidak terlihat seperti saudara, tapi melihat Luhan begitu posesif padanya…”

“Posesif bagaimana?” tanya Soojung lagi –penasaran. Ini tentang Luhan, tentu saja ia harus tahu.

“Selain barang-barangnya dibawakan, Luhan juga berpesan pada Sehun yang menjaga tenda kesehatan, katanya dia minta sisakan satu tempat untuk Ariel jika gadis itu tiba-tiba kesana. Bahkan Luhan juga memilihkan sendiri makanan untuk Ariel.”

“Gadis itu sepertinya benar-benar manja. Kemarin juga kulihat dia sedang membeli sesuatu di toko pakaian…”

Soojung mencebik. Jadi gadis itu yang membuat Soojung terpaksa membatalkan acara kejutannya untuk Luhan? Benar-benar menyebalkan. Sepupu katanya? Apa harus sepupu sampai sedekat bahkan semanja itu pada Luhan? Luhan memang baik sih, sungguh. Laki-laki itu sangat hangat dan membuat setiap perempuan ingin selalu berada di dekatnya.

“Kau bilang dia sangat manja, kan?” kata Soojung seolah ada lampu yang menyala di kepalanya, “Bagaimana jika kita latih mentalnya gar tidak manja lagi?”

 

***

 

“Lihat! Penutup telinga babiku…” Jungah mengacungkan benda kesayangannya yang lagi lagi berbentuk bulat babi. Dasar maniak babi.

“Heol…kau maniak babi, ya?” komentar Jiyeon sambil membereskan beberapa barangnya. Ariel tersenyum kecil, tumben sekali Jiyeon dan Ariel memiliki pola pikir yang sama.

“Biar saja. Yang penting aku bisa tidur,” kata Jungah sambil meleletkan lidahnya pada Ariel dan Jiyeon.

“Kau sendiri…hei, bukankah itu punya Luhan Sunbae?” Jungah membulatkan matanya saat Ariel akan memakai headphone silver barunya –baru memintanya dari Luhan.

Ariel mengangguk kecil, “Luhan memberikannya padaku. Aku suka susah tidur jika gelap, jadi dia menyuruhku mendengarkan musik,” Ariel menggigit bibir bawahnya, ia sudah siap jika salah satu dari mereka berdua akan mengejeknya atau menatapnya aneh.

“Ah, pasti sulit sekali. Kakakku juga phobia gelap, dia tidak bisa tenang jika ada satu ruangan saja yang gelap,” kata Jiyeon dengannada simpatik.

“Pantas saja kau tidak pernah ikut kemah. Semangat! Aku disini menemanimu!” Jungah mengacungkan tangannya.

Ariel tersenyum kecil –Tuhan baik sekali memberikan teman-teman sebaik mereka.

“Ini tenda Ariel, kan?”

Seisi tenda langsung menoleh ke arah sumber suara. Jung Soojung ada di sana sambil menyorotkan senternya ke arah tiga penghuni tenda tersebut. Dan sudut bibirnya tertarik saat wajah Ariel tertangkap lewat retina matanya.

“Ya, ini aku.” Sahut Ariel dengan nada datar.

“Luhan mencarimu. Katanya dia ingin minta bantuanmu, bisakau kesana?”

Ariel menaikkan sebelah alisnya. Apa katanya? Luhan minta bantuan? Sejak kapan Luhan akan meminta bantuan pada Ariel –selain berbohong pada Mama Lu jika dia pulang terlambat arena berkencan.

“Sunbae yakin?” tanya Ariel tidak yakin sama sekali.

Soojung mendengus kecil, “Menurutmu aku kelihatan sedang bercanda? Untuk apa aku repot-repot ke sini jika aku hanya ingin membohongimu?”

Ariel memutar bola matanya ke kanan dan ke kiri –mempertimbangkannya. Ini sudah malam, dan harusnya Luhan tahu bukan saat yang tepat untuk Luhan meminta Ariel menemuinya. Dan lagi, mau merepotkan apa laki-laki itu pada Ariel sampai memintanya ke luar tenda?

“Ariel?”

“Baiklah,” Ariel pun memakai sepatunya. Luhan benar-benar menjengkelkan hari ini.

“Ariel, hati-hati. Sunbae yang satu itu agak mencurigakan,” kata Jiyeon dengan nada khawatir.

“Sst! Tidak, kok! Jangan panik begitu! Semuanya baik-baik saja!” kata Jungah mencoba menghilangkan rasa panik Ariel yang langsung tergurat di wajahnya.

Ariel pun hanya mengangguk dan segera ke luar tenda.

“Jangan bicara yang tidak-tidak, Ariel itu sangat penakut, apalagi malam-malam begini,” ujar Jungah sambil merapatkan risleting jaketnya.

“Tapi aku benar-benar tidak percaya pada Soojng Sunbae. Dia bahkan pernah mengerjaiku.” Kata Jiyeon tetap pada posisinya. Ia menimbang-nimbang, apakah tidak sebaiknya ia ikuti saja Ariel? Ia serius, saat ia berada di satu ekstrakulikuler dengan Soojung, Soojung pernah mengerjainya. Karena Ariel terbilang mencolok, juga Ariel dekat dengan Luhan –dan Soojung tengah melakukan pendekatan dengan Luhan, bisa saja Soojung iseng pada Ariel, kan?

 

***

 

“Sunbae, aku tidak bawa senter…” kata Ariel semakin memperlambat langkah kakinya. Ariel tidak tahu Soojung akan membawanya kemana, dan entah kenapa feeling nya berkata tidak mungkin Luhan sampai mengerjainya seperti ini. Semenyebalkan apapun Luhan, Luhan takkan tega membuat Ariel menangis ketakutan untuk membelah kegelapan seperti ini.

Soojung menoleh dengan malas, “Ikuti saja aku, tidak perlu pake senter segala, kan?” katanya dengannada ketus.

“Tapi…aku…”

“Kenapa? Kau takut? Ayolah! Kau sudah besar, tidak akan ada Titan yang akan menggigitmu.”

Ariel mengepalkan kedua tangannya. Tiba-tiba saja tangannya gemetar. Benar, Titan, monster besar yang ada di film yang dimainkan oleh Kiko Mizuhara –model favorit Luhan yang posternya sebesar figura pernikahan keluarga Lu.

Ariel sebenarnya tidak sekonyol itu untuk percaya monster, hantu, atau sebagainya. Hanya saja imajinasinya sangat liar dan keterlaluan. Ariel punya ketakutan yang berada di atas rata-rata. Meskipun ia yakin mahluk semacam itu tidak ada, tapi tetap saja rasa takut selalu menghantuinya, seperti ini.

“Sunbae, kau yakin Luhan menyuruhku untuk kemari?”

“Kau tidak percaya padaku?” kata Soojung dengan kesal. Ia pun terus berjalan –entah kemana, disini sangat gelap. Benar-benar gelap.

“Tapi…Luhan…”

“Kenapa kau memanggilnya Luhan? Bukan Oppa, Gege, atau Sunbae? Dasar tak punya sopan santun!” Soojung pun berhenti, kemudian berbalik dengan cepat yang membuat Ariel terlompat kaget.

“Tunggu sebentar. Harusnya Luhan disini. Tadi dia disini,” kata Soojung sambil melihat ke sekeliling, “Tunggu, mungkin dia ada disana…”

“Jangan pergi!” refleks Ariel menahan tangan Soojung.

“Manja! Lepas dulu! Tidak akan ada apa-apa, kok!” Soojung menghempaskan tangan Ariel dan berjalan menjauhi Ariel, entah kemana.

Sebenarnya Ariel benar-benar ingin mengikuti Soojung. Tapi tempat ini benar-benar gelap dan Ariel tidak berani melangkah sedikitpun. Dengan tangan gemetar, Ariel pun mengambil ponsel di sakunya dan menekan tombol dial 1.

“Ada apa alien kecil? kau…”

“Luhan? Kau dimana? A…aku…aku takut. Aku sendirian. Disini gelap. Soojung pergi, kau dimana?” kta Ariel dengan suara hampir menangis.

 

 

Dan di tenda panitia, Luhan yang baru saja akan menikmati ramen panasnya langsung berdiri dan panik mendengar suara Ariel yang bergetar, “Yak! Kau dimana? Kau bilang apa?”

“K…kau dimana? Bukankah kau yang…” dan ucapan Ariel terhenti dan digantikan suara jeritan yang sangat keras –berhasil membuat jantung Luhan mencelos.

“Yak! Ariel Lau! Kau dimana?! Bicara padaku!”

“Ada apa? Kau terlihat panik?” kata Seulgi yang juga duduk berkumpul dengan beberapa orang lainnya.

“Soojung mana?” tanya Luhan dengan suara paniknya.

Seulgi, Sehun, Chanyeol, Junmyeon, dan Taemin menggelengkan kepalanya secara bersamaan. Luhan mendengus panjang. Dengan panik ia pun berlari ke arah tenda Ariel. Dasar gadis bodoh! Harusnya dia di tenda saja!

“Ariel mana? Ariel disini?” tanya Luhan panik, dan dibalas gelengan oleh kedua gadis yang langsung terbangun karena suara Luhan yang hampir beteriak.

“Dia bersama Soojung Sunbae, katanya menemuimu,” jelas salah satu gadis yang memegang boneka babi.

Luhan menjambak rambutnya frustasi. Sial!

 

***

 

Luhan hampir tidak bernapas saat mendapati Ariel tengah meringkuk ketakutan dengan tubuhnya yang gemetar hebat. Kulitnya dingin, benar-benar dingin. Ariel bahkan tidak bersuara saat menangis sambil memeluk kedua kakinya dan menyembunyikan wajahnya di lekukan pahanya. Dan yang membuat Luhan murka, Soojung dan teman-temannya justru tertawa seolah ketakutan Ariel adalah acara Running Man yang menghibur.

“Luhan…”

Luhan menempelkan telunjuknya di depan bibir. Ariel baru saja tertidur, dan ia tidak mau membuat Ariel terbangun lagi dan susah tidur. Sehun yang paham maksud Luhan hanya mengangguk pelan, kemudian kembali meninggalkan Luhan.

Mungkin saat ini Luhan dan Ariel tengah menjadi pusat perhatian. Luhan memeluk Ariel sampai tertidur –yeah, ini mungkin tidak wajar untuk kebanyakan orang. Tapi apa peduli Luhan? Toh jika sudah begini Luhan juga yang direpotkan, Luhan juga yang harus bertanggung jawab, dan mereka yang membuat Ariel seperti ini hanya mencari alasan agar tak disalahkan.

Setelah yakin Ariel benar-benar tertidur, Luhan pun pelan-pelan beranjak dan menyelimuti Ariel sebelum benar-benar pergi. Sebenarnya Luhan tidak pernah benar-benar berpikir untuk sepeduli itu pada Ariel –tapi…entahlah. ia tidak tahu kenapa ia selalu melakukan semua ini pada Ariel. Jika dipikir-pikir, jika bukan Luhan, siapa lagi yang akan peduli pada Ariel?

 

***

 

“Dia baik-baik saja?” tanya Sehun setelah Luhan keluar dari tenda. Sehun juga khawatr saat melihat Luhan sangat panik seperti tadi –ketika ia membawa Ariel dan menenangkan gadis itu.

Luhan hendak menjawab, tapi matanya tiba-tiba teralihkan pada Soojung yang tengah melipat tangan di dadanya dengan wajah yang sedikit bersalah, “Soojung-a, maksudmu apa melakukan itu pada Ariel, hah? Kau tahu apa yang baru kau lakukan padanya? Ka tahu bagaimana dia keakutan dan kau malah tertawa saat dia menangis? Kau sudah gila?!” Sehun langsung menarik Luhan ketika suaranya meninggi tepat did epan wajah Soojung dan membuat Soojung perlahan mundur.

Mata Soojung mulai berair, “A…aku tidak tahu jika Ariel punya phobia. Kau tahu kan ini hanya permainan, ini hanya latihan mental untuknya, dan…”

“Kau lupa siapa yang menjadi ketua pelaksana acara ini Jung Soojung? Dan apa katamu? Latihan mental? Kau mau mencoba membuat acara baru tanpa sepengetahuanku?!”

“Tidakkah kau berpikir kau berlebihan?! Kau terlalu memanjakannya Luhan! Dia tidak akan dewasa jika kau terus memperlakukannya seperti anak kecil! lagipula harusnya dia sudah tahu ini hanya permainan!”

“Apakah kau mengenalnya sangat baik sampai kau berpikir seenakmu tentangnya? Apa kau tahu bagaimana keadaannya? Apa kau sekarang bertanggung jawab karena dia ketakutan? Apa kau akan bertangung jawab seandainya dia…” Luhan mnarik napas panjang, tidak boleh, ia tidak boleh mengatakan apapun soal ketakutan yang dimiliki Ariel, “Bukankah saat kelas satu kau yang menjadi korban senior? Dan bukankah kau juga menangis dan bersumpah akan menghilangkan acara seperti itu? Tapi apa yang kau lakukan? Kau justru mencelakai Ariel!”

“Apakah kau akan terus memprioritaskannya meskipun kita sudah berpacaran, Luhan?”

Luhan tertawa kecil, “Kita tidak pernah berpacaran, bukan? Dan kuingatkan kau, minta maaf pada Ariel. Dan jangan pernah lakukan hal ini lagi pada siapapun.” Luhan pun meninggalkan Soojung dan kembali masuk ke dalam tenda.

 

***

 

=to be continued=

20151115 AM0131

I know it’s boring. Sorry T_T

And Sorry i can’t reply your comments now…

33 respons untuk ‘Way of Two Rings (Chapter 3)

  1. Nidh akhirannya kau post juga nih chapter 3 nya, wah,penasaran nih sama lanjutannya gimana keadaannya si ariel, terus lu ge uwah romantis banget sih yah walaupun dia agak2 cuek2 gimana gitu, ohh iya lanjutannya kapan lagi nih gak sabar dan kepengen baca chapter 4 nya ^_^

    Suka

  2. soojung jahat bgt ya, ya mungkin dia iri aja sm ariel grgr luhan lebih mentingin ariel dibanding dia. tapi ya gak seharusnya gitu juga kan.
    apalagi luhan sm ariel sudah kebiasaan saling membutuhkan dan menjaga. ariel membutuhkan luhan sedangkan luhan sudah kebiasaan bgt ngejaga ariel. jadi ya mungkin dari kebiasaan itu nanti tumbuh pada rasa suka mereka

    Suka

  3. Hehehehe..makasih apdetnya cpet….ceritanya bagus og… q amazing ma tingkah ariel dsni…hahaha
    Luhan so sweet deh…
    Q suka…q suka..q suka
    Lanjut y jgn berhenti tgh jln ..lama gak papa tp mpe selesai ..hehehe
    Semangat:D

    Suka

  4. Si Ariel itu benar-benar manja. Apa di dunia ini ya orang yang manja kayak si Ariel itu. Terus si Soojung nya jahat banget deh, kan si Ariel nya kasihan jadi ketakutan. Luhan perhatian banget deh sama Si Ariel

    Disukai oleh 1 orang

  5. Weeehh soojung jahat deh kasian ariel, untung luhan tepat waktu, aaahh luhan so sweet banget ke ariel
    Duh jadi ga sabar nunggu mereka bersatu hehe
    Good job kak bagus jalan ceritanya menarik

    Suka

Tinggalkan Balasan ke kyung Lu Batalkan balasan